Mohon tunggu...
Zahra Safitri
Zahra Safitri Mohon Tunggu... Lainnya - seorang anak perempuan

sukses

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengubah Nasib

24 Februari 2021   11:54 Diperbarui: 24 Februari 2021   12:03 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Keesokan harinya, ketika Rere terbangun ayahnya sudah pergi meninggalkan rumah. Rere tak berani menanyakan hal itu kepada ibunya, karena ia takut ibunya Kembali marah. "Ibu, apa ibu tidur nyenyak semalam?" tanya Rere kepada ibunya. "Ibu sangat nyenyak sekali, apa anak ibu yang cantik ini juga tidur dengan nyenyak?" timpal ibunya, Rere hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman. Setelah memastikan ibunya baik-baik saja, Rere bergegas menyiapkan dirinya untuk berangkat ke sekolah. Rere yang selalu berjalan kaki sambil menjinjing dagangannya ke sekolah dengan semangat.

Hari-hari yang menjengkelkan bagi Rere adalah hal yang sudah biasa, hingga dia sudah tidak memperdulikannya lagi. Hari-hari yang selalu Rere hadapi dengan penuh kesabaran dan ketegaran, hingga tak terasa ia akan lulus dari sekolah menengah pertama. Masa-masa yang menurut orang-orang adalah masa yang cukup menyenangkan, tapi tidak dengan Rere. Walaupun begitu Rere selalu mendapatkan nilai yang bagus sehingga Rere tidak pernah sulit untuk melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya.

Tidak jauh beda dengan jenjang sebelumnya, Rere harus memilih sekolah dengan biaya sekolah yang murah. Rere selalu menerimanya dengan ikhlas daripada ia harus putus sekolah dan melihat ibunya menderita. Terlebih lagi Rere memiliki adik yang juga harus bersekolah, maka dari itu Rere selalu menuruti perkataan ibunya. Hal terpenting baginya adalah untuk tidak putus sekolah.

Kehidupan Rere di sekolah menengah atas sedikit berubah, tak banyak lagi ejekan yang didengar olehnya. Walaupun memang masih ada segelintir orang yang masih suka mengejeknya, karena iri akan prestasi yang Rere capai. Rere adalah murid yang teladan dan berprestasi, ia selalu mendapatkan nilai yang bagus. Rere sangat pandai dalam mata pelajaran fisika, karena ia senang berhitung. Tak banyak hal yang terjadi saat itu, tetapi masa-masa sekolah menengah atas yang mungkin lebih baik dari sebelumnya.

Tiga tahun kemudian ia lulus dari sekolah menengah atas, dan ia harus berkuliah. Ia sempat bingung mengenai biaya kuliahnya, "Ibu bagaimana jika aku bekerja dahulu, baru aku meneruskan untuk berkuliah?" tanya Rere kepada ibunya. Ibunya yang tidak memiliki pilihan lain selain mengiyakan pertanyaan Rere, karena memang perekonomiannya tidak mencukupi dan mengingat masih ada si bungsu Riri yang harus bersekolah. Rere dan ibunya mencari lowongan pekerjaan yang ada pada koran harian, karena pada saat itu smarphone belum ada. Mereka berdua mencari dengan teliti, dan ibunya berkata "Rere lihat ada lowongan pekerjaan di mall dekat rumah, tapi sebagai SPG apa kamu mau?". "Tidak apa-apa kok bu, yang penting halal besok Rere akan menyiapkan persyaratannya" jawab Rere dengan semangat.

Kebahagiaan kecil yang dirasakan oleh Rere, karena ia dapat membantu ibunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keesokan harinya Rere dan ibunya saling membantu untuk melengkapi persyaratan tersebut. Telah lengkap persyaratan itu dan Rere bergegas pergi untuk menyerahkannya, Rere pun tak lupa untuk berpamitan kepada ibunya. "Ibu Rere berangkat dulu ya doakan Rere agar semuanya berjalan lancar." ucap Rere, "Ibu selalu mendoakan kamu nak, hati-hati dijalan ya nak jangan lupa untuk berdoa." Timpal ibunya. "Ibu apakah bajuku ini sudah rapi?." Tanya Rere dengan semangat, "Sudah nak, segeralah berangkat agar tidak terlambat." Jawab ibunya. "Baik bu Assalamu'alaikum", "Wa'alaikumsallam nak." Jawab ibunya.

Dengan menaiki angkutan umum Rere berangkat ke tempat lowongan kerja itu berada, tak lupa dengan berkas dalam map coklat yang ia pegang dengan erat. Rere yang tak berhenti berdoa dalam perjalanan akhirnya sampai ditempat tersebut. Rere langsung memberikan berkasnya dan ia pun dimintai untuk datang esok hari untuk interview. Rere pun langsung bergegas pulang, karena harus membantu ibunya. Ia menceritakan semuanya kepada ibunya, ibunya pun sangat berharap agar Rere dapat diterima bekerja. "Semoga saja kamu diterima bekerja ya nak, ibu selalu mendoakan yang terbaik untukmu." Ucap ibunya. "Iya semoga saja ya bu, agar pendapatan kita pun bertambah." Jawab Rere.

Keesokan harinya Rere datang kembali ke tempat kemarin, tempat dimana Rere mengajukan bekerja. Rere yang datang tepat waktu pun merasa sangat gugup, keringat dingin yang bercucuran membuatnya sangat gelisah. Saat namanya dipanggil ia langsung sigap untuk berdiri dan masuk ke dalam ruangan interview. Walaupun Rere sangat gugup, ia tidak gagap dalam menjawab pertanyaan melainkan ia menjawab dengan lugas. Sungguh tak disangka karena kepintaran dan kecakapan dirinya, serta kecantikan yang ada pada dirinya, Rere diterima bekerja sebagai SPG, walaupun gajinya tak seberapa. Sungguh senang hatinya karena ia dapat membagi kebahagiaan ini bersama ibu dan adiknya.

Tak lama setelah urusannya selesai, Rere langsung bergegas pulang untuk menyampaikan kabar gembira ini. "Ibu...ibu...!!!! Ibu ada dimana?." Teriak Rere dengan Bahagia, "Ibu disini nak di dapur, ada apa nak? Raut wajahmu sepertinya sedang sangat Bahagia ya, bagaimana dengan interviewnya?." Jawab ibunya. "Ibu... Rere diterima kerja bu, Rere mulai besok sudah mulai bekerja bu!." Ucap Rere dengan sangat gembira. "Alhamdulillah ya Allah engkau mengabulkan doaku, selamat ya nak semoga kamu betah bekerja disana, dan jangan pernah mengecewakan orang lain." Balas ibunya. Rere mengangguk sembari meneteskan air mata bahagia. Memang tak seberapa tapi baginya itu adalah hal yang sangat menyenangkan.

Rere bekerja dengan sangat rajin, tidak pernah terpikirkan olehnya untuk bolos bekerja. Sebagian gaji yang ia terima selalu ia tabungkan untuk rencana kuliahnya. Karena Rere merasa tabungannya sudah cukup untuk ia berkuliah, Rere memutuskan untuk berhenti bekerja dan mulai mendaftarkan diri untuk berkuliah. Rere memutuskan untuk mendaftar kuliah di UPI atau kepanjangannya Universitas Pendidikan Indonesia, sebab Rere memiliki cita-cita untuk menjadi guru. Rere yang memilih untuk menjadi guru sekolah dasar itu sudah ia tetapkan ketika ia mendaftar kuliah. Saat-saat yang paling menegangkan adalah ketika Rere menunggu pengunguman lolos atau tidak. Setiap hari Rere selalu melihat koran harian, sebab pada saat itu semuanya diumumkan dan diberitahukan melalui koran harian.

Hingga pada suatu hari Rere menemukan pengunguman dari hasil pendaftaran itu. Rere mencari namanya dengan teliti, berharap nama Rere Indah Sari tertera pada pengunguman itu. Membaca satu persatu dengan tak henti berdoa dalam hatinya, "Ya Allah semoga namaku tertera dalam daftar itu Ya Allah, aku tak ingin mengecewakan orangtuaku Ya Allah." Ucapnya dalam hati. Dengan rasa gugup dan gemetar, ia menemukan namanya Rere Indah Sari tertera pada daftar itu. Tangis bahagia Rere membuat ibunya kebingungan, "Rere kenapa kamu menangis nak?" tanya ibunya, "Namaku bu namaku ada didaftar itu ibu, aku lulus masuk universitas ibu!." Jawabnya sambil mengusap air matanya. Seketika ibunya mengucap syukur sambil bersujud, doa yang selalu disampaikan dengan tulus kini menjadi kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun