Mohon tunggu...
Yuzelma
Yuzelma Mohon Tunggu... Guru - Giat Literasi

Ilmu adalah buruan, agar buruan tidak lepas, maka ikatlah dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahasiswa "Zaman Now" vs Mahasiswa "Zaman Old"

5 Maret 2018   22:17 Diperbarui: 5 Maret 2018   23:23 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya masih merasakan  suasana dipenghujung pemerintahan Bapak Soeharto selaku President RI ke-dua saat itu, sekitar tahun 1998. Pergolakan mahasiswa terjadi dimana-mana, bahkan dilakukan serentak se Indonesia. 

Coba bayangkan di tahun itu media komunikasi masih terbatas melalui telepon interlokal, belum menggunakan android, sosial   media  seperti zaman sekarang. Namun dengan segala keterbatasan di kala itu, informasi hanya disampaikan melalui surat berantai, namun yang bikin saya takjub sampai saat ini adalah semua mahasisiwa se Indonesia bisa terhimpun menjadi satu, tanpa terkecuali melakukan aksi serentak untuk melengserkan sang penguasa negeri yang sudah 32 tahun memerintah  di negeri ini.

Saya masih ingat saat-saat itu suasana semakin memanas, hari-hari perkuliahan kami terganggu, karena sedang asik kuliah tiba-tiba kami dihimbau keluar ruangan dan ikut bersama memperjuangkan negeri ini dalam gerakan reformasi yang dipelopori oleh Bapak H. Amin Rais. 

Wajah-wajah kesatria , calon-calon pemimpin bangsa ini tampil di barisan terdepan, untuk menyelamatkan negeri ini dari penguasa-penguasa yang mereka anggap sudah memiskinkan negeri ini.  

Harga kebutuhan pokok mulai merangkak naik, hutang Indonesia semakin naik drastis, dan kestabilan perekonomian negeri ini saat itu dalam masa kritis. Banyak bank-bank yang dilikuidasi dan ada yang dimerger ke bank lain. 

Saya masih ingat  saat itu antrian panjang warga di ATM, maupun di bank-bank untuk menarik dana merekam. Karena takut bank-bank bermasalah akan menelan uang mereka. Walau kondisi negara saat itu mulai terganggu kestabilannya, tawuran di ibu kota mulai terjadi, penjarahan merajalela, namun saat itu masyarakat yang ada di daerah mulai bergejolak dan ikut merasakan sekali dampak yang ditimbulkan dari memanasknya suasana  di ibu kota.

 Apa yang terjadi di negeri ini sekarang? kemana wahai para calon-calon pemimpin negeri ini. wahai mahasiwa, walau tujuan kalian masuk ke perguruan tinggi adalah untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan kalian, mana kepedulian kalian dengan situasi perekonomian di negeri ini yang sudah mencapai colapse. 

Bahan bakar minyak naik sesuka sang pengauasa, kelangkaan-kelangkaan bahan bakar minyak yang vital mulai terjadi di beberapa daerah. contohnya solar yang merupakan jantung perekonomian rakyat saat ini langka dan sulit didapatkan. walau pengganti solar ditemukan yaitu Deg, namun harganya dua kali lipat dari harga solar.

Ibu-ibu di pasar-pasar tradisional mulai menjerit, ikan laut kualitas sedang harganya naik sampai 50 %, udang laut kualitas sedang harganya tidak terjangkau, ikan-ikan sungai harganya melangit. Ibu-ibu di pasar tradisonal kewalahan dalam mengatur uang belanja mereka. 

Selain Sembako,  Tarif listrik juga naik merangkak secara diam-diam tanpa pemberitahuan. Yang terjadi saat pembayaran rekening  masyarakat hanya terbelalak, melihat angka-angka yang  tertera di rekening . Contohnya saya,  biasa tarif listrik di rumah setiap bulannya  paling banyak membayar 300 ribu rupiah, sejak zaman kapitalis sekarang, saya harus mengeluarkan budget mendekati 700 ribu perbulan hanya untuk membayar  listrik.

Solar di daerah saya sebagai penghasil minyak bumi terbesar di negeri ini saat ini langka. Dalam satu minggu hanya ada dua kali solar datang, padahal daerah saya adalah daerah PENGHASIL MINYAK, DERAH maritim, dimana penduduk banyak yang menjadi nelayan. Selain itu, sembilan kebutuhan pokok di kota tempat tinggal saya  didatangkan dari Provinsi lain seperti: Sumatera Barat dan Medan. Untuk membawa sembako ke Riau tentu membutuhkan transportasi darat menggunakan Fuso. Bahan bakar yang digunakan Fuso adalah solar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun