Mohon tunggu...
Zamharier Thursina
Zamharier Thursina Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Saya seorang Mahasiswa Universitas Muhammdiyah Malang, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Ekonomi Pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Ekonomi yang Runtuh di Tengah Pandemi

28 Januari 2021   22:16 Diperbarui: 28 Januari 2021   22:19 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti yang kita ketahui bahwa pada awal tahun 2020 pertumbuhan ekonomi global mengalami penurunan, dimulai dengan terjadinya penurunan pada pertumbuhan ekonomi di negara maju, hingga negara berkembang. Dan dengan adanya pandemi COVID-19 keadaan malah semakin parah, dan bukan hanya negara Indonesia saja melainkan hampir seluruh nega ra di dunia terdampak.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan perlunya memperkuat kerja sama antarnegara untuk mendorong pemulihan ekonomi global yang tengah runtuh akibat pandemi Covid-19.

Ia mengatakan, sebelum penutup tahun 2020, pandemi Covid-19 belum memperlihatakan penurunannya. Bahkan , hingga sekarang 100 juta kasus di seluruh dunia. Oleh sebab itu, kerjasama antarnegara harus diperkuat.

" kita harus akui situasi saat ini, kita tidak punya pilihan lain selain  meninkatkan kerja sama dan membangun kepercayaan dalam multilatereralisme " kata Retno dalam acara INA-LAC Business.

Retno juga berkata, tidak peduli seberapa kuat suatu negara, tetap tidak akan bisa menghadapi badai Covid-19 dengan sendirian. Badai Covid-19 pada akhirnya menunjukkan kelemahan di setiap negara dalam menangani ketidakpastiaan dunia saat ini.

Salah satu upaya pemulihan ekonomi diwujudkan Indonesia lewat kerja sama dengan negara -- negara di kawasan Amerika Latin dan Karibia, atau Indonesia --Latin America and the Caribbean (Ina-Lac).

Retno mengatakan, kedua kawasan perlu menentukan tujuan yang sama untuk bisa meningkatkan arus perdagangan dan mendorong perekonomian. Menurutnya, kerja sama dagang saat ini belum menunjukkan potensi penuh kedua kawasan.

Hal ini terlihat dari kinerja dagang Indonesia ke Amerika Latin dan Karibia yang hanya 2 persen dari total perdagangan Indonesia denagan semua negara mitranya. Begitu pula Amerika Latin dan Karibia terhadap Indonesia hanya sebesar 0,34 persen dari total perdagangan dengan semua mitranya.

Menurut Retno, untuk mendorong potensi yang dimilik Ina-Lac, ada tiga isu yang fokus berasama. Pertama, menciptakan lebih banyak peluang kerja sama dagang Indonesia dengan berbagai negara kawasan Amerika Latin dan Karibia. Kedua, Ina-Lac harus mampu menggali peluang dalam bidang ekonomi digital. Ia bilang, Indonesia merupakan negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia yang nilainya kan mencapai 130 miliar dollar AS pada tahun 2025.

Maka, dengan potensi tersebut, Retno menyatakan, Indonesia terbuka untuk bekerja sama dengan negara -- negara Amerika Latin dan Karibia dalam bidang digitalisasi. " Serta ketiga, perlu melembagakan forum bisnis Ina-Lac ini " kata Retno.

Dalam hal ini, salah satu yang baru saja dilakukan adlah dengna peluncuran platfrom digital Ina-Lac yang dapat diakses pada laman www.inalac.com. Platfrom ini bertujuan untuk menunjukkan setiap potensi kerja sama dagang dan investasi antar kedua kawasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun