Mohon tunggu...
Muzakki
Muzakki Mohon Tunggu... Lainnya - Waskhul Ma'had

Janganlah mati kecuali dalam keadaan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Cinta dari Al Quran

24 September 2020   01:36 Diperbarui: 24 September 2020   01:51 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang bertanya tentang cinta kepadaku. Aku bingung harus jawab apa, karena selama ini aku belum pernah bercinta. Untuk mengenalnyapun begitu susah, akhirnya aku tertawa "hahahahahahaha" sembari memikir jawaban apa yang aku berikan soal cinta. Yang aku pahami cinta itu rumit. 

Cinta itu hanya untuk perempuan cantik, sampai muncullah buku "cantik itu luka". Sebab anggapan cantik itu hanyalah untuk wanita yang berkulit putih, bertubuh seksi, payudara dan pantat besar.

Aku masih sedikit tertawa sambil berfikir untuk bisa menjawab pertanyaan tentang cinta. Ah! Kurang ajar, otakku sudah mulai panas untuk berfikir dan mulutku pun sudah mulai mengering untuk tetap tertawa menutupi kebodohanku.

Akhirnya dengan gaya sok keren, aku menjawab. Cinta itu adalah rasa yang tidak bisa ditebak. Dalam hati aku bicara, kau tidak usah menanyakan refensinya apa? aku berkata seperti itu. 

Aku melanjutkan jawabanku, dalam al-Qur'an juga ada soal tentang cinta. Saat aku menyebutkan al-Qur'an, aku merasa geli, melihat aku yang begitu bangsat, berani-beraninya membawa al-Qur'an untuk menjawab pertanyaan agar tidak terlihat bodoh.

Aku pernah mendengar salah satu putra kyai yang mengupas ayat al-Qur'an tentang cinta. Bahwa tidak ada cinta yang sejati kecuali cinta kita kepada Allah. Saat aku berkata seperti ini, aku berharap, aku sendiri sudah mencintai Allah dengan sebenar-benarnya cinta.

Kata Allah bisa saja apa yang kau cintai adalah hal yang buruk bagimu, dan hal yang kau benci adalah hal yang baik bagimu. Habatnya, ayat ini diakhiri dengan kalimat yang menunjukkan bahwa kita tidak apa-apa dan tidak apa apakah yang kita cinta atau benci selama ini adalah benar. Dari situ, janganlah ada lagi rasa cinta fanatik atau kebencian fanatik. Tutur salah satu putra kyai tadi.

Jawabanku manjur, teman yang tanya tentang cinta menganggukkan kepalanya, seakan-akan dia paham dan setuju terhadap apa yang aku katakan perihal cinta. Aku melanjutkan omonganku dengan gaya tetap sok keren, agar omonganku bisa dipercaya. 

Janganlah kau mengarahkan cinta hanya kepada fisik, melihat perempuan berkulit putih, bertubuh seksi, payudara dan pantat besar, kau langsung bilang aku jatuh cinta. Cuih!

Cantik bukan melulu tentang fisik, begitupun tampan. Ups! Berbicara tampan, aku sedikit bingung menggambarkan anggapan tampan saat ini seperti apa? Kayaknya tidak ada yang menarik dalam diri lelaki, kataku. Disusul tawa lepas oleh temanku yang bertanya tentang cinta.

Iya! Memang lelaki tidak begitu menarik untuk dibicarakan. Oleh karena itu aku hanya tertarik kepada perempuan. Terlebih perempuan cantik. Cantik seperti apa? Seperti yamg kau katakan tadi? Tanya teamnku. Hahahahahahaha ya tidaklah, aku punya cara sendiri untuk mengartikan cantik itu apa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun