Apalah artinya awet muda jika masa tua hidup tak berkualitas. Umur hanyalah angka. Kuantitas! Sementara kualitasnya adalah kemapanan dalam menjalani setiap fase zona usia.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021 melansir bahwa Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Indonesia adalah 73,5 tahun. Meningkat dari catatan statistik priode tahun sebelumnya.
Itu artinya kualitas kemapanan usia hidup orang Indonesia meningkat. Kualitas kemapanan dalam merawat jasmani dan rohaninya. Sebuah kondisi yang punya peran besar agar seseorang mampu mencapai lanjut usia.
Ngomongin usia 50 tahunan adalah ngomongin usia yang menarik. Topik Pilihan Kompasiana kali ini sungguh menghibur. Paling tidak buat penulis yang 11 November lalu genap berusia 52 tahun.
Usia 50 tahunan, masih menurut BPS, Â tetap dianggap sebagai usia produktif. Usia yang masih bisa melakukan banyak hal. Walau 50 tahunan sudah ditetapkan masuk zona usia pra pensiun, yakni usia antara 45 - 64 tahun.
Banyak orang bisa berkesempatan mencapai usia 50 tahunan. Tapi tak semua orang mampu memanfaatkan kesempatan usia di gerbang pensiun itu. Baik untuk menutupi kekurangannya, maupun merawat kelebihannya. Kelebihan kinyis-kinyis, misalnya.
Kekurangan dan kelebihan dimaksud adalah masalah kualitas hidup. Kualitas hidup yang linear dengan kuantitas usia yang sebenarnya sudah tua. Walaupun sebenarnya belum tua-tua amat. Apalagi dikatakan lanjut usia atau jompo.
Apa rahasia hidup berkualitas di usia 50 tahunan? Rahasia tetap kinyis-kinyis mirip orang umur 30 tahunan? Jawabannya banyak, tidak satu.
Jika ukurannya sehat, tentu harus sering olahraga, menjaga pola makan benar dan istirahat yang cukup.
Jika ukurannya makmur, tentu gak terlepas dari ikhtiar mencari rezeki dan merenda karir yang keras sejak muda.