Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf
Muhammad Yusuf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mencurigai Diri Sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Limitasi Akal Manusia

24 Juni 2021   00:43 Diperbarui: 24 Juni 2021   00:50 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dalam perkembangan zaman yang kian modern ini, muncul persoalan-persoalan di segala lini kehidupan yang beragam dan terus bertransformasi. Salah satu yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang spesial ialah penganugerahan akal yang diberikan oleh Allah yang menjadi sebuah anugerah tertinggi. Dengan akal, manusia dapat memahami petunjuk, melaksanakan ibadah dan menjalankan tugasnya sebagai makhluk, serta dengan optimalisasi akal yang digunakan oleh manusia, maka manusia akan mencapai derajat tertinggi dari seluruh makhluk. 

Dengan akal, manusia dapat menjadikannya sebagai tool  untuk dapat menyelesaikan berbagai problematika kehidupan dari hal yang fundamental hingga hal yang memiliki kompleksitas yang tinggi. Proses optimalisasi akal tersebut dalam kajian Islam dapat disebut dengan ijtihad, yang berarti ialah mencurahkan tenaga (memeras pikiran atau akal) untuk menemukan hukum agama (syara') melalui salah satu dalil syara', dan tanpa cara-cara tertentu. Sedangkan dalam bahasan hukum ialah "recht vinding" yang berarti bahwa suatu upaya penggalian dan penemuan kembali berbagai solusi hukum sehubungan dengan munculnya persoalan modern dalam segala aspek kehidupan yang belum dapat ditemukan dasar hukum utamanya.

Optimalisasi akal yang dilakukan oleh manusia setiap zamannya dapat berkembang sesuai perjalanan waktu, sebagai contoh dalam segi historis Islam, salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Isa A.S. adalah dapat menyembuhkan penyakit kusta yang dimasa itu menjadi sebuah hal yang diluar akal atau impossible bagi manusia, namun saat ini dapat kita ketahui bahwa dunia medis atau kedokteran telah menemukan solusi yang tepat untuk dapat menyembuhkan penyakit tersebut. 

Bergeser ke dalam dunia sains barat modern, dapat dilihat ketika salah satu penemu ponsel yaitu Martin Cooper yang terinspirasi ketika menonton film Star Trek pada tahun 1960, saat itu ia melihat bahwa kru pada film tersebut menggunakan ponsel untuk melakukan komunikasi antar mereka. Kemudian, pada tahun 1983 ia membuat sebuah ponsel yang singkatnya sampai saat ini ponsel menjadi teknologi yang sangat melekat dan berpengaruh untuk manusia dalam menjalankan aktivtas kehidupannya.

Dapat kita simpulkan bahwa penggunaan akal oleh manusia dari zaman-zaman mengalami perkembangan, maka , suatu hal yang kita anggap saat ini sebagai sesuatu yang impossible  dapat menjadi sebuah hal yang possible  dimasa yang akan datang. Sebagaimana yang disampaikan oleh salah satu ilmuwan dan filsuf besar Islam, yaitu Al Farabi, "bisa jadi problematika yang dicermati akal (pada masa sekarang) berkembang menjadi problematika yang belum dicermati (akal) sebelumnya." Kemampuan manusia untuk menggunakan akalnya sebagai penerima data informasi, kemudian mengolah data informasi tersebut yang menghasilkan suatu output yang teraktualisasi dan dapat memiliki dampak bagi kehidupannya tergantung sejauh mana manusia sadar dan mampu untuk dapat mengoptimalisasi kelebihannya itu.

Lantas apakah akal memiliki kemampuan yang tak terbatas ? yang sampai saat ini dan seterusnya manusia dapat selalu menemukan ilmu-ilmu baru untuk dapat menuntaskan problematika kehidupannya atau tugasnya sebagai makhluk. Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Dzat yang tak memiliki batas dalam kekuasaan-Nya dan keilmuan-Nya menjadi sebuah kenafikan bahwa kita menganggap kemampuan diri kita adalah hal yang tak terbatas.

Panca indera sebagai pengantar informasi dari luar yang akan diproses dalam akal manusia nyatanya terbatas, dan terkadang menipu. Kesalahan sistem dalam proses penerimaan informasi sampai prosesnya seringkali terjadi karena keterbatasannya. Fatamorgana, sebuah ilusi yang memperlihatkan sesuatu yang tidak ada menjadi ada eksistensinya merupakan salah satu contoh kesalahan sistem tersebut yang dapat menipu.

 Apa yang kita lihat hitam tidak selalu jahat dan apa yang kita lihat putih tidak selalu suci, apa yang kita anggap baik nyatanya tidak melulu baik dan sebaliknya apa yang kita anggap buruk tidak melulu buruk. Sebuah makanan yang terlihat manis namun ketika kita konsumsi justru terasa pahit ataupun bisa sebaliknya. Mata yang kanan pun tidak bisa melihat secara langsung mata yang kiri. Itu merupakan beberapa bukti bahwa panca indera itu dapat menipu data informasi yang akan disalurkan kepada akal.

Nyatanya akal itu bersifat teknis atau berfungsi praktis, akal tidak dapat mencari sebuah hakikat dan tidak mampu menggapai hal-hal yang diluar dimensi zhahir atau visual. Keterbatasan akal menjadi sebuah kelemahan didalam kelebihan yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Terdapat dimensi-dimensi lain yang tidak dapat disentuh oleh akal, ruang lingkup analisisnya hanya mencakup materil saja bahkan tidak sampai menuju psikis. 

Kelemahan akal yang lainnya dan tidak dapat dibantahkan adalah ketidakmampuannya dalam memastikan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang baik dalam jangka waktu panjang maupun jangka waktu singkat, manusia hanya bisa memprediksi dari data dan variabel-variabel yang menentukan mengapa suatu hal bisa terjadi, namun pada kenyataannya intervensi dari Allah dapat mengesampingkan semuanya dan dapat menggugurkan apapun yang diprediksi atau direncakanan yang oleh manusia sudah dianggap maksimal.

Dalam penciptaannya manusia tidak hanya dibekali oleh akal namun juga dengan intuisi dan hati. Jika manusia hanya mengutamakan dan meninggikan akal diatas segalanya menjadi sebuah kesalahan fatal bagi manusia. Limitasi akal menjadi sebuah hal yang pasti, akal dan hati haruslah berelaborasi untuk dapat menemukan makna-makna kehidupan yang hakiki.   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun