Mohon tunggu...
Yusup Nurohman
Yusup Nurohman Mohon Tunggu... Penulis - We Love Learn Sociology

pengembara angkringan, masih mencari apa yang lebih dari sekadar materi mari bercengkrama di @yusufseo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Feminisme dan Perempuan Saat Pandemi Global

30 Desember 2020   15:39 Diperbarui: 30 Desember 2020   15:55 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peran perempuan dalam melawan COVID-19 (foto: theconversation.com)

Setelah di tetapkan karantina wilayah pada awal maret 2020 pandemi telah mengubah banyak hal. Bukan hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga memengaruhi ekonomi dan sosial. Segala upaya dan usaha telah dilakukan pemerintah. Yaitu dengan karantina wilayah (lockdown) dan social distancing.

Dalam kerangka feminisme ternyata virus COVID-19 membawa dampak pada perempuan dan anak. Dalam lensa feminis kita bisa melihat dengan kritis adanya ketidakadilan, diskriminasi, kekerasan pada perempuan dan kelompok marginal. Pandemi ini membawa krisis di segala aspek kehidupan di dunia.

Di dalam krisis pandemi COVID-19 perempuan dan anak adalah kelompok yang paling rentan. Hal ini di sebabkan karena dalam masa krisis adanya ketimpangan, kesenjangan, dan kekerasan yang mengalami peningkatan. Kasus kekerasan rumah tangga dan kekerasan seksual terus meningkat dari awal pandemi hingga saat ini.

Hal ini tidak hanya terjadi di negara Indonesia saja. Di India misalnya terjadi peningkatan kekerasan rumah tangga pada lockdown minggu pertama. Hal ini bukan baru pertama terjadi. Pada saat kasus epidemi E-bola di Afrika Barat tercatat peningkatan tajam pada kekerasan perempuan hingga 4,5%. Akses kesehatan reproduksi menjadi sebab-sebab klinik pada tutup karena takut dengan penyebaran virus dan ini merugikan perempuan.

Pada saat pandemi terjadi tercatat adanya masalah yang memiliki efek bergender salah satunya adalah akses kesehatan reproduksi sulit. Kemiskinan akses kesehatan yang tidak terjangkau bagi masyarakat minoritas. Data yang tidak terpilah gender mengakibatkan bantuan pemerintah yang tidak tepat sasaran. Hal ini perlu ditangani oleh pemerintah dalam masa pandemi ini.

Konsep gender sebagai isu perempuan harus diperhatikan sebagi upaya untuk meminimalisir persoalan. Contohnya adalah bantuan sembako di masa pandemi seperti ini. Bantuan hanya bersifat reaktif sesaat. Tanpa didasari pemikiran kerangka feminis.

Respons pemerintah yang tidak didasari data yang terpilah gender hasilnya sesaat dan tidak tepat sasaran. Sebabnya Indonesia sering melakukan kegiatan bagi-bagi sembako tanpa mengaitkan adanya system penindasan yang perlu dibongkar.

Beberapa yang perlu di soroti dalam masa pandemic adalah kesenjangan pendapatan, segregasi gender, dan eksploitasi. Harus adanya tindakan di bidang ekonomi dalam mengurai ketertinggalan perempuan di pasar kerja. Karena partisipasi perempuan di pasar kerja rendah karena adanya perkawinan yang sudah memiliki anak 2 tahun, dan penididikan yang rendah. Adanya pergantian sector ekonomi dari sector pertanian.

Di masa pandemi COVID-19 dunia bergantung pada careworkers yang mayoritas adalah perempuan dan anak perempuan. Contohnya adalah di bidang kesehatan mayoritas perempuan yang berprofesi sebagai perawat berada di garda terdepan dalam melawan pandemi COVID-19.

Tetapi pada kenyataanya dokter yang mayoritas laki-laki lebih mendapatkan perlakuan istimewa berbeda dengan perawat yang dianggap biasa saja. Bahkan dalam pembagian intensif perawat mendapatkan intensif yang lebih kecil dari dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun