Mohon tunggu...
Zaki Mubarak
Zaki Mubarak Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah Pemerhati Pendidikan tinggal di Tasikmalaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Publikasi Ilmiah, di Mana Peran Mahasiswa?

14 Juni 2017   06:49 Diperbarui: 14 Juni 2017   16:00 3366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia akademik adalah dunia ilmiah. Ia adalah dunia di mana temuan-temuan hadir dalam membangun kehidupan manusia yang membaikkan. Kehadirannya dapat menjadi katalisator pembeda antara dunia zaman batu dan modern. Ketidakhadirannya akan membuat manusia stagnan dan tidak bisa membangun ke arah yang lebih baik. Dunia ilmiah ini adalah core dari sebuah tradisi dunia akademik yang bernama perguruan tinggi. Ia tinggi bukan karena kesombongan bangunannya, tetapi karena tinggi ilmunya, tinggi kearifannya, tinggi keilmiahannya.

Walaupun kata “ilmiah” atau “scientific” diadopsi dan diklaim oleh aliran positivisme-empirisme, ia menjadi corong dari dunia akademik secara umum. Setiap universitas telah menerima dengan pasrah “kebenaran” ala empirisme di mana alat ukurnya adalah measurable (terukur), observable (teramati), dan inderawi. Sesuatu bisa dianggap benar manakala bisa diukur dengan jelas oleh indikator yang dirancang oleh ahli dan dapat diamati secara fisik dengan menggunakan indera-indera kita. Dimensi spiritual yang transendental semisal ilmu ghaib, belum diterima dalam nilai-nilai universitas yang “ilmiah”, karena alat ukurnya belum ditemukan secara scientific method. Itulah ilmiah dalam batas-batasnya.

Ketika ilmiah ini menjadi tradisi, universitas sebagai lembaga yang memegang teguh keilmiahan wajib memiliki produk ilmiah. Produk ini tentu saja memiliki ruh scientific method yang relatif kaku dan disepakati secara universal. Produk inilah yang nantinya akan mengukur seberapa hebat sebuah universitas. Intelektualitas SDM universitas bisa ditunjukan oleh produk ilmiah dosennya. Kemajuan manajemen universitas dapat dilihat seberapa besar perhatian manajerial perguruan tinggi dalam menghasilkan produk ilmiahnya. Pun demikian, kehebatan mahasiswa sebuah perguruan tinggi diukur oleh seberapa besar minat mereka dalam meneliti dan melaporkannya dalam publikasi ilmiah.

Produk ilmiah yang dihasilkan oleh semua unsur perguruan tinggi (baca: dosen, pengelola, dan mahasiswa) harus dipublikasikan secara massif dan terstruktur. Ada tiga ranah publikasi; (1) lokal, yaitu di lingkungan universitas sendiri semisal menggunakan jurnal yang dimiliki oleh setiap prodi, (2) nasional, yaitu publikasi dengan skup nasional semisal jurnal nasional terakreditasi, (3) internasional, yaitu karya ilmiah kita yang ditulis dan dipublikasikan pada skala internasional semisal jurnal yang terindeks Thomson Router, Scopus atau index di bawahnya.

Lalu bagaimana supaya semua elemen kampus bergerak untuk publikasi ilmiah? Paling tidak tiga dimensi ini dapat dijadikan titik tolak untuk mengubah sebuah kampus menjadi sebuah kampus yang maju publikasi ilmiahnya. Salah satu syarat menjadi world class university (WCU) adalah hebatnya publikasi ilmiah baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Bila sebuah kampus sudah banyak dan berkualitas publikasi ilmiahnya, WCU adalah sebuah keniscayaan, siapa pun dan di mana pun perguruan tinggi itu. WCU harus melakukan tiga hal ini.

Pertama, dimensi perencanaan. Hal yang harus dilakukan oleh top manajer kampus di langkah pertama adalah merencanakan segala sesuatu tentang publikasi ilmiah. Rencana ini harus sedemikian detail sehingga mampu menjadi manual guidance setiap elemen kampus dalam membuat karya ilmiah. Perencanaan bisa berupa: (1) merumuskan template (selingkung) karya ilmiah agar terstandar. Ini sangat penting karena dapat menjadi panduan peneliti dalam melaporkan hasil penelitiannya.

Biasanya, template ini berisi dengan akronim IMRAD. “I” berarti Introduction, yaitu pendahuluan. Dalam pendahuluan tidak dibenarkan peneliti tidak fokus pada penelitiannya. “M” adalah Methodology yang berarti bahwa penelitiannya harus memiliki metode yang jelas dan cocok. “R” kependekan dari Result yang bermakna bahwa harus ada temuan-temuan lapangan (atau literatur) yang disimpulkan sesuai dengan prosedur penelitiannya. “AD” adalah And Discussion, yaitu pembahasan yang mengacu kepada temuan “R” dan dibahas secara teoretis dan praktis.

(2) merumuskan anggaran. Biaya penelitian untuk menjadi sebuah karya ilmiah bisa mahal bisa juga murah, tergantung dari jenis atau topik bahasannya. Agar publikasi ilmiah bisa berjalan, dana penelitian harus dapat menstimulan untuk menggerakkan semua elemen kampus dalam meneliti. Biasanya, orang akan mau melakukan bilamana ada dimensi materi di dalamnya walaupun itu tidak mutlak.

(3) merumuskan regulasi publikasi ilmiah. Reward and Punishment sepertinya harus diberlakukan kepada semua elemen kampus, terutama dosen dan mahasiswa dalam publikasi ilmiah. Hadiah harus kampus berikan kepada mereka yang berhasil memublikasi ilmiah, dan hukuman harus diberikan juga kepada mereka yang tidak pernah melakukan publikasi ilmiah. Itu adil. Salah satu regulasi yang bisa dilakukan adalah dengan menciptakan syarat-syarat akademik yang ketat yang akan dibahas pada dimensi kontrol.

Kedua, dimensi proses. Dosen dan mahasiswa sebagai orang paling penting dalam perguruan tinggi harus berkomitmen secara kompak untuk melakukan publikasi ilmiah. Penelitian mandiri dosen atau penelitian kolaboratif dosen-mahasiswa perlu digelorakan agar sumber daya yang ada di kampus menjadi berdaya. Model pembelajaran yang paling cocok untuk ini adalah Project Based Learning (PBL). Dengan PBL, dosen merancang pembelajaran selama satu semeter untuk melakukan penelitian bersama mahasiswa. Bila jumlah mahasiswa ada 30, rancangan penelitian kolaboratif dosen-mahasiwa berjumlah 30 judul.

Mahasiswa sebagai peneliti junior harus mampu diendorse oleh dosen sebagai peneliti pembimbing. Pengarahan sesuai template dan pembahasan projek penelitian (research project) dari dosen dapat membantu mahasiswa memahami keinginan dosen dan mata kuliahnya. Setiap tatap muka, dosen-mahasiswa berbicara atas proyek yang sedang mereka lakukan, tentu saja di samping materi yang harus tersampaikan. Bila proses ini dilakukan secara simultan dan sustainable, bisa dimungkinkan dosen dan mahasiswa akan penuh dengan karya ilmiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun