Mohon tunggu...
Yusuf Wahyu Purwanto
Yusuf Wahyu Purwanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pensiunan PNS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekilas Riwayat Gereja Katolik di Kalteng

19 Mei 2012   05:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:06 4159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

SEKILAS PERKEMBANGAN GEREJA KATOLIK

DI KALIMANTAN TIMUR DAN SELATAN

Berawal dari Keuskupan Banjarmasin dan Samarinda

Tak dapat kita pungkiri bahwa sejarah Keuskupan Palangka Raya berawal dari keberadaan Keuskupan Banjarmasin dan Samarinda yang baru dimulai pada tahun 1907.

Berawal dari sebuah desa kecil bernama Laham yang letaknya ditepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur, kurang lebih 500 km dari kota Samarinda.

Dari desa inilah 2 (dua) orang Pastor Kapusin, yaitu Pastor Liberatus Cluts dan Pastor Yustinianus serta Bruder Matheus mengawali karya Pastoralnya, yang kemudian menyebar ke wilayah Samarinda dan Banjarmasin (Kalimantan Selatan).

Hingga tahun 1938 ada 11 Stasi tetap di Kal. Timur yaitu Laham, Tering (1928), Balikpapan (1931), Samarinda (1933), Tarakan (1934), Mamehak Besar, Batu Urah, Long Pahangai dan Barong Tongkok (1937) dan di Kal. Selatan, Stasi Banjarmasin dan Kelayan.(1936).

Namun sejarah juga mencatat bahwa pada akhir abad XVII, tepatnya pada tanggal 02 Januari 1688 –27 Mei 1688, Pastor Antonio Ventimiglia dari Macao mengadakan kunjungan singkat ke Kota Banjarmasin dan mengadakan kegiatan pastoralnya diatas kapal Portugis.

Tanggal 08 Januari 1688, Beliau datang lagi bersama beberapa Pastor Theathijn, dan menetap di Kalimantan Selatan ini, kemudian menyewa sebuah kapal sebagai tempat tinggalnya dan diatas kapal tersebut dipergunakan untuk Kapel.

Beliau sangat disenangi masyarakat terutama dari Dayak Ngaju, sehingga mendapat gelar “Tatu” artinya pemimpin/ Kakek.

Pada tahun 1691 Pastor Antonio Ventimiglia meninggal dunia, hanya cerita tentang penyebab kematiaannya masih belum jelas, antara lain : Karena sakit desentri atau dibunuh oleh anak buah Sultan Banjarmasin (Said Illah) , sampai sekarang belum ada kepastiannya.

SetelahPastor Antonio Ventimiglia meninggal para pastor Theatijn melanjutkan karyanya sampai tahun 1761.

Pada awal abad XX, atau tahun 1907 Misi Katolik mulai muncul lagi di Kalimantan Timur dan Laham menjadi pusat usaha misi.

Karya Pastoral para Pastor Kapusin berakhir pada tahun 1926, karena seluruh para Pastor Kapusin ditarik kembali Ke Pontianak Kalimantan Barat,dan menyerahkan wilayah kerjanya kepada Konggregasi Misionaris Keluarga Kudus (MSF).

Kemudian pada tahun 1933, Pusat usaha misi tersebut dipindahkan ke Tering disebelah hilir Long Iram dengan alasan strategis, lebih dekat dan mudah dijangkau

Banjarmasin pada tahun 1930, mendapat seorang pastor yaitu Pastor J. Groen, MSF. Beliau membeli sebuah rumah kayu untuk keperluan pengembangan misi Katolik, oleh karena itu rumah tersebut juga berfungsi sebagai Gereja dan Pastoran di Banjarmasin dan baru tahun 1936 rumah tersebut dibongkar dan dibangun permanen (beton), yang sekarang kita kenal dengan gereja Katedral Banjarmasin.

Melihat kondisi Banjarmasin yang relatif stabil dan sangat menjanjikan masa depan yang cerah dan pertimbangan kesulitan hubungan komunikasi dan transportasi yang sulit antara Banjarmasin dan Pontianak, maka pada tanggal 21 Mei 1938 wilayah misi MSF di Kalimantan Selatan dipisahkan dari Vikariat Apostolik Pontianak dan dijadikan Prefektur Apostolik. Sebagai Prefeknya diangkatlah Pastor Jac Kusters, MSF pada tanggal 19 Oktober 1938 oleh Mgr.Tarc Van Valenberg OFM Cap.(Vikaris Apostolik Pontianak) di Gereja “Keluarga Kudus” Banjarmasin.

Tanggal 10 Februari 1942Mgr. Jac Kusters, MSF. Bersama 1 orang Pastor, 5 bruder dan 6 Suster melarikan diri dengan Kapal Bugis ke Gresik (Jawa)akibat perang.

Kemudian di Penjara oleh Kempitai/ Jepang sejak 04 September 1943 s/d 15 September 1945, dan baru tiba di Banjarmasin pada tanggal 16 Nopember 1945.

Pada akhir September 1945 Pastor, Bruder dan Suster-suster yang ditahan telah dibebaskan dan kembali ke Banjarmasin, untuk itu tanggal 30 september 1945 diadakan Misa Syukur Agung di Gereja Katedral oleh Pastor Jac. Romeijn.

Selama perang kemerdekaan berlangsung perkembangan gereja Katolik nampak lambat ditengah kancah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah saat itu, hingga 4 (empat) tahun setelah Indonesia mendapatkan Kemerdekaannya atau tepatnya pada tanggal 10 Maret 1949 Prefektur Apostolik Banjarmasin ditingkatkan statusnya menjadi Vikariat Apostolik dan Pastor J. Groen, MSF diangkat sebagai Vikaris Apostolik dan tahbisan dilaksanakan pada tanggalJuni 1949 di Banjarmasin. Salah satu keputusan penting yang dibuat oleh Mgr. J. Groen, MSF adalah Pembukaan Seminari Menengah pada bulan Agustus 1950, namun pada tahun 1954 Seminari tersebut dipindahkan ke Sanga-sanga Kalimantan Timur.

Pada Tanggal 01 April 1951 Pastor Hendrikus Timang MSF ditahbiskan oleh Mgr. J. Groen, MSF di Gereja Katedral Banjarmasin.

Pada tanggal 18 April 1953 Mgr. J. Groen, MSF meninggal dunia di Surabaya karena sakit emboli dan digantikan oleh Mgr Jac. Kusters, MSF sebagai Provikaris hingga tanggal 06 Januari 1954 diumumkan vikaris yang baru yaitu Mgr. W. Demarteau, MSF dan tahbisannya dilaksanakan pada tanggal 05 Mei 1954 di Katedral Banjarmasin, dengan konsecrator : Mgr. de Jonghe d. Ardoye, internuntius di Jakarta dan Ko Konsecrator : Mgr. Tarc V. Valenberg, vikaris apostolik Pontianak dan Mgr. Alb. Soegijapranata, SY Vikaris Apostolik Semarang.

Pada masa beliau inilah karya pastoral lebih diintensifkan, dan hal ini terlihat dengan lebih intensifnya kunjungan Pastoral ke daerah Barito Kalimantan Tengah.

Mengingat wilayah kerja Vikariat Apostolik Banjarmasin yang terlalu luas dan untuk mempermudah karya Pastoral maka pada tanggal 21 Februari 1955 Vikariat Samarinda didirikan dan sebagai Vikaris Apostolik sementaranya adalah Mgr.W. Demarteau, MSF. Demikian hal ini berlangsung hingga tanggal 10 Juli 1955, setelah Pastor Jac. Romeijn, MSF diangkat menjadi Vikaris Apostolik Samarinda dan ditahbiskan pada tanggal 15 September 1955 di Wassenaar Belanda.

Pada awal tahun 1961, Vikariat Banjarmasin maupun Samarinda diubah statusnya menjadi Keuskupan.

PERJALANAN GEREJA KATOLIK

DI KALIMANTAN TENGAH

Perjalanan gereja di Barito, Pangkalan Bun dan Sampit.

Setelah Vikariat Banjarmasin dipisah dengan Vikariat Samarinda maka Karya Pastoral dapat dijalankan dengan lebih baik dan sungguh-sungguh dan untuk Kalimantan Tengah oleh Keuskupan Banjarmasin dibagi menjadi 5 (lima) wilayah Pastoral yaitu : Daerah sungai Barito, Barito Timur, Sampit, Pangkalan Bun dan Palangka Raya (tersendiri).

Daerah Sungai Barito, Muara Teweh dan Puruk Cahu.

Mulai tahun 1950 kunjungan pastoral di daerah sungai Barito lebih sering diadakan hingga tahun 1954 Muara Teweh telah menjadi Stasi tetap dengan Pastor G. Kaperti yang kemudian digantikan oleh Pastor J. Zoetebier, sebagai perintis Karya Misi di daerah Barito kemudian menyusul Buntok tahun 1965 dan Puruk Cahu menjadi stasi tetap dilayani oleh Pastor Wrzesniewski MSF, pada tahun 1973.

Tanggal 31 Desember 1966 Gereja diresmikan dan tahun 1976 Pastoran baru selesai dibangun dan 22 Stasi harus dilayani oleh Pastor Puruk Cahu, selain itu lebih dari 30 kampung ditepi anak sungai Teweh, Montalat dan Ayuh yang mendapat kunjungan rutin.

Tanggal 07 Januari 1969, Suster-suster SFD membuka Susteran dan Poliklinik di Buntok dan tanggal 18 April 1969 Pastor Herman Staclhacke bekerja sama dengan Resort GKE Buntok bersama-sama mengelola SMP dan sebagai Kepala sekolahnya adalah Sr. Dominique SFD.

Stasi Pendang ditahun 1978 menjadi Stasi tetap dan Pastornya yang pertama : Pastor Stefan MSF.

Daerah Barito Timur dan sekitarnya

Daerah Pastoral Barito Timur baru terlayani secara teratur sejak tahun 1966 oleh Pastor dari Buntok dan waktu singkat telah banyak katekumen yang siap untuk dibaptis.

Tahun 1970 Proyek Persawahan dibuka oleh Pastor Buntok di Ampah untuk membantu transmigran local seluas 8.580 meter persegi dengan nama “Mantaliau”.

Tahun 1971 Pastor Herman Staclhacke dan Bruder Lantslots juga Bruder Yosef Falba membuka “Pusat Latihan Pertanian” bernama “Putai-Idi” dan tahun 1975 mendapat izin dari Pemerintah, namun baru tanggal 18 Juni 1981 diresmikan.

Tanggal 01 Januari 1973, Ampah resmi menjadi Stasi tetap yang dilayani oleh Pastor Herman Staclhacke dan sampai dengan tahun 1988 Pastor Ampah ini melayani secara teratur 21 stasi.

Tanggal 01 Nopember 1979 Paroki Tamiang Layang resmi didirikan dan dilayani oleh Pastor Marian Wiza, sebelumnya merupakan bagian dari Stasi Induk di Ampah. 4 (empat) orang suster dari Konggregasi Penyelenggaraan Ilahi tiba di Tamiang Layang dan membuka Susteran disana pada tanggal 10 Nopember 1980, mereka berkarya dibidang Kateketik, Kesehatan Masyarakat, mengasuh asrama puteri dan karya pastoral ke stasi-stasi yang berjumlah 50 Stasi.

Daerah Pangkalan Bun

Daerah Pangkalan Bun pada tahun 1965 telah menjadi Stasi yang dilayani oleh Pastor Mohr . bersama dengan kakaknya Suster Crescentia.

Tahun 1971 dibuka proyek pertanian. Tahun 1975 dibuka semacam sekolah pertanian s/d tahun 1983. Kerjasama yang baik antara GKE ditahun 1976 menghasilkan sebuah Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama (SKKP) dan sesuai SK Dep Dik Bud sekolah ini dirubah menjadi SKKP “Abdi” dan dalam perkembangannya dirubah lagi menjadi SMP ABDI yang pembukaannya pada tanggal 01 Februari 1977. SMP ini adalah SMP Ekumene, diasuh oleh GKE dan Keuskupan Banjarmasin.

Tahun 1984 Paroki Nanga Bulik didirikan, pastor yang pertama adalah Pastor Herman Stahlecke, yang harus melayani 40 stasi di pedalaman dan 25 stasi di Pangkalan Bun. Bulan Nopember 1987 Konggregasi SVD bersedia mengambil alih Paroki Pangkalan Bun, Pastor Kanisius Jalang SVD dan Bruder Yakobus Labu SVD serta 4 orang suster SSpS berkarya disana terutama dibidang Katekese, Pendidikan dan sosial. Kerjasama yang baik antara GKE dengan Keuskupan Banjarmasin ditahun 1987 ditingkatkan dengan membuka SMA Ekumene di Pangkalan Bun sebagai kelanjutnya dan perluasan kegiatan Yayasan ABDI.

Daerah Sampit dan sekitarnya

Sebahagian besar penduduk di kampung-kampung sepanjang sungai Katingan memeluk agama Protestan dan di alur sungai Seruyan dan Mentaya kebanyakan masih memeluk kepercayaan adat / Kaharingan, sementara Penduduk Sampit dan sekitarnya masih campuran, dan hal ini menyulitkan karya pastoral, namun demikian pada tahun 1952 Sampit telah menjadi stasi tetap.

Faktor kekurangan tenaga Pastor saat itu mengakibatkan tahun 1958 hingga tahun 1960, Sampit tidak pernah terlayani.

Baru di tahun 1960, kegiatan menggereja mulai hidup kembali, dengan ditempatkannya 2 orang Pastor untuk keperluan Pastoral dikota Sampit dan dipedalaman, hal ini diawali dengan dibukanya SD tahun 1962, Asrama Putera tahun 1963 dan SMP Katolik tahun 1968.

Tahun 1971 didirikan sekolah Pertukangan (STM) dan asrama putra yang dipimpin oleh2 orang bruder dari Konggregasi Bruder Santa Perawan Maria Tujuh Kedukaan sedang asrama putri dipimpin oleh suster-suster dari Konggregasi St. Paul de Chartes Filipina (SPC), selain itu suster-suster tersebut juga membuka Poliklinik serta Yayasan Pendidikan, dengan adanya sarana-sarana ini maka gerejapun semakin dikenal dan berkembang hingga menjadi pusat karya pastoral.

Dipedalaman Sampit ada 45 Stasi yang harus dilayani, Sebagai Pusat Karya Gereja di pedalaman Sampit adalah Palangan, dimana tahun 1982 sekaligus gereja, pusat pertanian dan poliklinik secara resmi dibuka. Tahun 1983 Suster-suster Franssiskanes dari Dongen membuka susteran di Palangan.

Daerah Kapuas.

Pada tahun 1952, Kuala Kapuas dan Kuala Kurun sudah menjadi stasi tetap, Pastor yang berkarya saat itu adalah Pastor Hendrikus Timang, MSF Alm.(seorang putra daerah), namun setelah 2 tahun berjalan dan karena kekurangan tenaga Pastor maka Stasi Kuala Kurun terpaksa ditutup dan Stasi Kuala Kapuas tetap sampai dengan tahun 1960.

Tanggal 05 April 1963 seluruh kompleks Pastoran di bakar oleh seorang oknum polisi namun yang dituduh koster gereja. Karya pastoral kurang berhasil dengan baik karena akibat kesulitan komunikasi, transportasi, kurang tenaga Pastor dan banyaknya rintangan-rintangan non tehnis lainnya. Dan Stasi Kapuas menjadi wilayah turne namun demikian tanggal 26 September 1975 Gereja Baru Kapuas diberkati dan tahun 1982 pastoran barupun dibangun.

Perjalanan Gereja di Palangka Raya.

Pembangunan fisik dan rohani berjalan seiring

Pada tahun 1952, Kuala Kapuas dan Kuala Kurun sudah menjadi stasi tetap, Pastor yang berkarya saat itu adalah Pastor Hendrikus Timang, MSF Alm.(seorang putra daerah), namun setelah 2 tahun berjalan dan karena kekurangan tenaga Pastor maka Stasi Kuala Kurun terpaksa ditutup dan Stasi Kuala Kapuas tetap sampai dengan tahun 1960.

Karya pastoral kurang berhasil dengan baik karena akibat kesulitan komunikasi, transportasi, kurang tenaga Pastor dan banyaknya rintangan-rintangan non tehnis lainnya.

Pahandut terpilih sebagai ibukota Kalimantan Tengah. Pada waktu Peresmian GMTPS (Gerakan Mandau Telabang Pancasila) tanggal 18 Mei 1957, dalam suatu acara adat, oleh Gubernur Milono (Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah) yang berkedudukan di Banjarmasin diberi nama “Palangka Raya” yang artinya Wadah/ tempat suci, yang mulia dan besar, karena bertepatan dengan hari Raya Idulfitri dan hari Raya Paskah.

Peletakan tiang pertama (Mantejek jihi ije solake) pembangunan kota Palangka Raya dilakukan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia : Ir. Soekarno pada tanggal 17 Juli 1957 pukul 10.17 WIB dan monumen tersebut terletak di Kompleks Pembataan depan Kantor DPR Propinsi.

Kota Palangka Raya sebagai ibukota Propinsi Kalimantan Tengah dibangun atas prakarsa Bapak Tjilik Riwut (Gubernur Pertama Kalimantan Tengah). Tahun 1958 dengan persetujuan dan dukungan pemerintah pusat, karena pada mulanya di Palangka Raya keadaan serba sulit terutama masalah perekonomian, hal ini terlihat dengan belum adanya perdagangan/pasar, sedang pendudukpun hanya terdiri dari nelayan sungai dan pegawai Negeri pindahan dari Banjarmasin.

Pembangunan Kota Palangka Raya mulai nampak di tahun 1959, dengan pembangunan kantor-kantor Pemerintah, pusat-pusat perbelanjaan dan sarana-sarana lainnya, banyak pegawai negeri yang dipindah tugaskan dari Banjarmasin ke Palangka Raya, dan diantaranya ada pegawai-pegawai yang beragama Katolik, sehingga dengan demikian menambah jumlah umat Katolik di Palangka Raya.

Antara tahun 1955 – 1960, seorang Pastor Tentara (Rokat) bernama Pastor Fx. Satiman sering datang dan melayani kebutuhan rohani umat Katolik di Palangka Raya disamping tugas pokoknya sebagai Rokat ABRI, dan mengadakan Perayaan Natal yang pertama kalinya di aula RRI lama di jalan Ade Irma Suryani. Palangka Raya.

Jumlah umat Katolik yang masih sedikit dan tempat tinggal yang saling berjauhan, ternyata tidak menjadi halangan untuk berkumpul dan mengadakan ibadat Sabda setiap hari Minggu dipimpin oleh Bapak Prantiyo (Kepala Kanwil P dan K) sebagai Ketua umat atau Bapak J. Soewardyo,Ba (Kepala Pendidikan Masyarakat) sebagai wakil Ketua merangkap Ketua Pemuda Katolik atau lebih dikenal dengan nama Pemuda Baret Merah pada tahun 1963.

Untuk keperluan biaya kegiatan-kegiatan Olah Raga, Rekreasi, Pertemuan/rapat dll, Pemuda Katolik mencari dana dengan menjual kayu bakar kepada pejabat-pejabat saat itu.

Bapak Thomas Suhadi (alm), merupakan salah seorang pendidik/ guru agama yang paling rajin terutama untuk anak-anak, dan beliau ini tidak segan-segan mendatanginya dari rumah ke rumah dan hasilnyapun tidak mengecewakan, selain itu juga mendirikan kelompok Legio Mariae namun sayangnya kelompok ini akhirnya bubar.

Palangka Raya, antara tahun 1959 – 1961, merupakan Stasi dibawah Paroki Kuala Kapuas yang dilayani secara bergantian oleh Pastor-pastor dari Banjarmasin, antara lain : Pastor Fx. Satiman, Pastor J.V. Hecke,MSF, Pastor G.H. Brost,MSF, Pastor G. Heine MSF, dan Pastor M. Doto Hendro MSF Alm (Pastor pribumi pertama yang bertugas di Keuskupan Banjarmasin atas tugas dari Propinsial MSF di Jawa disamping tugas pokoknya sebagai Rokat ABRI).

Pada tahun 1960, umat Katolik mendapat bantuan sebidang tanah seluan 10.000 meter persegi dari Pemerintah Daerah yang terletak di daerah Bukit Hindu.

Rapat Panitia Pembangunan Gereja Katolik pada tanggal 03 Oktober 1960, bertempat dilapangan terbuka yang merupakan lokasi rencana Pembangunan Gereja, dibawah tenda milik TNI, dihadiri oleh Mgr. W. Demarteau MSF, Pastor Karl Kleine MSF, Pastor G.Heine MSF, Bapak J. Soewardyo, Bapak ibu W.Mangun, Bapak ibu Prantiyo, Bapak ibu Thomas Suhadi, Bapak Simon Nuga, Bapak Lopek, Bapak Lukas Kobang, Ibu Tjilik Riwut dan Sdri Theresia Rudhe, dan hasil keputusan rapat langsung dibawa setangan oleh Mgr.W Demarteau MSF ke Banjarmasin.

Tahun 1961 Pastor M. Doto Hendro MSF Alm bertugas untuk sementara di Palangka Raya disamping tugas pokoknya sebagai Rokat ABRI.

Pada tahun ini pula Pemerintah Daerah memberikan tambahan tanah seluas 175 meter persegi, namun karena adanya perubahan tatakota Palangka Raya maka bantuan tambahan tanah tersebut dicabut kembali dan kemudian ditunjuk lokasi lain untuk keperluan membangun Gereja. Setelah tercapai kata sepakat antara Pemerintah Daerah dan Panitia Pembangunan Gereja Katolik maka ditetapkan lokasi tanah tersebut di Jalan Oesman Baboe atai Jalan Tjilik Riwut sekarang ini. Sementara Pembangunan Gereja belum selesai, maka ibadat setiap hari Minggu tetap diadakan dari rumah ke rumah umat secara bergiliran dan konsumsi ditanggung oleh Bu Tjilik Riwut.

Baru pada tahun 1962, Pastor Karl Klein, MSF berkarya di Palangka Raya, walaupun belum menetap.

Atas permintaan Gubernur Tjilik Riwut, di Palangka Raya pada tahun 1963 ditempatkan seorang Pastor (Pastor Karl Klein MSF) untuk membantu membangun ibukota propinsi ini.

Salah satu keuntungan bagi karya pastoral adalah letak kota Palangka Raya ditengah, sehingga bagi umat Katolik di Kuala Kapuas dan Kuala Kurun dan sekitarnya mendapat kunjungan tetap, walaupun umat Katolik di Palangka Raya sendiri masih sedikit namun semangat hidup menggerejanya sangat tinggi terutama berkat peran serta Pemuda Baret merah sangat menonjol.

Pada tanggal 01 Maret 1963, sebuah Gereja kecil/ Kapela (tepatnya dilokasi Bangunan Aula Nasaret saat ini), diberkati oleh Mgr W. Demarteau MSF UskupBanjarmasin, dan sekali gus merupakan Peresmian Paroki Palangka Raya dengan pelindung Santa Maria dan Pastor Karl Klein MSF sebagai Pastor Paroki yang pertama.

Salah satu umat yang ikut ambil bagian untuk membantu Pastor Paroki (untuk urusan rumah tangga pastor) adalah Ibu Maria Machrita atau lebih dikenal sebagai mBah Maria dan hal ini berlangsung sampai dengan bulan Desember 1973.

Pastoran didirikan oleh Pastor Karl Klein MSF di tahun 1964, yang kemudian menjadi rumah suster-suster SFD dan sekarang telah dibongkar untuk bangunan Pastoran yang baru, dan pada tanggal 18 September 1964, terbentuklah WKRI Cabang Palangka Raya dengan susunan Pengurus sbb :

Moderator: Pastor Paroki (Pastor Karl Klein)

Penasehat awam: Ibu Tjilik Riwut.

Ketua I: Ibu Schmitz. Alm.

Ketua II: Ibu Willem Mangun.

Sekretaris I: Sdri Mayang Embang.

Sekretaris II: Sdri Theresia Rudhe

Bendahara I: Ibu Singal.

Bendahara II: Ibu Ider Laut.

Sebagai organisasi wanita, maka WKRI Cabang Palangka Rayapun bergabung dalam GOW (Gerakan Organisasi Wanita) yang diketuai oleh Ibu Tjilik Riwut.

Antara tahun 1964 – 1965, Pemuda Katolik yang selalu aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, kegiatan Kenegaraan seperti ikut dalam apel Bendera pada hari-hari besar Nasional dan Pawai. Salah satu hal yang menarik bila Pemuda/umat katolik mengadakan Perayaan Natal maka sebagian besar Pejabat Pemerintah bukannya diundang namun minta diundang, hal ini terjadi karena kurangnya sarana hiburan dan akibat situasi politik saat itu. Hal ini terbukti dengan terselenggaranya pertunjukan/ hiburan bagi rakyat dalam bentuk drama dengan judul “Sinar dalam Penjara” yang diselenggarakan di Gedung Oreh (sekarang gedung Korem 102 Panju Panjung) yang disponsori oleh Bapak Linde Nayar, seorang tokoh PNI, dan selama pertunjukan didampingi oleh Rohkat dan beberapa perwira Menengah ABRI mengingat situasi politik dan keamanan waktu itu.

Dalam kegiatannya Pemuda Katolikpun tidak luput dari rongrongan organisasi Pemuda Rakyat yang berlatar belakang Komunis, bahkan telah ada usaha-usaha penyusupan kedalam tubuh organisasi. Dalam hal ini, Pemuda Katolik merupakan satu-satunya organisasi pemuda yang berani menyatakan sikap untuk mengundurkan diri dari kegiatan Sumpah Pemuda di tahun 1965, karena adanya oknum-oknum organisasi Pemuda Rakyat yang pro Komunis ikut ambil bagian dalam kepanitiaan. Pernyataan sikap tersebut disampaikan dalam suatu rapat di Gedung Front Nasional (sekarang kantor Dispenda), dan ternyata diikuti oleh organisasi-organisasi non komunis lainnya.

Jumlah umat Katolik di Palangka Raya dan sekitarnya semakin berkembang dan Gereja/ Kapela yang ada sudah tidak dapat menampung lagi jumlah umat yang ingin beribadat sehingga dirasa perlu untuk membangun gereja baru.

Hal inipun mulai terlaksana di tahun 1965 dengan dilakukannya peletakan batu pertama pembangunan Gereja Katolik Santa Maria oleh Mgr W Demarteau,MSF dan Gubernur Tjilik Riwut dan disaksikan Pastor Paroki dan segenap umatnya. Letak Batu pertama tersebut di sebuah tembok segi empat disebelah kanan altar dan didalamnya juga diletakan dokumen pembangunan pendirian gereja.

Arsitek bangunan Gereja ini adalah Bruder Longinus MSF. Pada bruder ini, Bapak Tjilik Riwut berpesan agar memasukkan unsur-unsur angka 17, 8 dan 45. dan hal ini dapat dilihat jumlah tiang gereja tersebut berjumlah 17, bentuk gereja merupakan segi delapan dan tegel pertama altar berjumlah 45 buah. Seluruh biaya pembangunan gereja ini ditanggung oleh Keuskupan Banjarmasin. Dan Pembangunan Gereja ini baru dimulai pada bulan Juli 1965 dengan pasang pondasi.

Pada tanggal 03 April 1967, Gereja Paroki Santa Maria (sekarang gedung serba guna) diberkati dan diresmikan penggunaannya oleh Mgr.W. Demarteau MSF, dan pada tahun ini pula di Palangka Raya dibuka Sekolah Dasar Katolik St. Don Bosco dan Sekolah Menengah Pertama Katolik St. Paulus yang keduanya dibawah Yayasan Siswarta Banjarmasin, berlokasi di Kompleks Gereja. Gereja/ Kapelapun dialih fungsikan untuk salah satu kelas SDK bila pagi sampai siang dan untuk SMP dari siang sampai sore hari.

Tepatnya pada tanggal 01 Februari 1967, SDK St. Don Bosco didirikan oleh tokoh-tokoh umat saat itu antara lain :

1.Bapak J Soewardyodari Kanwil P dan K

2.Bapak Drs. Suhardi.dari Kantor PMD (Bangdes)

3.Bapak Hendrikus Timang Almdari STIH

4.Bapak E. Mulyono, SH.dari Kantor Pengadilan Tinggi

5.Bapak Thomas Suhadi Alm.dari Kantor Urusan Agama (Dep Agama)

6.Bapak Willem Mangun.dari Kantor Urusan Agama (Dep Agama)

7.Bapak J. Soekardjo.dari Kanwil P dan K

8.Bapak Y Wahyudi.dari Kanwil P dan K

9.Bapak W. Ngadiyo.dari Kanwil P dan K

Dibawah koordinasi Pastor Karl Klein MSF (Pastor Paroki) dan Bapak Tjilik Riwut (Gubernur

Prop. Kalteng) dengan jumalh murid pertama sebanyak: 13 orang anak (1967)

Selain itu SMPK St. Paulus didirikan berdasarkan Akte Yayasan Siswarta Banjarmasin No.04, tanggal 26 Agustus 1558. dan tokoh-tokoh pendirinya antara lain :

1.Mgr. W. Demarteau,MSF.

2.Pastor Yan Spietters, MSF.

3.Bapak Hendrikus Timang Alm.

4.Bapak Willem Mangun.

5.Bapak Thomas Suhadi Alm

6.Bapak Letkol Surachman

Dengan jumlah siswa sebanyak: 11 orang siswa (1967)

SDK St. Don Bosco pada tahun 1968 membangun 4 ruang klas, namun demikian masih digunakan bersama dengan SMPK St Paulus, yaitu Pagi – siang digunakan oleh SDK sedang Siang – sore digunakan untuk SMPK. Guru-guru yang mengajar di SMP tersebut selama tiga tahun tanpa bayaran (sukarela), dengan berbagai macam profesi.

Natalan umat Katolik dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 1968 diadakan di Gedung Sapta Marga didepan Kantor PDAM. (gedung tersebut bekas gedung milik PKI, yang sekarang telah diganti dengan pertokoan).

Serah terima jabatan Pastor Paroki, dari Pastor Karl Klein MSF kepada Pastor Frans Yan,MSF terjadi ditahun 1969.

Pada tahun yang sama SMPK St. Paulus merayakan Ulang Tahun yang kedua di Gedung Tambun Bungai, yang dihadiri oleh Mgr.W.Demarteau,MSF juga Pastor M. Doto Hendro,MSF (Mayor) dan undangan lainnya.

Serah terima jabatan Pastor Paroki, dari Pastor Frans Yan,MSF kepada Pastor Yan Spietters, MSF terjadi ditahun 1971, dan berkarya di Palangka Raya sampai dengan tahun 1975.

Sementara itu SDK St.Don Bosco menambah lagi 3 ruang klas karena jumlah murid yang terus bertambah.

Perayaan Paskah di tahun ini tanggal 12 April 1971 dirayakan bersama dengan Pastor M.Doto Hendro,MSF.

Atas restu Uskup Banjarmasin, pada tanggal 20 Desember 1971, 3(tiga) orang suster-suster Fransiskanes dari Dongen tiba di Palangka Raya, mereka itu adalah Suster Agnes SFD (perawat), Suster Yohana SFD (guru SD) dan Suster Anita SFD (guru TKK) yang kemudian mendirikan TKK Sinar Surya dibawah Yayasan Santa Maria Banjarmasin pada tanggal 01 Februari 1972, untuk kegiatan belajar TKK Sinar Surya menggunakan gedung mantan kapela., dengan murid sebanyak 28 anak. Para Suster tersebut menempati rumah milik Pastoran disamping kanan Gereja (sekarang telah dibongkar untuk didirikan Pastoran) untuk itu sementara Pastoran dipindahkan ke Sakristi Gereja St. Maria.

Pada tanggal 19 Desember 1972, 2 (dua) orang suster SFD datang untuk memperkuat komunitas SFD di Palangka Raya, mereka adalah Suster Suster Dominique SFD (sebagai Kepala SMPK St.Paulus) dan Suster Monique SFD (Pengajar di TKK Sinar Surya).

Pada tahun 1973 SMPK St,Paulus mendirikan gedung baru yang berlokasi di Kompleks Gereja Juga dan pada tanggal 03 Januari 1973 diberkati dan diresmikan oleh Uskup Banjarmasin.

Pada tahun ini jumlah umat Katolik mencapai 656 jiwa.

Serah terima jabatan Pastor Paroki, dari Pastor Yan,MSF kepada Pastor Wiggers,MSF terjadi ditahun 1975, dan berkarya di Palangka Raya sampai dengan tahun 1977.

Untuk memudahkan pelayanan bagi umat maka Paroki St, Maria Palangka Raya dibagi menjadi 3 Kring, yaitu :

-Kring I: dengan wilayah kompleks Pasar, Panarung dan sekitarnya.

-Kring II: dengan wilayah PCPR I dan sekitarnya

-Kring III: Meliputi daerah Bukit Hindu dan kompleks gereja.

Tanggal 26 Februari 1975, mulai membangun gedung TKK yang baru berlokasi di sebelas kiri depan GedungGereja dan baru selesai dan diberkati oleh Mgr W Demarteau,MSF pada tanggal 28 Juli 1975 yang disaksikan oleh Pastor Paroki (Pastor Wiggers,MSF) dan umat Katolik di Palangka Raya, sehingga mantan gedung TKK (Kapela) dimanfaatkan untuk tempat pertemuan/ Rapat dll.

Pastoran yang baru mulai dibangun di tahun 1976, berlokasi disebelas kanan depan Gereja. (sekarang telah dibongkar dan diubah menjadi taman rumput didepan kiri Pastoran yang ada).

Pertengahan tahun 1977 terjadi serah terima jabatan Pastor Paroki dari Pastor Wiggers,MSF kepada Pastor Frans. Padmowidodo,MSF. Dalam waktu satu tahun beliau berkarya di Palangka Raya ada hal-hal yang perlu dicatat antara lain :

- Wilayah pelayanan (Kring) bertambah satu, yaitu Kring IV, dengan wilayah Kompleks Gereja dan Bukit Tunggal.

-Terbentuknya kelompok MUDIKA dengan ketua Ign. Suyitno. (Polisi)

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok ini antara lain : Koor, Vokal Group, Mengisi acara mimbar agama Katolik di RRI regional I Palangka Raya, rekreasi rohani, doa Rosario, doa kelompok Mudika, kebersihan gereja. Selain kegiatan tersebut diatas, Mudika juga ikut ambil bagian dalam rehap atap Gereja dan Musda KNPI. Walaupun hanya dengan sarana transportasi “Sepeda” semua kegiatan dapat terlaksana dengan baik, tanpa peduli dengan kondisi jalan yang masih sangat jelek karena jalan tersebut sangat berdebu dimusim kemarau dan penuh genangan lumpur dimusin hujan.

-Kegiatan pertandingan olah raga dalam rangka HUT RI serta lomba Koor dan Kitab Suci dalam rangka HUT Paroki, dua kegiatan ini memberi warna tersendiri bagi umat pada saat itu.

-Terbentuknya kelompok Kitab Suci/ KKS yang beranggotakan 10 orang, walaupun hanya berumur kurang lebih setengah tahun, bubar akibat kesibukan masing-masing anggota dan berakhirnya masa tugas Pastor Paroki tahun 1978

Penggantinya adalah Pastor A Sumartasetyaka,MSF beliau berkarya di Paroki ini sampai tahun 1980. Dan pada tahun ini pula, Ketua WKRI Cabang Palangka Raya (Dra.Theresia PS) mendapat kepercayaan mewakili ibu-ibu Kalimantan Tengah untuk ikut dalam Konggres Wanita Indonesia (Kowani) di Jakarta.

Diantara transmigran (Bereng Bengkel) yang datang itu terdapat 3 KK umat Katolik, sementara jumlah umat Katolik pada masa itu berjumlah 925 jiwa. Bulan Juli 1979 Pastor A Sumartasetyaka,MSF cuti selama satu bulan dan untuk sementara digantikan oleh Pastor Antonius Tjokroatmodjo,MSF.

Pada tahun 1980, seorang Pastor dengan postur tubuh jangkung, kurus, lengkap dengan kumis dan janggut serta berambut gondrong datang, beliau ini adalah Pastor Antonius Tjokroatmodjo,MSF menggantikan Pastor A Sumartasetyaka,MSF sebagai Pastor Paroki yang akan berkarya sampaitahun 1982, pada masa beliau ini seorang Frater berambut Kribo menjalani masa TOP selama 1 tahun, beliau adalah frater Suryo,MSF.

Dalam Pekan Suci, yakni pada hari Kamis Putih, 14 orang Mudika mengadakan kegiatan Tuguran sampai pagi. Dalam acara itu diisi dengan kegiatan Doa, Doa Rosario dan Renungan Malam oleh Pastor Paroki serta sharing pengalaman iman oleh Pastor dan masing-masing peserta, yang unik adalah bahwa kegiatan ini baru pertama kalinya diadakan dalam sejarah Paroki Palangka Raya ini, dan bagi Pastor membawa kenangan tersendiri.

Pada tanggal 03 Desember 1980, Sekolah Menengah Katolik St Petrus Kanisius berdiri dibawah Yayasan Dandang Kahayan Pusat Palangka Raya berdasarkan akte Notaris No.08 tertanggal 03 Desember 1980. dengan pendirinya :

-Pastor Andreas Sumarta Setyaka,MSF.

-Dr. W. Andryansah Arifin,MPH- Bapak Willem Mangun

-Bapak Drs. Lukas Tingkes.- Bapak A.S. Subari

-Bapak Drs. Yohanes Ngga.- Bapak Drs Napa I. Awat.

-Bapak H.J. Manik SH.- Bapak Drs. A. Taryono

Berlokasi di Kompleks Gereja dengan jumlah siswa pertamanya sebanyak 28 orang. Sebagai catatan Bahwa guru-guru yang mengajar di SMA tersebut selama tiga tahun tanpa bayaran (sukarela), dengan berbagai macam profesi.

Dan pada tahun 1981, SMA katolik mendapat bantuan tanah seluas 10 hektar di jalan G. Obos Palangka Raya, namun sampai dengan saat ini tanah tersebut belum dikelola dengan baik.

Ditahun ini pula, beberapa tokoh penggerak Mudika melangsungkan pernikahan, dalam hati mereka ingin terus tetap aktif dalam kegiatan Mudika dan ini terlihat dengan masih aktifnya mereka dalam kegiatan Mudika saat itu, namun Pastor Paroki selaku Pembina Mudika menasehatkan agar mereka ini mulai aktif dalam kegiatan yang lainnya diluar Mudika terutama dalam kegiatan Kring dimana mereka tinggal, dengan harapan mereka dapat menimba pengalaman dalam membina keluarga yang selama ini tidak mereka dapatkan dalam kelompok Mudika.

Serah terima jabatan kembali terjadi ditahun 1982 yaitu antara Pastor Antonius Tjokroatmodjo, MSF kepada Pastor Yasso Widharta, MSF yang berkarya di Paroki Palangka Raya hingga tahun 1984.

Perumnas lama diresmikan dan ternyata ada 7 KK Katolik di kompleks Perumnas itu, dan dari 7 KK (Kring IIIa khusus Perumnas atas izin Ketua Kring III Bpk Winansen) inilah yang merupakan cikal bakal berdirinya Kring 5. Wilayah Paroki dikembangkan dari 4 Kring yang ada menjadi 5 Kring dengan wilayah daerah Bukit Tunggal sampai dengan kompleks Transito Km. 7 ke arah Tangkiling.

Pada tahun 1982 lahirnya gagasan untuk mendirikan Gereja di Kompleks Perum Perumnas dengan nama Gereja St. Petrus. Gagasan tersebut dilaksanakan dengan pembentukan Panitia Pem bangunan Gereja dengan susunan sbb :

Penasehat: Pastor Paroki.

Pimpinan Perum Perumnas Palangka Raya (Bpk. Omo Sudarmo)

Ketua I: Bapak Fx. Suharyono.

Ketua II: Bapak Yohanes Sri Sadono.

Sekretaris: Bapak Y. Wahyu Purwanto.

Bendahara: Bapak Yusmandi.

Pelaksana: Bapak Rudolfus Raba Djamin.(Alm).

Untuk memperoleh izin prinsip pendirian Gereja saat itu betul-betul sangat sulit, karena baru di tahun ketiga izin prinsip tersebut keluar setelah melalui debat panjang di Kantor Departemen Agama Prop. Kalteng. Namun dalam pelaksanaannya ternyata semua urusan pembangunan gereja ini akhirnya dilimpahkan kepada sekretaris, dari pengurusan izin prinsip pendirian gereja s/d mencari dana (bersama-sama dengan Ketua II dibantu oleh Bpk A Budi Sutrisno dan Bpk Andries) termasuk ancaman <”Gereja berdiri sama dengan Perang Salib”> yang ditulis besar-besar pada dinding gereja dari beberapa orang dari masyarakat non Kristen yang tidak setuju berdirinya gereja tersebut. Akhirnya gereja ini selesai dibangun kemudian diresmikan oleh Mgr Prajasuta,MSF dan Bapak Suparmanto (Gubernur Kalteng) sesuai dengan prasasti yang nempel pada dinding gereja, pada saat Pastor Gabriel Kalen Wujon, namun namanya diubah namanya menjadi Gereja St. Yoseph pada saat menjelang peresmian gereja itu, melalui konflik antara sekretaris (an.Panitia Pembangunan) dan Pastor Paroki, Pastor Gabriel Kalen Wujon, didalam rapat pleno Dewan Paroki dengan pokok persoalan perubahan nama gereja dari St Petrus menjadi St Yoseph, dan konflik ini baru tuntas setelah Uskup Mgr Prajasuta,MSF turun tangan. Mgr Prajasuta,MSF Semua dokumen yang dikelola oleh sekretaris telah diserahkan kepada Bpk Antonius Budi Sutrisno dari Dewan Paroki saat itu.

Konflik terjadi antara kelompok Mudika dan Pastor Paroki (Pastor Yasso Widharta, MSF) yang secara kebetulan tidak suka dengan adanya kelompok Mudika dengan alasan keberadaannya tidak relevan dengan program kerja paroki yang mengakibatkan kelompok Mudika ini dibubarkan dan sebagai penggantinya dibentuklah Kelompok Mahasiswa Katolik Palangka Raya (KMKP) dan Kelompok Remaja Paroki.

Pada tahun 1983, jumlah umat Katolik berjumlah kurang lebih 1.180 jiwa.

Tanggal 08 Juni 1983 Paus Yohanes Paulus II mengangkat Pastor Fx. Prajasuta MSF, menjadi uskup Banjarmasin dan menggantikan Mgr. Wilhelmus Demarteau MSF.(30 tahun sebagai Uskup) dan ditahbiskan menjadi Uskup di Banjarmasin, pada tanggal 23 Oktober 1983, pada hari minggu misi oleh Mgr. Wilhelmus Demarteau MSF, yang didampingi oleh Mgr.H. Bumbun,OFM Cap uskup Agung Pontianak, Mgr. Fx. Hadisumarta, O.Carm Uskup Malang dan Ketua KWI, Mgr. BL. Pujarahardja,SY Uskup ketapang, Mgr.Isak Doera, Uskup Sintang, Mgr. Y.Darmaatmadja,SY Uskup Semarang juga Mgr. Dr.M.Coomans Administrasi Apostolik Samarinda.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah cq. Dirsek Swasta nomor : 665/07/Kep/I/1983 tertanggal 01 Desember 1983, SMAK St. Petrus Kanisius memperoleh status “Diakui”. Dan memperoleh status “Disamakan” berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah tanggal 01 Februari 1989 Nomor : 011/C/Kep/I/1989.

Serah terima jabatan kembali terjadi ditahun 1984 yaitu antara Pastor Yasso Widharta, MSF kepada Pastor Hardo Suyatno, MSF namun tidak lama berkarya di Paroki Palangka Raya, karena kemudian beliau dipindahkan lagi ke Paroki Tering (Kalimantan Timur).

Pada bulan September 1984, wilayah Paroki St. Maria Palangka Raya yang selama ini dilayani oleh para pastor dari konggregasi Misionaris Keluarga Kudus (MSF) diserahterimakan pelayanannya kepadaKonggregasi Serikat Sabda Allah (SVD) dengan Pastor Parokinya adalah Pastor Clement Cletus Da Cunha SVD, didampingi Pastor Gabriel Kalen Wujon SVD.

Dan pada masa ini Mgr Fx Prajasuta MSF, bersama dengan Pastor Clement Cletus Da Cunha SVD dan rombongan meresmikan 3 buah Gereja di Kuala Kurun, Tumbang Terusan dan Lawang Uru.

Berita duka tanggal 04 September 1984, Pastor M. Doto Hendro MSF, yang pernah berkarya di Palangka Raya meninggal dunia.

Ditahun 1985, Pastor Norbert Betan SVD, menggantikan Pastor Clement Cletus Da Cunha,SVD sebagai pastor Paroki, yang saat itu juga melayani Stasi Tangkiling, Stasi Bereng Bengkel/ Kalampangan. Sedang Pastor Clement Cletus Da Cunha,SVD berkarya di Stasi jalur sungai Kahayan hulu, Stasi jalur sungau Rungan dan Manuhing, bahkan mendirikan SMA Katolik di Kuala Kurun dibawah Yayasan Arnoldus Yansen.

Demikian Pastor Raymundus Rede Blolong SVD tiba di Palangka Raya dan selanjutnya berkarya di Stasi jalur sungai Katingan.

Tanggal 21 Juli 1985, Keuskupan Banjarmasin mendirikan PGAK Tahasak Danum Pambelun di Palangka Raya yang diresmikan oleh Mgr Fx. Prajasuta MSF dan sebagai pimpinannya adalahPastor Clement Cletus Da Cunha,SVD. PGAK ini didirikan berdasarkan keputusan Rapat Kerja bulan Nopember 1984 di Sikhar Banjarbaru untuk keperluan mengatasi kekurangan guru agama Katolik.

Pendidikan berlangsungselama 1 (satu) tahun dalam kehidupan kampus dan asrama sebagai salah satu keseluruhan. Siswa yang masuk pertama sebanyak 23 orang dan yang berhasil menamatkan pendidikan sebanyak 19 orang. Mereka ini dilantik dan diutus dalam MisaPerutusan oleh Uskup Banjarmasin.

PGAK dan Program D2 dikelola oleh Yayasan Tahasak Danum Pambelum, dengan akta Notaris tanggal 10 Nopember 1985 No. 25 dengan Badan pengurus yayasan antara lain :

Pembina Yayasan: Mgr. Fx. Prajasuta, MSF.

1.Ketua Komisi KLKP: Pastor Frans. Huvang Hurang ,MSF.

2.Sekretaris: Bapak Michael Lung.

3.Bendahara: Pastor C. Adi Widjaja, MSF.

Dan Pastor Gabriel Kalen Wujon SVD diangkat oleh Uskup Banjarmasin menjadi koordinator Sekolah Katolik di Palangka Raya.

Pada bulanAgustus 1985, tiga orang Suster Misionaris SSpS tiba di Palangka Raya.

(CM.SSpS. Conggregatio Missionaris Servarum Spiritus Sancti/ Konggregasi Misi Abdi Roh Kudus) dengan tujuan : Mewartakan Cinta Kasih Allah Tritunggal yang menyelamatkan kepada semua orang yang belum, sedang atau sudah menerima Kabar Gembira tapi belum mendalam, khususnya penduduk asli. Karya mereka meliputi : Pastoral keluarga, Pendidikan dan Medis. Pionir-pionir SSpS tersebut antara lain :

1.Suster Anderea Maria Margareta Wulu SSpS sebagai Pimpinan Komunitas dengan profesi sebagai guru, mengajar di SMAK St. Petrus Kanisius merangkap sebagai Kepala Sekolah. Dan tahun 1989 diangkat sebagai Kepala SMPK St. Paulus Palangka Raya.

2.Suster Elisabeth, Elisabeth Pamul SSpS, bekerja sama dengan Pastor Clement Cletus Da Cunha,SVD. Di jalur Sungai Kahayan sebagai perawat.

3.Suster Patricia Ursula SSpS yang bekerja sama dengan Pastor Raimundus Rede Blolong,SVD, (yang kemudian digantikan oleh Pastor Yoseph Bukubala,SVD) di jalur sungai Katingan untuk menangani Pastoral Keluarga, anak-anak dan ketrampilan untuk ibu-ibu.

Sementaraitu pada tanggal di Palangka Raya dibuka kursus ketrampilan/ pendidikan praktis bagi para “drop out” dari sekolah lanjutan.

Bapak Hendrikus Timang (69 tahun), mantan Pastor Kapuas dan Kuala Kurun pada tahun 1952yang juga tokoh pendiri SDK, SMPK serta STIH meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1985 di Palangka Raya.

Mulai bulan Februari 1986, PGAK Tahasak Danum Pambelum merubah kurikulum dari PGA Solo ke Kurikulum PGA Malang dengan alasan agar dapat mengikuti ujian Negara.

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Wilayah Dep.Dikbud Prop.Kalimantan Tengah, tanggal 25 Maret 1986, Nomor : 28/KPTS/1986, SMP Katolik St. Paulus mendapat “Piagam Jenjang Akreditasi Diakui” dari Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Dep. P dan K Nomor : B.14.003, tanggal 25 April 1986 untuk Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama Swasta.

Tanggal 19 April 1986, Gereja Katedral Banjarmasin merayakan Pesta Emas (1936 s/d 1986). Aksi panggilan ditahun ini dilaksanakan dengan melaksanakan Pameran/ Penyuluhan tentang konggregasi-konggregasi yang ada di Palangka Raya.

Mulai bulan Februari 1986, PGAK Tahasak Danum Pambelum merubah kurikulum dari PGA Solo ke Kurikulum PGA Malang dengan alasan agar dapat mengikuti ujian Negara.

Poliklinik “Panduhup” (Penolong) adalah Sarana Pelayanan Kesehatan milik Yayasan Dandan Kahayan, terletak di kompleks Gereja Katolik, pada awal mula berdiri ditangani oleh dr.Djono Koesanto bersama dengan Suster Elisabeth Pamul,SSpS (1986-1987). Namun kemudian dr. Djono Koesanto berangkat melanjutkan studinya dan Suster Elisabeth Pamul SSpS pindah tugas, maka praktis kegiatan Poliklinik ini terhenti beberapa tahun hingga izin operasionalnya habis masa berlakunya.

Tanggal 28 Januari 1987, GedungPGAK yang baru berlantai 2 diresmikan penggunaannya oleh Mgr Fx. Prajasuta MSF, berlokasi tepat di belakang Gereja.

Pada tahun ini pula Pastor Atsui MSF ditahbiskan olehMgr Fx. Prajasuta MSF di Aula Nasaret di Kompleks Gereja Katolik Palangka Raya.

Serah terima jabatan Pastor Paroki dari Pastor Norbert Betan SVD kepada Pastor Gabriel Kalen Wujon SVD yang didampingi Pastor Yohanes Don Louis SVD.

Selain itu juga diadakan pemekaran wilayah dan penggantian istilah “Kring” menjadi “Lingkungan” dengan nama pelindung santo/ santa, dengan rincian sbb :

- Kring Imenjadi Lingkungan Santo Ignatius

- Kring IImenjadi Lingkungan Santa Cecilia dan

Lingkungan Santo Antonius.

- Kring IIImenjadi Lingkungan Santo Yohanes dan

Lingkungan Santa Theresia.

- Kring IVmenjadi Lingkungan Santa Maria.

- Kring Vmenjadi Lingkungan Santo Fransiskus Xaverius dan

Lingkungan Santo Petrus.

- Dan 2 (dua) Stasi Tangkiling dan Stasi Bereng Bengkel (Kalampangan).

Serah terima jabatan dari Ketua Kring V (Bpk. Y.Wahyu Purwanto.) kepada Ketua Lingkungan St. Fransiskus Xaverius (Bpk. Heribertus Sunyono) dan Ketua Lingkungan St. Petrus (Bpk. Tarnus Tagan) dilaksana kan tanggal 11 Januari 1987 dan dituangkan dalam Berita Acara Serah terima, yang kemudian diikuti oleh kring-kring lainnya, dan sekarang Lingkungan yang berasal dari kring V ini telah beranak pinak5 Lingkungan yaitu : Lingkungan St. Fx Saverius, St. Yoseph, St. Petrus, St. Paulus, St. Mikael dan St. Mateus.

Kegiatan lingkungan meliputi : Doa Lingkungan rutin, pendalaman Iman dan Kitab Suci ditetapkan setiap hari Senin dan Kamis malam, Selasa malam dialokasikan untuk rapat Dewan dll, Rabo dan Jum’at untuk latihan koor sedang sabtu malam untuk persiapan tugas hari Minggu.

Pada tanggal 07 Januari 1988. Pastor J. Wieggers MSF, Mantan Pastor Paroki Palangka Raya tahun 1975 – 1977, meninggal dunia di Banjarmasin pada usia 70 tahun (lahir tanggal 21 April 1918).

Pembentukan Legio Maria Presidium Ratu Para Rasul pada tanggal 06 Maret 1988 dihadiri 9 orang diresmikan olwh Pastor Norbert Betan SVD dengan susunan pengurus :

-Pembina Rohani: Pastor Norbert Betan,SVD.

-Ketua: Suster Lidwin SFD.

-Wakil Ketua: Y. Wahyu Purwanto

-Sekretaris: Anastasia Wahyu Dwi Retnowati. (Alm).

-Bendahara: Ibu Nadeak (Alm).

Tempat rapat anggota di TK. Sinar Surya setiap hari Minggu sore pukul 18.00 WIB. Sayangnya Legio Maria ini berakhir/ bubar dengan rapat anggota terakhir tanggal 18 Mei 1989, karena banyak anggota yang pindah keluar Palangka Raya disamping yang meninggal dunia : 2 orang.

Ditahun 1989 dalam komunitas Suster-suster SSpS terjadi pertukaran tenaga dan penggantian karya kerasulan Pendidikan dan medis diganti dengan karya kerasulan Pastoral terutama Pastoral Keluarga, merekatersebut adalah :

-Sr. Anderea Maria M. SSpS digantikan oleh Sr. Ermengilde Maria M. SSpS.

-Sr. Patrisia Ursula SSpS digantikan oleh Sr Elisabethine Lusia Angko SSpS.

-Sr. Elisabeth E. Pamul SSpS digantikan oleh Sr. Ekarista Wilhelmina M. SSpS.

Dan 2 orang suster baru yaitu Sr. Willibroda Sophia Mueng, SSpS dan Sr. Stella Yohana Nuban.SSpS.

Tim Pastoral berhasil menyusun “Pedoman Kerja Pengurus Lingkungan” melalui semacam penataran singkat tanggal 19 san 21 Februari 1989 di Aula Nasaret.

Pastor Paroki sebagai Ketua Badan Pengawas Yayasan Dandan Kayahan Pusat Palangka Raya menerbitkan Surat Keputusan Tanggal 30 Agustus 1989 Nonor : 27/C.10/SMPR/VIII/1989 tentang Pemberhentian Pengurus Lama dan Pengangkatan Pengurus Baru Yayasan Dandan Kayahan Pusat Palangka Raya.

Pada tanggal 08 September 1990, Gereja St. Petrus di Kompleks Perum Perumnas Palangka Raya diresmikan oleh Mgr. Fx. Prajasuta MSF dan Bapak Drs. Soeparmanto (Gubernur KDH Tk.I Kalteng) dan diganti mananya menjadi gereja St. Yoseph. (Prasasti tertempel didinding bagian dalam gereja tersebut).

Serah terima jabatan Pastor Paroki dari Pastor Gabriel Kalen Wujon SVD kepada Pastor Yohanes Don Bosco Louis SVD. Sampai dengan awal tahun 1991.

Pada awal tahun 1991, Pastor Yohanes Don Bosco Louis SVD. Digantikan oleh Pastor Kanisius Djalang SVD.

Calon Cabang PMKRI Sanctus Dionisius Palangka Raya terbentuk tanggal 18 April 1991 dengan anggota sebanyak 34 orang dan sebagai Ketua Presidiumnya adalah Y.Wawan Elia W. dgn Sekretaris Jendral Katarina Halim. (1991-1993).Status Calon Cabang ini kemudian ditingkatkan menjadi Cabang Penuh pada MPA XVII di Bandung pada tanggal 24-29 Nopember 1992 dengan TAP MPA, Nomor : 03/TAP/MPA/XVII/1992.

Tokoh pendirinya adalah :

1.Bapak Ir. Marukan Hendrck.

2.Bapak Andreas Saban.

3.Bapak Ir. Ober Gultom.

4.Pastor Yohanes Don Bosco Louis SVD.

Status Calon Cabang PMKRI, ditingkatkan menjadi Cabang Penuh pada MPA XVII di Bandung.

Tanggal 11 Juni 1991 pukul 09.00 WIB merupakan kontak pertama antara keuskupan Banjarmasin dengan Biara karmel Kontemplatif “Flos Carmeli” di Batu-Malang. Dan pada tanggal 18 Agustus 1991, 2 orang Suster Karmel terbang ke Banjarmasin bersama Mgr. Fx. Prajasuta,MSF untuk meninjau lokasi ke Kal.Selatan dan Kal. Tengah diwilayah Keuskupan Banjarmasin.

Pemberkatan rumah Pastor/ Pastoran Palangka Raya yang baru oleh Uskup Banjarmasin dan pembongkaran pastoran lama, yang kemudian diubah menjadi taman rumput.

Tahun 1992 terjadi lagi serah terima jabatan Pastor Paroki dari Pastor Kanisius Djalang SVD.kepada Pastor Ezra Susanto,SVD sebagai pastor paroki sementara sebelum Pastor paroki yang definitive tiba di Palangka Raya.

Sejak tahun 1992, Komunitas SFD Palangka Raya ada 5 orang suster yaitu :

- Sr. Anita SFD: Kep.Sek. TK Sinar Surya & sbg Pimpinan Komunitas SVD.

- Sr. Yulia SFD: Kep.Sek.SMPK St.Paulus & sbg Angg Dewan Regio Jawa Kalimantan.

- Sr. Francine SFD: Bendahara SMPK & SDK

- Sr. Laurentine SFD: Rumah tangga susteran dan Pengurus asrama putri “Indu Ayungku”

- Sr. Gertrudis SFD: Tenaga pelaksana Poliklinik “Panduhup” (mulai 04 Januari 1993).

Dan awal tahun 1993 Pastor Ezra Susanto SVD digantikan oleh Pastor Martin M. Anggut SVD dan beberapa peristiwa penting dalam tahun ini, antara lain :


  1. Perjanjian antara Ketua Yayasan Dandan Kahayan Pusat (Bp.Drs.Lukas Tingkes) dengan Anggota Dewan Pimpinan SFD Regio Jawa Kalimantan (Dra.Sr.Yulia,SFD) untuk mengadakan kerja sama pengelolaan Poliklinik tertanggal 04 Januari 1993 Nomor :66/YDK-TU/1993 dan Sr. Gertrudis SFD, sebagai tenaga pelaksananya. Dan Surat Izin Mendirikan Poliklinik “Panduhup” Palangka Raya dari Walikotamadya Palangka Raya (Bp.Drs. Donis N. Singaraca. Alm) Nomor :187/440/Kesra/1993 tertanggal 30 Januari 1993.
  2. Terbentuknya kepengurusan Dewan Paroki periode 1993-1994.
  3. Gereja Katolik ambil bagian dalam kegiatan Pesparawi Tingkat Nasional yaitu dengan menyediakan akomodasi/ penginapan bagi para peserta yang berasal dari kontingen Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Utara dan Timor Timur.
  4. Kedatangan 5 (lima) orang Suster-suster Karmelites (Ordo Carmel) tanggal 06 Juli 1993 melalui Pulang Pisau, dan secara resmi adat dan Liturgi pada tanggal 16 Juli 1993, bertepatan dengan hari raya Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel, atas permintaan Mgr. Fx. Prajasuta, MSF, dan untuk sementara di rumah Pastor-pastor Souverdi Km.5 depan Kantor Walikotamadya Palangka Raya
  5. Kedatangan Pastor Godefrieds Meko,SVD dan Frater Stefanus,SVD (TOP)
  6. Pada tanggal 14 Agustus 1993, Tahta Suci mengumumkan secara resmi bawa Pastor Julius Aloysius Husin MSF diangkat menjadi Uskup pertama Keuskupan Palangka Raya.

Seorang Pastor yang dilahirkan di Desa Asa, kecamatan Barong Tongkoq, kabupaten Kutai, Kalimantan Timur pada 15 Agustus 1937, dari suku dayak Tunjung Putera Petani dengan 7 bersaudara. Ditahbiskan menjadi Pastor di Gereja Tering oleh Mgr. Jac. Romein, MSF pada tanggal 25 Juli 1964. Tahun 1966 diangkat sebagai Vikjen Keuskupan Samarinda. Tahun 1973 diutus DPD Golkar Kaltim duduk di MPR. Tahun 1980 sebagai Pastor Paroki di Tering di Sungai Mahakam. Tahun 1984 menjadi Pastor Paroki Katedral Banjarmasin dan sebagai Vikjen Keuskupan Banjarmasin merangkap sebagai Sekrtaris dan ekonom Keuskupan Banjarmasin.


  1. Pembentukan Panitia Pentahbisan Uskup Pertama Palangka Raya dan Peresmian Keuskupan Palangka Raya, pada tanggal 17 Oktober 1993. dengan susunan sbb :

    • Penasehat: Mgr Yulius Aloysius Husin,MSF
    • Ketua umum: Bp. H.J. Andries.(Koord Pentahbisan)
    • Ketua I: Bp. Fx. Supangat.(Koord Pesta umat)
    • Ketua II: Bp. Drs. Lukas Tingkes.(Koord Resepsi)
    • Ketua III: Bp. Drs. G. Martoyo.
    • Sekretaris: Bp. Y. Wahyu Purwanto.
    • Wakil sekretaris: Bp. Emanuel Milo Wawo.
    • Bendahara: Bp. Y. Pamudji.
    • Wakil bendahara: Bp. Petrus Purwadi.
    • Dilengkapi Seksi yang terkait dengan acara tersebut antara lain : Seksi Koor, Liturgi, Pesta umat, Resepsi, Akomodasi, Usaha dana, Konsumsi, Kesenian, Sekretariat, Publikasi dokumentasi, Perlengkapan, Dekorasi, Keamanan.

  2. Puncak kegiatan di tahun 1993 adalah acara Pentahbisan Uskup Pertama Palangka Raya : Mgr Yulius Aloysius Husin,MSF dan Peresmian Keuskupan Palangka Raya, pada tanggal 17 Oktober 1993. Dan Pastor Martin M. Anggut SVD sebagai Vikjennya.

Tahbisan dilaksanakan di Gedung Pertemuan Umum (GPU) Tambun Bungai. Dalam Tahbisan tersebut Pastor Martin Anggut SVD dan Pastor Lukas Atsui MSF sebagai pendamping, Pro-Nuncio, Mgr Pietro Sambi. Uskup Pentahbis Mgr. H.Bumbun OFM Cap dan Mgr. W. Demarteau MSF, sedang Pentahbis Utamanya adalah Mgr. Fx. Prajasuta MSF. Selain itu juga disaksikan dan dihadiri uskup-uskup dari berbagai Keuskupan di Indonesia.

Gambar/Lambang Uskup (saat ini ditempel pada plafon Gereja Katedral) didesign oleh Bpk Y Wahyu Purwanto yang dimaknai sendiri oleh Uskup tertahbis sebagai berikut :

a.Perisai Kalimantan : Gereja menghargai budaya setempat.

b.Burung (merpati) : Lambang Roh Kudus yang selalu menjiwai, menerangi, menyemangati dan mengobarkan kasih sejati dalam hati umat beriman.

c.Hosti dan Piala : Tanda Kehadiran Kristus dala Ekaristi, yang menjadi sumber daya hidup rohani umat.

d.Tongkat kegembalaan berbentuk salib (salibnya kelihatan lebih menonjol) : ugas penggembalaan pada dasarnya adalah pelayanan yang selalu menuntut semangat berkorban demi kebahagiaan sesama.

e.Lilin menyala dan kandelar : Iman yang hidup menyinari dan member motivasi kepada pelayanan dan semangat berkorban.

f.Alkitab terbuka dengan kutipan dati Injil Markus (MK) 8:2 :”Misereor Super Turbam” = Hatiku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Alkitab adalah sumber inspirasi dan kutipan Injil Markus ini menjadi moto karya pelayanan Keuskupan Palangka Raya).

g.Padi dan Kapas : Martabat manusia menuntut kesejahteraan manusiawi seutuhnya rohani dan jasmani. Walaupun gereja (Agama) lebih memperhatikan aspek rohani, namun sesuai dengan misinya di tengah masyarakat dunia gereja turut serta memperhatikan kesejahteraan social dalam batas-batas kewenangan dan kemampuannya.

Pesta umat dalam rangka tahbisan ini diadakan dihalaman Sekolah di Kompleks Gereja dan berakhir karena hujan yang sangat deras ditengah terik matahari.. (hujan deras tersebut terjadi setelah penampilan tari-tarian dari Kaltim(Tari minta hujan).


  1. Pengangkatan Personalia Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Palangka Raya Sanctus Dionisius periode 1993-1994 dengan S.K. Nomor : Ist/Mandataris/Kep/03/1993 tertanggal 16 Maret 1993.

Tanggal 02 Februari 1994, Pertemuan Uskup Palangka Raya Mgr Yulius Aloysius Husin,MSF dengan Dewan Paroki St. Maria Palangka Raya dengan materi : Perkenalan, Pengarahan dan tanya jawab serta Munculnya gagasan Pendirian Katedral yang baru, dengan alasan bahwa sarana yang ada saat ini sudah tidak memadai bila dibandingkan dengan laju pertambahan umat setiap tahunnya.

Terbitnya Surat Keputusan Uskup Palangka Raya tanggal 28 Mei 1994 Nomor : 139/KP-PPGK/V/1994 tentang Pembentukan Panitia Pembangunan Gereja Katedral Palangka Raya dengan susunan sbb :

Pelindung/penasehat: Uskup Palangka Raya

Vikjend Keuskupan Palangka Raya

Bpk. H.J. Andries (Wakil Gubernur Kal Tengah).

Ketua Dewan Paroki St Maria Palangka Raya

Ketua umum: Drs. Lukas Tingkes.

Ketua I: Drs. Frans Rahail

Ketua II: Albert Sihombing

Sekretaris I: Drs. G. Martoyo.

Sekretaris II: Y. Wahyu Purwanto.

Bendahara I: Yohanes Pamudji.

Bendahara II: Ir. Yosef Ruslan.

Dilengkapi dengan seksi-seksi antara lain : Seksi Usaha Dana, Perencanaan, Pelaksana Pembangunan, Pengawasan dan Sekretariat.

Rapat Kerja I. Keuskupan Palangka Raya dilaksanakan tanggal 04 s/d 09 Oktober 1994, bertempat di Aula Nasaret, dan sebagai ketua/ koordinator adalah : Pastor Martin M. Anggut, SVD.(Vikaris Jenderal).

Topik Raker adalah :

·Keluarga (Pastoral Keluarga)

·Perkawinan ditinjau dari aspek budaya dan moral Kristiani.

·Penjajakan Pedoman Kerja Keuskupan Palangka Raya (PKKP) dan visi Keuskupan.

Penceramah/ pembicara dalam Raker tersebut antara lain :

·Mgr. J.A. Husin, MSF (Uskup Palangka Raya)

·Rm. Dr. AL. Purwa Hadiwardoyo, MSF.(Dosen-Pakar Moral).

·Bapak Laurens Dison.(Dosen-Pakar Antropologi Budaya).

Peserta terdiri dari :


  1. Para Pastor/ Iman sekeuskupan Palangka Raya : 18 orang.
  2. Para Bruder : 4 orang
  3. Utusan Komunitas Suster : 14 orang
  4. Provinsial MSF dan SVD : 2 orang
  5. Ketua-ketua komisi/ Lembaga/ Yayasan : 10 orang
  6. Bimas Katolik DEPAG Prop. Kalteng : 1 orang
  7. Tokoh-tokok awam/ umat : 7 orang.

Selain itu juga dihadiri oleh undangan yaitu :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun