Pendahuluan -- Ketika 20% Jadi Angka Krusial
Gen Z punya kebiasaan panik ketika baterai ponsel tinggal 20%. Ironisnya, angka 20% juga bikin kalangan ekonomi nasional degdegan karena itu menjadi target kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2025. Pemerintahan baru menargetkan bahwa industri pengolahan menyumbang 20,8%PDB ---naik dari baseline 18,98% pada 2024. Target ini tercantum dalam Perpres 79 Tahun 2025 sebagai bagian dari Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025. Artikel ini merangkum sejarah, data mutakhir, teori ekonomi, tantangan, serta strategi agar target 20% bukan sekadar jargon.Â
Kilas Balik: Dari Puncak 30% ke Era Stagnasi
Pada awal 1990an, manufaktur Indonesia menembus hampir 30% PDB. Krisis 1997/1998 membuat kontribusi itu merosot. Menurut Bisnis.com, kontribusi manufaktur turun dari 20,99% pada 2015 menjadi 19,88% pada 2021. Penurunan ini memunculkan gejala deindustrialisasi prematur---kondisi ketika pangsa manufaktur mengecil sebelum pendapatan per kapita tinggi. Tanpa perubahan struktural, Indonesia terancam gagal melampaui middleincome trap.
Data Mutakhir: Di Mana Kita Sekarang?
Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2024 industri pengolahan merupakan lapangan usaha terbesar dengan kontribusi 18,98 %. Perdagangan (13,07 %), pertanian (12,61%), dan konstruksi (10,09 %) menyusul. Pada kuartal III 2024, kontribusi manufaktur sedikit membaik menjadi 19,02 % dan tumbuh 4,72 % dibanding kuartal sama 2023.
Memasuki 2025, kinerjanya berfluktuasi. Data kuartal I 2025 menunjukkan kontribusi industri pengolahan nonmigas 17,50 %. Namun pada kuartal II 2025, kontribusi manufaktur ke PDB turun ke 18,67 %, lebih rendah dari 19,25 % di kuartal sebelumnya tetapi masih lebih tinggi dari 18,52 % setahun sebelumnya. BPS mencatat pertumbuhan sektor ini 5,68 % yearonyear didorong industri makanan dan minuman (6,15 %), logam dasar (14,91 %), serta kimia dan farmasi (9,39 %). Data ini menunjukkan perbaikan, tetapi masih jauh dari angka 20 %.
Ekspor menjadi penopang penting. Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut nilai ekspor nonmigas 2024 mencapai US$ 196,54 miliar, menyumbang 74,25 % terhadap total ekspor. Meski demikian, penguatan ekspor belum cukup mengerek kontribusi manufaktur domestik.
Target dan Kebijakan Pemerintah
Pemerintah menargetkan industri perindustrian menyumbang 17,96 % PDB pada 2025 dan meningkat menjadi 20,92% pada 2029. Presiden Prabowo Subianto bahkan memasang target 20,8 % pada 2025. Untuk mencapai angka ini, beberapa kebijakan ditempuh: