Mohon tunggu...
Zaenal Abidin
Zaenal Abidin Mohon Tunggu... Dosen - Writer

Mengawali dengan bismillah dan mengakhiri dengan alkhamdulillah.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Inovasi Energi Terbarukan

30 Januari 2020   10:23 Diperbarui: 30 Januari 2020   10:40 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir akhir ini ketersediaan gas lpg 3 kg di beberapa tempat agen penjualan mengalami kelangkaan. Ini terbukti setelah mengamati dan mengalami langsung dalam pencarian ke tempat agen gas lpg di beberapa tempat didaerah tempat tinggal kami. Sehubungan dengan itu kelangkaan tabung gas lpg 3 kg juga terjadi di daerah daerah lain (sumber dari berita yang di muat media elektronik seperti televisi,  media masa dan media sosial). 

Mungkin ini adalah salah satu sinyal dari wacana pemerintah dalam menghapus nilai subsidi pada tabung gas lpg 3 kg.  Bagaimana cara menyikapi tentang wacana pemerintah untuk menghapus subsidi pada gas lpg 3 kg yang  akan di terapkan pada pertengahan tahun 2020 ini . Akankah wacana pemerintah terkait penghapusan subsidi pada gas lpg 3kg membawa perekonomian negara kita akan membaik. 

Atau bahkan sebaliknya yaitu membawa dampak buruk bagi perekonomian kalangan bawah atau pelaku usaha mikro khususnya . Dan sudah tepatkah solusi yang di gagas dan di wacanakan pemerintah tersebut untuk rakyat. Wallahu'alam...

Mungkin sikap psimis dengan keadaan ekonomi sekarang ini tidak akan merubah keadaan jika hanya  memangku tangan dan menunggu serta berharap keadaan yang akan datang tidak seperti apa yang di bayangkan jika subsidi di cabut. 

Akan tetapi kepesimisan itu harus kita lawan dengan efikasi yang optimis pasti ada solusi yang tepat dan dapat dirasakan dengan efektif oleh masyarakat. Melalui tulisan ini Penulis mencoba membahas dan menawarkan sebuah wacana atau gagasan,  bisa juga di sebut sebagai solusi yang insyaallah  dapat menjadi pilihan alternatif dalam mengatasi kelangkaan dan mahalnya gas lpg di pertengahan tahun ini, sebab nilai subsidinya di cabut. 

Wacana pada opsi pertama yang penulis tawarkan yakni kembali menghidupkan lagi kearifan lokal dengan memanfaatkan kayu bakar sebagai sumber api untuk masak dsb. Pilihan alternatif yang kedua memanfaat arang dan tungku sebagai media masak dll. Dan pilihan alternatif yang ketiga yaitu memanfaatkan limbah organik yang bersumber dari sayuran, buah buahan, dedaunan, bahkan limbah ternak seperti sapi dan kambing untuk produksi biogas.  

Iya.. Ketiga opsi alternatif ini masing-masing  memiliki tingkat kerumitan berbeda. Tidak sepraktis dalam penggunaan gas lpg. Mungkin pilihan alternatif yang pertama dan kedua semua masyarakat sudah tidak asing lagi. Sebab itu sudah pernah di rasakan dan di alami sebelum munculnya gas lpg. Apalagi masyarakat pedesaan dan terpelosok, malah ada yang belum pernah merasakan dalam penggunaan gas lpg.

Berawal dari prihatin akan wacana pemerintah terkait penghapusan subsidi pada gas lpg 3 kg di pertengahan tahun ini dan juga kelangkaan ketersediaan tabung gas lpg 3 kg tersebut. Penulis menawarkan dan mengajak untuk mencoba mengaplikatifkan tiga pilihan alternatif yang mungkin bisa di terapkan. Dan pengaplikasianya tergantung dari masing-masing  individu.

Sehubungan dengan itu ajakan penulis yang lebih di tekankan disini mengajak memanfaatkan limbah organik seperti yang di paparkan di atas sebagai sumber energi alternatif yaitu biogas. Biogas sebenarnya sudah berkembang pesat di negara negara maju seperti china, jepang, india, jerman, amerika dll. 

Negara negara maju tersebut telah mengubah limbah menjadi sumber energi alternatif yang terbarukan (renewable energy). Akan tetapi di indonesia biogas sudah mulai di kembangkan pada tahun 90 an. Biogas,  selain untuk masak ia juga dapat di manfaatkan sebagai sumber energi seperti untuk pembangkit listrik, dan memenuhi kebutuhan manusia lainya yang terkait dengan energi. 

Memang, dalam pembuatan biogas  selain membutuhkan ketlatenan, ini juga membutuhkan modal yang cukup mahal kisaran 2-3 juta rupiah, dengan diameter 3x3 m, tapi nilai keawetanya bisa tahan bertahun tahun (sifatnya permanen).  Bisa juga dengan instrumen yang sederhana dengan modal kisaran 200-500 rb rupiah,  tetapi nilai keawetanya tidak bisa di jamin berlangsung lama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun