Mohon tunggu...
Yuzelma
Yuzelma Mohon Tunggu... Guru - Giat Literasi

Ilmu adalah buruan, agar buruan tidak lepas, maka ikatlah dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siswa Juga Perlu Dihormati Hak-haknya, Jadilah Guru yang Humanis

18 Februari 2018   17:43 Diperbarui: 18 Februari 2018   17:58 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah kesekian kalinya saya menerima laporan dari beberapa orang wali murid, terhadap tindakan salah seorang guru kejuruan (SMK) yang cenderung mengintimidasi siswa,  mengancam, melecehkan, tidak bersahabat dengan siswa, mendendam, bahkan cenderung menghina siswa lain di depan kawan-kawannya. 

Ada 3 orang wali murid yang menemui saya sebagai wali kelas anaknya selama hampir satu semester . Yang pertama sebut namanya Ryan (nama samaran). Menjelang jam 21.00 Wib, orang tua Ryan menelpon saya karena ingin mendiskusikan permasalahan yang dihadapi oleh anaknya di sekolah pada siang harinya. Orang tua Ryan minta maaf baru menelpon menjelang malam karena baru pulang bekerja.

" Anak saya hadir di sekolah hari ini, dia belajar seperti biasa, namun dengan guru X absennya dibuat alfa, gara-gara anak saya tidak mengerjakan PR, saya tidak terima anak saya dibuat alfa oleh gurunya hanya karena tidak membuat PR". Orang tua Ryan berbicara dengan nada agak keras dari seberang sana, kemudian beliau melanjutkan pengaduannya." 

Kalaupun anak saya tidak mengerjakan PR nya, tolong guru mengingatkannya dan memotivasi anak saya agar dia menuntaskan PR nya dilain waktu. Akibat ulah salah seorang guru yang menuliskan tanda A (alfa) di buku absen, membuat Ryan tidak terima, karena dia berada di kelas mulai dari jam 7.00 pagi hingga jam 16.00 WIb, dan melaporkan apa yang dilaminya di sekolah kepada orang tuanya.

Laporan kedua datang dari salah seorang wali murid,sebut namanya adalah (Zalmar). Orang tua Zalmar melaporkan ke saya bahwasanya anaknya tidak mau lagi datang dan belajar ke sekolah, karena guru X (guru yang sama dengan kasus di atas), tidak mau mengajar dia lagi. Hal ini disebabkan karena Zalmar, sudah tiga kali melakukan test lisan untuk persiapan praktikum di labor. 

Setelah 3 x Zalmar di tes oleh guru yang bersangkutan, Zalmar tidak bisa menjawab satupun pertanyaan dari gurunya. Merasa kesal karena tidak bisa menjawab pertanyaannya, akhirnya guru X, menyuruh keluar dan mengatakan" saya tidak akan mau mengajar kamu lagi di sekolah ini, silahkan kamu cari guru lain".

Efek yang ditimbulkan dari permasalahan ini , keesokan harinya Zalmar tidak mau lagi datang ke sekolah dengan dalih, dia sudah diusir oleh gurunya, dan guru tersebut tidak mau lagi mengajarnya". 

Kondisi ini telah membuat orang tua datang ke sekolah dan menyampaikan rasa tidak senangnya atas perlakuan seorang guru ke anaknya.Bukan itu saja, dua orang siswa di kelas saya awalnya sudah berhenti ke sekolah, karena juga merasa tidak senang dengan pelajaran dan sekaligus dengan guru yang sama. Karena setiap masuk kerjaannya hanya marah-marah dan tidak mau peduli apa yang dialami oleh siswa.

Sebagai walikelas saya sudah  melakukan tugas dan fungsi saya untuk memulihkan kondisi yang  dialami oleh siswa kearah yang lebih baik, dengan cara berbcara dari hati-kehati dalam menyikapi permasalahan tersebut. 

Bahkan bukan itu saja, saya berusaha meremediasi mental siswa yang mengalami penurunan dengan melibatkan guru Bimbingan Konseling dan ketua program keahlian.

Saatnya guru introspeksi diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun