Mohon tunggu...
zazqiaazzahra
zazqiaazzahra Mohon Tunggu... Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

life is still goin' on.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Saat Cinta Berujung Konsumtif: Dampak Ekonomi dari Demam Merchandise K-Pop

21 Juli 2025   01:05 Diperbarui: 21 Juli 2025   01:07 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto suasana pada sebuah acara K-Pop (Sumber: Sahabat Penulis, Khaisya)

Fenomena antusiasme pembelian merchandise K-Pop yang semakin melambung tinggi di kalangan remaja dan dewasa muda – menandai begitu besar pengaruh demam K-Pop di Indonesia. Di balik kegemaran mengoleksi merchandise, muncul kekhawatiran perilaku konsumtif dan dampaknya terhadap keuangan serta ekonomi lokal.

K-Pop atau Korean Pop merupakan subgenre musik pop yang populer berasal dari Korea Selatan. K-Pop adalah salah satu bagian dari “Korean Wave” atau Hallyu, istilah yang mengacu pada popularitas budaya pop Korea dan acara TV, musik, dan film Korea di seluruh Asia dan bagian lain dunia. Musik K-Pop lahir pertama kali pada tahun 1990-an.

Dunia K-Pop tidak bisa berjauhan dari berbagai macam merchandise yang akan diperjualbelikan. Berbagai merchandise populer seperti album, lightstick, poster, photocard, pakaian, dan alat elektronik turut digemari oleh penggemar K-Pop. Selain itu, ada juga merchandise yang biasanya dibuat oleh penggemar seperti gantungan kunci, boneka, aksesoris, dan stiker.

“Yang paling sering karena lucu, aku suka design dan warnanya. Selebihnya karena bisa dipake buat daily atau profit penjualannya untuk support si idol. Aku beli mungkin sebulan sekali atau 2 kali tergantung momen lagi ada comeback, birthday, atau biasanya mau konser,” ungkap salah satu penggemar K-Pop, Lupita, pada Minggu (29/06).

Penggemar rela mengeluarkan banyak uang demi membeli barang-barang tersebut. Tidak jarang, banyak penggemar yang impulsive buying atau membeli tanpa adanya perencanaan yang matang. Rata-rata pengeluaran pertahun penggemar K-Pop bisa mencapai jutaan.

“Asli aku gak tau, karena gak ngitungin. Biasanya berapa sih? Kayaknya, ya, ada sekitar 5 jutaan. Pernah impulsif gitu, ini yang kadang bikin nyesel tapi aku pake prinsip ‘lebih baik menyesal membeli daripada tidak’ apalagi kalo yang PO lama,” balas Lupita, pada Minggu (29/06).

Kebiasaan impulsive buying pada penggemar K-Pop ini patut menjadi perhatian karena akan berdampak pada kondisi ekonomi mereka. Uang yang seharusnya dapat digunakan untuk kebutuhan utama atau menabung bermigrasi menjadi pembelian merchandise K-Pop.

Banyak dampak positif dan negatif yang terjadi dari perilaku konsumtif penggemar terhadap perekonomian lokal. Maraknya kasus penipuan yang ada di dunia K-Pop adalah hal yang tidak sepantasnya dilakukan apalagi kebanyakan pelakunya masih duduk di bangku sekolah.

“Kalo terlalu berlebihan ya bakal punya dampak negatif. Contoh nyatanya kasus penipuan di K-Pop, bahkan pelakunya pun banyak yang masih sekolah,” keluh Lupita.

Membeli merchandise K-pop sebenarnya bukan hal yang salah asal dalam batas yang wajar. Lupita memberikan tanggapan ketika memiliki merchandise K-Pop adanya perasaan bahagia karena sesuatu yang dia inginkan dapat dimiliki. Selain itu, ia juga merasa ketika membeli merchandise K-Pop dapat menunjukkan identitas dirinya sebagai penggemar K-Pop.

Melihat dari sisi industri penjualan merchandise K-Pop, demam merchandise justru dianggap mempengaruhi ekonomi lokal. Perekonomian para penjual terbantu karena banyaknya minat permintaan dari pembeli. Caesar Wulan, salah satu pelaku UMKM merchandise K-Pop yang baru memulai bisnisnya di April 2025. Ia berjualan yang salah dua barangnya adalah pouch dan eco bag yang berguna karena dapat dipakai sehari-hari. Caesar menyebutkan adanya suka dan duka selama merintis usahanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun