Mohon tunggu...
zainul mustofa
zainul mustofa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siapakah Pelopor Mu'tazilah dan Apa Ajarannya?

26 September 2018   19:57 Diperbarui: 26 September 2018   20:00 1553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mutazilah, diantara kita semua umat Islam pasti memiliki suatu pandangan tentang ajaran Islam yang berbeda-beda. Entah itu yang memiliki aliran sangat keras tentang islam atau sebaliknya. Diantara banyaknya aliran Islam itu sendiri, terdapat sebuah aliran yang jarang sekali diketahui oleh kebanyakan umat islam yang bisa di bilang awam. Aliran itu adalah Mu'tazilah. Mu'tazilah...?

Pasti banyak yang menanyakan hal itu. Mu'tazilah itu sendiri adalah suatu aliran teologi Islam yang dapat dikelompokkan sebagai kamu rasionalis Islam. Aliran ini muncul pada awal abad Hijriyah, tepatnya di kota Basrah, yang ada saat itu meruppakan kota sentra ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Aliran ini muncul akibat adanya perbedaan pendapat seorang guru dengan muridnya. Yaitu perbedaan pemikiran antara Hasan al Bashri dengan muridnya yaitu Wasil bin Atha'.

Pada saat Imam Hasan al-Basri sedang mengajar di mesjid, ada seseorang bertanya tentang para pendosa, apakah masih beriman atau telah kafir. Diapun diam sejenak untuk berfikir. 

Saat itulah Wasil bin Atha' menjawab bahwa para pendosa berada di antara mu'min dan kafir. Kemudian ia membentuk jemaah baru di sudut lain mesjid. Imam Hasan al-Basri berkata "Ia telah i'tizal (mengasingkan diri) dari kita. Jadi mu'tazilah adalah orang yang mengasingkan diri dari Imam Hasan al-Basri, sesuai dengan perkataan dia tersebut.

Dari perbedaan inilah terbentuklah suatu aliran yang disebut dengan Mu'tazilah. Dan Wasil bin Atha' sebagai peletak dasr pemikiran aliran ini. Namun, bukan hanya Wasil bin Atha' yang menyebarkan aliran ini. Berikut merupakan beberapa pelopor aliran ini :

  • Wasil bin Atha'
  • adalah teolog dan filsuf muslim terkemuka pada zaman dinasti Bani Umayyah. Pada mulanya ia belajar pada Abu Hasyim 'Abdullah bin Muhammad al-Hanafiyah. Selanjutnya, ia banyak menimba ilmu pengetahuan di Mekkah dan mengenal ajaran Syi'ah di Madinah. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Bashrah dan berguru pada Hasan al-Bashri. Dialah pendiri madzhabMu'tazilah.
  • Abu Huzail al-Allaf
  • seorang pengikut aliran Wasil bin Atha, mendirikan sekolah Mu'tazilah pertama di kotaBashrah. Lewat sekolah ini, pemikiran Mu'tazilah dikaji dan dikembangkan. Abu Huzail al-Allaf adalah seorang filosof Islam. Ia mengetahui banyak falsafah yunani dan itu memudahkannya untuk menyusun ajaran-ajaran Muktazilah yang bercorak filsafat.
  • An Nazzam
  • pendapatnya yang terpenting adalah mengenai keadilan Tuhan. Karena Tuhan itu Maha Adil, Ia tidak berkuasa untuk berlaku zalim. Dalam hal ini berpendapat lebih jauh dari gurunya, al-Allaf. Kalau Al-Allaf mangatakan bahwa Tuhan mustahil berbuat zalim kepada hamba-Nya, maka an-Nazzam menegaskan bahwa hal itu bukanlah hal yang mustahil, bahkan Tuhan tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat zalim. Ia berpendapat bahwa pebuatan zalim hanya dikerjakan oleh orang yang bodoh dan tidak sempurna, sedangkan Tuhan jauh dari keadaan yang demikian.
  • Al Jubba'i
  • Al-Jubba'I adalah guru Abu Hasan al-Asy'ari, pendiri aliran Asy'ariah. Pendapatnya yang masyhur adalah mengenai kalam Allah SWT, sifat Allah SWT, kewajiban manusia, dan daya akal. Mengenai sifat Allah SWT, ia menerangkan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat; kalau dikatakan Tuhan berkuasa, berkehendak, dan mengetahui, berarti Ia berkuasa, berkehendak, dan mengetahui melalui esensi-Nya, bukan dengan sifat-Nya.
  • Al jahiz
  • dalam tulisan-tulisan al-jahiz Abu Usman bin Bahar dijumpai paham naturalism atau kepercayaan akan hukum alam yang oleh kaum muktazilah disebut sunnah Allah. Ia antara lain menjelaskan bahwa perbuatan-perbuatan manusia tidaklah sepenuhnya diwujudkan oleh manusia itu sendiri, malainkan ada pengaruh hukum alam.
  • Mu'ammar bin Abbad
  • Mu'ammar bin Abbad adalah pendiri muktazilah aliran Baghdad. pendapatnya tentang kepercayaan pada hukum alam. Pendapatnya ini sama dengan pendapat al-jahiz. Ia mengatakan bahwa Tuhan hanya menciptakan benda-benda materi. Adapun al-'arad atau accidents (sesuatu yang datang pada benda-benda) itu adalah hasil dari hukum alam.
  • Bisyr al Mu'tamir
  • Ajarannya yang penting menyangkut pertanggungjawaban perbuatan manusia. Anak kecil baginya tidak dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya di akhirat kelak karena ia belum mukalaf. Seorang yang berdosa besar kemudian bertobat, lalu mengulangi lagi berbuat dosa besar, akan mendapat siksa ganda, meskipun ia telah bertobat atas dosa besarnya yang terdahulu.
  • Abu Musa al-Mudrar
  • al-Mudrar dianggap sebagai pemimpin muktazilah yang sangat ekstrim, karena pendapatnya yang mudah mengafirkan orang lain.Menurut Syahristani,ia menuduh kafir semua orang yang mempercayai kekadiman Al-Quran. Ia juga menolak pendapat bahwa di akhirat Allah SWT dapat dilihat dengan mata kepala.
  • Hisyam bin Amr al-Fuwuti

Al-Fuwati berpendapat bahwa apa yang dinamakan surga dan neraka hanyalah ilusi, belum ada wujudnya sekarang. Alas$an yang dikemukakan adalah tidak ada gunanya menciptakan surga dan neraka sekarang karena belum waktunya orang memasuki surga dan neraka.

Namun ajaran mu'tazilah itu sendiri kurang diterima oleh kebanyakan Ulama Sunni karena mereka beranggapan bahwa aliran Mu'tazilah menganggap bahwa akal manusia lebih baik daripada tradisi. Oleh karena hal itu, para penganut aliran ini menginterpretasikan ayat Al-Quran secara lebih bebas dibandingkan umat muslim lainnya.

Aliran Mu'tazilah berdiri atas lima pokok ajaran utama (al-ushul al-khomsah), yaitu: At-tauhid (Ke-Esaan), Al-Adlu (keadilan Tuhan), Al Manzilah baina Manzilatain (Tempat diantara dua tempat), Al-Wa'du wal Wa'id (Janji dan Ancaman) dan Amar Ma'ruf Nahi Munkar.

Namun dalam pokok ajaran aliran ini yang paling menjadi perhatian adalah ajaran tauhidnya. Tauhid dalam faham Mu'tazilah memiliki arti spesifik, yaitu bahwa Tuhan harus disucikan dari segala hal yang mengurangi arti Keesaan-Nya. 

Mereka mempertahankan Keesaan yang semurni-murninya karena menghadapi golongan Syi'ah Rafidloh yang ekstrim, yang menggambarkan Tuhan dalam bentuk yang berjism dan dapat diindera, disamping golongan agama dualisme dan trinitas. Pada umunya, Mu'tazilah mereduksi sifat-sifat Allah menjadi dua, yakni ilmu dan kuasa, kemudian menamakan keduanya sebagai sifat-sifat esensial. Selanjutnya mereka mereduksi lagi kedua sifat dasar ini menjadi satu, yakni Keesaan.

Kelanjutan dari prinsip Keesaan yang murni adalah:

  1. Tidak mengakui sifat-sifat Tuhan sebagai suatu yang qodim, yang lain daripada dzat-Nya. Menurut Mu'tazilah, jika sifat-sifat ini diakui sebagai kekal-azali itu berarti terdapat "pluralitas yang kekal" dan berarti bahwa kepercayaan kepada Allah adalah dusta belaka. Mu'tazilah menolak konsep Tuhan memiliki sifat-sifat dan penggambaran fisik Tuhan. Bagi kaum Mu'tazilah, apa yang oleh kelompok lain disebut sebagai sifat, seperti melihat, mendengar dan lainnya adalah dzat Tuhan itu sendiri.
  2. Al-Qur'an adalah makhluk, Kalamullah itu tidak ada pada dzat Tuhan, melainkan berada diluarnya.
  3. Tidak mengakui manusia dapat melihat Tuhan secara langsung.
  4. Tidak mengakui arah bagi Tuhan.
  5. Al Adlu (Keadilan Tuhan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun