Mohon tunggu...
ZADA ALVI SABILA
ZADA ALVI SABILA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang Berkuliah di Universitas Muhammadiyah Malang

Halo, saya Zada Alvi Sabila gadis kecil yang sudah berumur 19 tahun. Lahir pada tanggal 24 Juni 2002 di kota Samarinda Kalimantan Timur. Sedang menempuh tingkat pendidikan perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Malang dengan jurusan Psikologi semester 2. Adapun email yang dapat dihubungi adalah @zadaalvisabila24@gmail.com. Terimakasih sudah membaca, semoga ketikan artikel saya berguna bagi banyak orang ^^.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Baper Ternyata Bukan Lebay? Yuk Simak Apa sih Baper dalam Kacamata Psikologi!

24 Juni 2021   09:32 Diperbarui: 24 Juni 2021   09:48 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Baper sudah pasti bukan termasuk kata yang asing lagi bagi telinga banyak orang di masa sekarang. Generasi muda dengan mayoritas remaja lah yang menciptakan kata ini. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI sendiri banyak kata yang tergolong gaul atau kekinian dan tidak formal yang telah dimasukkan dan memiliki arti yang resmi, sebenarnya kata 'baper' dulu belum termasuk kata yang berada dalam KBBI, namun pada tahun 2019 lalu akhirnya kata 'baper' telah dimuat dan memiliki arti resmi yaitu (ter)bawa perasaan; berlebihan atau terlalu sensitif dalam menanggapi suatu hal.

Banyak orang awam menganggap orang yang gampang baper atau sensitif ini adalah orang yang alay dan cengeng, bahkan sering kali perasaan orang yang baperan ini dispelekan dan malah mendapatkan respon yang tidak mengenakkan dan memberi dampak tidak baik pada seseorang yang baperan. Ada beberapa ciri lebih jelas dari seseorang yang baperan ini, yang pertama mereka cenderung sangat mudah berempati terhadap sesuatu, lalu yang kedua yaitu sangat mudah tersinggung baik karena perkataan dan perbuatan orang lain, dan ciri selanjutnya ialah terlalu memandang suatu kejadian dari sudut emosional.

Jika kamu adalah orang yang beranggapan baper itu alay, atau malah kamu adalah tipe orang yang mudah baper pada hal-hal kecil, berarti kamu berada pada artikel yang tepat. Yuk simak pengertian dari baper dan kupas tuntas dalam kacamata psikologi.

Dalam ilmu Psikologi, orang yang sangat sensitif atau baperan ini dikenal dengan nama kepribadian Highly Sensitive Person, ini adalah sebuah sifat kepribadian seorang individu yang memiliki tingkat kesadaran dan sensitifitas tinggi terhadap banyak hal, diantaranya yaitu stimulus internal dan stimulus eksternal. Sistem saraf pusat dan sistem kognitif pada HSP juga emiliki kepekaan yang tinggi terhadap stimulus fisik, emosional dan sosial yang membuat HSP sangat sensitif terhadap indera penglihatan, peraba, penciuman, pengecapan dan pendengaran. Tidak hanya itu saja, HSP biasanya juga sangat peka terhadap kondisi emosi dilingkungannya baik emosi dari orang lain maupun diri HSP sendiri.

Sebelum banyaknya dilakukan penelitian mengenai orang dengan kepribadian Highly Sensitive Person ini orang-orang beranggapan bahwa hanya golongan orang dengan kepribadian introvert adalah orang yang paling mungkin mengalami HSP karena banyak yang berpikiran bahwa seorang dengan HSP ini cenderung memproses sesuatu dari sudut emosi dan memikirkannya dengan sangat dalam, tetapi faktanya bahkan 30% dari orang HSP justru adalah orang dengan kepribadian ekstrovert setelah dilakukan penelitian lebih lanjut.

Ada banyak faktor yang membuat orang menjadi Highly Sensitive Person, berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi HSP yang pertama ada pengalaman di masa anak-anak yang tidak menyenangkan, biasanya pengalaman ini bersangkutan dengan interaksi lingkungan sosial baik keluarga dan masyarakat. Pengalaman buruk ini meningkatkan tingkat kesensitivitasan HSP, dan sebagian orang memang terlahirkan dengan sistem saraf dengan kepekaan yang tinggi (faktor genetik).

Bila dilihat dari sisi Biopsikologi, HSP terjadi karena sistem dopamin yaitu neurotransmitter otak pada sistem saraf HSP memiliki level konsentrasi yang tinggi. Cara bekerja otak HSP berbeda dengan orang yang non-HSP, aktivitas otak mereka jauh lebih aktif dan hal ini menyebabkan overstimulasi pada otak HSP dengan ini HSP biasanya menjadi mudah lelah dan mengalami kesulitan dalam mengatur kontrol emosi mereka. Fakta mengejutkan dari hal ini adalah membuat HSP cenderung lebih mudah untuk mengalami gangguan mental seperti depresi, stress dan anxiety.

Setelah serangkaian penjelasan diatas, hendaknya kita tidak langsung menyimpulkan bahwa HSP ini adalah sebuah kondisi gangguan mental, dalam ilmu psikologi Highly Sensitive Person ini adalah sebuah ciri keunikan dari sebuah kepribadian diri. Tidak perlu takut bila kamu tergolong orang dengan kecendrungan HSP, faktanya banyak kelebihan yang bisa dibanggakan dari menjadi seorang HSP, diantaranya seperti menjadi lebih teliti dalam banyak bidang dan sangat berhati-hati untuk menghindari kesalahan, pikiran dan perasaanya cenderung seimbang, mudah berempati pada seseorang, dan peka terhadap masalah yang terjadi dilingkungannya.

Beberapa ciri dari HSP yang telah dijelaskan diatas menunjukkan bahwa HSP memiliki kesulitan mengontrol emosi dengan baik, dalam kondisi seperti itu hendaknya kita dapat menyadari dan memikirkan dampak positif dan negatif terhadap kesehatan diri dan berusaha menjauhi perilaku dzalim yang merugikan diri dan orang disekitar. Dalam pendekatan religius ketika kontrol emosi sudah sulit dilakukan maka setan akan dengan mudah masuk dan mendorong individu melakukan hal-hal buruk. Emosi buruk maupun baik hendaknya perlu disalurkan agar terjaga keseimbangannya namun dalam menyalurkan emosi manusia diberikan nasehat agar tidak sekehendak hati begitu saja. Dalam ajaran Islam sendiri diajarkan bagaimana mengendalikan emosi agar tidak merugikan orang lain dan diri sendiri sesuai dengan nilai moral dan etika. Nabi Muhammad SAW memberikan contoh bagaimana menjaga dan mengontrol emosi diantaranya yaitu :

  • Merubah posisi dari berdiri ke duduk.
  • Berwudhu.
  • Bersikap tenang.
  • Mengingat janji Allah SWT bagi orang-orang yang mampu mengendalikan amarahnya.

Mengendalikan emosi sendiri dalam ilmu psikologi memiliki serangkaian manfaat bagi kesehatan psikologis diri dan menjauhkan diri dari gangguan mental.

Dengan tertulisnya artikel ini, diharapkan teman-teman yang merasa bahwa menjadi seorang yang baperan dan sensitif itu alay ternyata tidak benar. Sebagai manusia tentu saja kita diberikan anugerah masing-masing dalam segala aspek termasuk sifat kepribadian, janganlah sekali-sekali blaming yourself ketika dianggap sebagai seorang yang alay. Akuilah bahwa itu adalah keunikan kepribadian diri sebagaimana yang telah tuhan berkahkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun