Mohon tunggu...
Zamroni Abidin
Zamroni Abidin Mohon Tunggu...

biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hapus Saja Dana Setoran Awal Haji

23 Mei 2014   05:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:12 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya membayangkan dana awal setoran haji yang sebesar 30an juta dihapus saja.

pertama, dana itu -yang kerap disebut sebagai Dana Abadi Umat (DAU)- kerap menjadi ajang korupsi pejabat yang berwenang.

kedua, tidak sesuai dengan prinsip keadilan. logikanya, pada saat pendaftaran haji. Tiap orang harus sudah menyetorkan uang sebesar 30 juta baru mendapat nomer porsi. Sementara jadwal pemberangkatannya bisa mencapai 10 tahun (saya ambil waktu yang tersingkat) kemudian. kalau di hitung matematis berdasar suku bunga deposito sebesar 6% pertahun, maka sedikitnya uang tersebut sudah menjadi 48 juta. Angka ini mestinya sudah cukup membiayai seluruh proses pembiayaan ibadah haji. Tapi kenyataannya tidak sama sekali. Calon haji masih diwajibkan melunasi sisa kekurangannya. Itupun bisa membengkak manakala kurs dollar makin perkasa terhadap rupiah, saat pemberangkatan.

Ketiga, tidak sesuai dngan hak asasi manusia khususnya umat islam. Ibadah haji adalah kewajiban bagi umat islam. karna ia adalah bagian dari rukun islam. Semua umat muslim, laki perempuan yang sudah baligh dan tidak terganggu jiwa dan akalnya wajib menunaikan haji. Dan kewajiban ini cukup sekali dilakukan, selebihnya hukumnya adalah sunnah.

Artinya, pemerintah dalam hal ini departemen agama tidak perlu membatasi dengan penetapan uang setoran awal haji. Selain jumlahnya mencekik leher dan waktu berangkatnya masih lama, kondisi sosial ekonomi masyarakat kita "belum" mendukung kearah itu.

Bila kita jujur, siapa sih yang tidak mau berhaji? rata-rata semua akan menjawab sangat ingin. Banyak faktor yang mendukung keinginan mereka. Tapi tatkala dihadapkan dg jumlah uang yang menjadi setoran awal dan jadwal keberangkatan mereka kebanyakan tersenyum kecut.

Saya sadar, bagaimanapun ongkos biaya haji harus dibayar. Tapi tidak sebesar itu untuk setoran awalnya. Saya mengandaikan daftar haji cukup hanya dengan menyerahkan data diri. Kalaupun harus ada biaya administrasinya bikin yang semua lapisan masyarakat mampu menjangkaunya. Biarlah nanti daftar antrian begitu panjangnya. Toh itu hanya arsip. Waktu yang akan menyeleksinya.

Jika hal ini yang terjadi, paling tidak semua umat islam akan lebih besar haknya untuk berhaji. Bayi baru lahir, langsung didaftarkan ke depag untuk berhaji karna cukup menyerahkan data diri. Persoalan 40 tahun kedepan si jabang bayi baru berangkat haji tidak jadi persoalan. Malah lebih baik di usia matang seperti itu selain ia bisa mengongkosi dirinya, kondisi fisik di usia itu masih sempurna. Bandingkan dengan yang terjadi sekarang. Rata-rata para jamaah haji adalah orang yang usianya sudah uzur. Karna apa? kemampuan finansial mereka baru bisa dicapai pada usia 40 tahu keatas. sementara daftar tunggunya bisa melebihi 10 tahun. Kondisi ini bisa jadi sulit manakala sudah sampai disana yang -konon- mulai cuaca, jarak maktab sampai ritual haji itu sendiri sangat berat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun