Mohon tunggu...
Yustinus Hendro Wuarmanuk
Yustinus Hendro Wuarmanuk Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tamatan Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Metafisika Thomas Aquinas

27 April 2015   12:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:38 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

METAFISIKA THOMAS AQUINAS

A.Argumen pendukung

1.Pengantar

Intisari dari metafisika Aquinas berpusat pada satu kata inti yaitu Esse. Dan Esse kemudian dimengerti sebagai Tuhan. Kalau seluruh ciptaan secara individual bereksistensi maka bagi Aquinas eksistensi itu adalah partisipasi dalam Esse, itulah Tuhan yang menciptkan dari ketiadaan. Itulah sebabnya secara eksistensial seluruh ciptaan tergantung pada eksistensi Tuhan. Intinya Esse adalah prinsip metafisik yang paling tinggi dan segala ciptaan tergantung pada Esse tersebut sejauh eksistensi tapi manusia mau menjadi apa tidak tergantung pada Esse. Dengan demikian ada beberapa istilah penting dalam metafisika Aquinas,yaitu:

a.Ens: diterjemahkan sebagai apa yang mengada dan mengandung dua unsure penting. Pertama sebagai subjek, kedua sebagai tindakan atau aktivitas mengada. Atau ens adalah sesuatu/apa yang mengada. Dengan demikian apapun yang bereksistensi disebut pengada. Dengan demikian aada dua unsur dari pengada: Pertama pengada berarti segala sesuatu yang bereksistensi dan kedua dapat menjadi objek rasio yang dipikirkan. Konsekwensinya manusia, hewan disebut sebagai pengada. Kalau begitu bagaimana mungkin setiap ens dapat melakukan aktivitas mengada? Karena semua berpartisipasi dalam eksistensi Esse.

b.Tentang Esse : kata pengada menunjuk pada eksistensi suatu benda sedangkan mengada mau menunjuk bahwa sesuatu yang karenanya dapat disebut pengada. Atau sesuatu dapat disebut pengada karena mengada. Maka isitilah mengada selalu menujuk pada benda tertentu seperti manusia, hewan, sedangkan mengada menjadi syarat bagi sesuatu supaya disebut pengada. Jadi aktivitas yang paling fundamental adalah aktivitas mengada sebagai sumber dan dasar bagi aktivitas yang lain. Karena aktivitas mengada sebagai prasyarat abgi aktivitas lain maka aktivitas mengada adalah aktivitas yang sempurna.

Kalau begitu bagaimana Aquinas mendefenisihkan Esse? Yaitu sebagai Actus purus (aktus murni tanpa potensialitas) pada makhluk ciptaan ada potensialitas tapi dalam eksistensi Tuhan tidak ada potensialitas hanya aktualitas.

c.Tentang Essentia : punya beberapa arti yaitu: 1) apa yang dimilki sebagai unsure yang sama yang dimiliki satu spesies. 2) adalah apa yang disebut the whatness atau quidity. 3) sebagai forma totius yang menyebabkan sesuatu disebut dengan nama tertentu. Dengan demikian essential adalah prinsip pembatas, atau apa yang karenanya eksistensi dari spesies diperoleh atau prinsip yang menyebabkan partisipasi terbatas.

d.Hubungan Essentia dan Mengada: Essentia berbeda dari eksistensi karena eksistensi merupakan partisipasi dalam Esse. Esse adalah prinsip aktualitas dan merupakan aktualitas sempurna dari pengada. Kalau begitu bagaimana hubungan Essentia dan eksistensi? Yaitu eksistensi merupakan pertisipasi terbatas dalam Esse dan eksistensi sebagai prinsip pembatas dari partisipasi tersebut.

2.Substansi

Bagi Aquinas untuk mengerti tentang substansi kita harus berangkat dari Aristoteles.bagi Aristoteles ada dua pandangan, antara lain:

a.Pandangan Aristoteles tentang substansi

Untuk mengerti hal ini kita harus berangkat dari pandangan pengada. Baginya kita hanya dapat mengerti tentang pandangan tersebut atas empat cara:

1.Sesuatu mengada sebagai atribut. Misalnya mengenai warna, relasi.

2.Sesuatu mengada pada dirinya atau mengada menurut hakekatnya, itulah yang kelak akan disebut substansi.

3.Pengada sebagai ide, k onsep dalam pikiran. Dan inilah yang disebut sebagai being as truth. Ide sebagai pengada tidak dapat ditangkap oleh panca indera.

4.Pengada sebagai potensialitas atau aktualitas.

Berdasarkan pemahaman ini Aristoteles melanjutkan pandangannya dengan menyebut tentang kategori yang adalah klasifikasi yang riil tentang pengada dan relasi. Dan ia membagi 10 kategori yaitu: substansi, kualitas, kuantitas, relasi, aktivitas, posotivitas, tempat, waktu, posesi dan posisi. Dengan kategori ini kita bisa mendudukan pengada dengan cara mengadanya. Dari 10 kategori ini hanya ada satu kategori y ang primer yaitu substansi karena substansi selalu berperan sebagai subjek yang mengerjakan. Namun susbstansi sebagai kategori primer ia sebut menjelaskannya adalam dua arti, yaitu: substansi primer: substansi yang subjeknya sebagai atribut2 dan substansi sekunder itulah yang dimengerti sebagai esentia spesies. Dan dalam buku metaphysics ia membedakan empat arti substansi yaitu:

1.Benda-benda alami yang kemudian disebut substansi karena bukan predikat. (inilah substansi primer)

2.Apa yang dianggap sebagai penyebab eksistensi dalam suatu substanbsi primer.

3.Substansi dipakai untuyk menyatakan apa saja yabng menjadi bagian fundamental dalam suatu pengada sebagai suatu yang mandiri.

4.Menyatakan esensia dari benda-benda. (inilah substansi sekunder)

Sesudah menjelaskan tentang susbstansi itu,baginya hanya ada dua substansi yang menjadi dasar, antara lain:

1.Substansi dalam arti subjek: itulah substansi yang substratum artinya sesuatu yang menjadi dasar dan diatasnya ada atribuat, sehingga baginya substansi adalah pengada yang tidak dapat dipredikatkan.

2.Forma atau esensi bagi pengada individual. Misalnya jiwa adalah esensi bagi manusia.

b.Substansi menurut Thomas Aquinas

Padangannya tentang substansi ada dua, yaitu:

1.Komentarnya atas pandangan ARistoteles.

Dalam komentarnya, ia membedakan ada beberapa jenis pengada:

a.pengada riil (alamiah) dan pengada konseptual (ide). Kedua pengada ini dapat dibahasakan.

b.Dan Aquinas membedakan lagi antara 1) sesuatu yang mengada pada dirinyamenurut hakekatnya dan 2)pengada sebagai aksidental. Pengada pada dirinya adalah sesuatu yang bereksistensi pada dirinya sedangkan pengada aksidental adalah cara mengada secara aksidental

c.Ia membedakan lagi antara pengada secara potensial dan pengada secara aktualitas (kesempurnaan). Dan dari segi inilah kita dapat berbicara tentang waktu.

Dari ketiga pengada di atas, baginya pengada sejati adalah pengada riil yang punya eksistensi objektif. Atau pengada yang sungguh adalah pengada yang riil, alamiah, dan actual, dan k ombinasi dari pengada riil, alamiah dan actual itulah yang kemudia disebut substansi.

2.Pandangan otentiknya tentang substansi

Bagi Aristoteles pengada adalah berstatus subjek karena itu tidak dapat dipredikatkan pada sesuatu yang lain. Sedangkan bagiAquinas sustansi adalah pengada yang menurut eseinya tidak dapat dipredikatkan atau substansi adalah pengada yang menurut esensinya bereksistensi pada dirinya. Hal yang membedakan antara Aristoteles dan Aquinas adalah:

*tambahan Aquinas pada tentang esensi

*Artistotels tentang cara mengada, eksitensi pada dirinya atau subjek tidak dapat dipredikatkan.

*Aquinas substanti tidak dapat dipredikatkan karena esesnsinya. Mengapa karena sgala sesuatu yang bereksistensi adalah partisipasi dalam Esse.

3.Strukutur Esensi dan esksitensi

Aquinas membedakan lima strukurt substansi yaitu Pertama Malaikat, jiwa manusia, manusia, hewan dan benda mati. Kalau begitu faktor apa y ang memungkinkan kita dapat membedakan unsure-unsurini? Yaitu esensi dan eksistensi. Namun Aquinas secara khusus berbicara tentang tentang level atas yaitu malaikat, jiwa manusia dan manusia. Karena itu makna substansi juga dapat dibedakan menjadi dua bagian:

1.Substansi susunan: substansi yang memiliki susunan materi dan bentuk.(substansi ragawi).

2.Substansi sederhana: tidak memiliki materi tapi hanya memiliki potensialitas dan aktualitas dan esensi serta aktualitas.(substansi nirragawi). Kalau begitu apa itu substansi ragawi dan substansi nirragawi?

a.Substansi ragawi

Susunannya adalah materi dan bentuk. Dan kelihatan bahwa Aquinas mengambil pandangan ini dari teorii Aristoteles tentang hilemorfisme, namun sebebarnya ada perbedaan.

Aristoteles:

Membedakan meteri (hile) dan bentuk (morphe). Hile adalah unsure yang dibatasi, penerima bentuk. Sedangkan morphe adalah unusur yang membatasi baik dalam adri bentuk kelihatan maupun esensi yang hanya dapat ditangkap oleh intelek. Ketika saya melihat sesuatu maka saya tahu itu manusia karena punya esensi.Inilah yang kemudian disebut eidos. Dan eidos selalu bersifat universal. Sedangkan moprhe bersifat konseptual. Dan forma adalah esensi yang bersifat universal dan materi adalah prinsip individual.

Aquinas:

Ia setuju dengan Aristoteles bahwa substansi susunan terdiri dari materi dan bentuk. Namun ia tidak setuju bahwa forma adalah esensi substansi. Baginya esensi substansi susunan adalah baik materi maupun forma. Bagaimana menjelaskan hal ini?

Dapat dijelaskan bahwa eksistensi A adalah partisipasi dalan Esse. Dan yang berptisipasi dalam Esse ini adalah tubuh dan jiwanya. Karena eksistensi A adalah tubuh dan jiwa maka keduanya berpartisipasi dalam Esse. Maka esensi adalah prinsip limitasi, dan prisip limitasi itu adalah tubuh dan jiwa. Atau baik tubuh dan jiwa keduanya adalah prinsip limitasi.

b.Substansi nirragawi

Dalam substansi ini, Aquinas lebih menyebut dua ketegori yaitu malaikat dan jiwa manusia. Karena keduanya punya kesamaan yaitu tidak bertubuh. Baginya jiwa yang terletak dari tubuh adalah substansi nirragawi (tanpa raga). Tapi mengapa jiwa disebut satu substansi? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus membuat perbedaan antara pandangan Plato, Aristotels dan Aquinas.

Plato:

Baginya jiwa adalah substansi indenpenden, kekal dan tidak berubah. Dan jiwa bereksistensi selalu lepas dar tubuh. Sehingga tubuh adalah penjara bagi jiwa, membatasi jiwa.

Aristoteles:

Baginya jiwa adalah forma bagi manusia, esensi manusia, prinsip gerak, prinsip aksi.

Aquinas:

Bagi jiwa maupun tubuh keduanya adala esensi dan aktivitas manusia merupakan hasil kerja sama antara tubuh dan jiwa. Akan tetapi baginya tubuh dan jiwa dapat beraktivitas tapi jiwa secara independen dapat beraktivitas sendiri tanpa kerja sama tubuh. Kalau begitu apakah dalam manusia riil terdapat substansi dalam substansi? Tidak.Jiwa dan tubuh selalu satu bagian tapi dalam aktivitasnya jiwa dibayangkan di luar tubuh. Baginya jiwa selalu mengkomuniakasikan di dalam tubuh. Maka esksistensi tubuh tidak lain adalah eksistensi jiwa. Jiwa membutuhkan tubuh untukberkomunikasi dengan tubuh.

c.Malaikat

Bagi Aquinas ada kesamaan antara malaikat dan jiwa manusia, yaitu:

*keduanya tidak terdiri dari materi dan forma tapi keduanya mengandung forma dan esksistensi.

*Dan juga esensi merupakan potensialitas yang bisa mendapatkan aktualitas pada Esse.

Sedangkan perbedaannya adalah: Malaikat didudukan pada puncak hirarki ciptaanlebih tinggi dari jiwa manusia dan manusia. Bagaimana menjelaskannya? Ada dua penjelasan:

·Dari perspektif aktivitas maka malaikat merupakan forma murni. Menurut kodratnya malaikat memiliki daya aktivitas tanpa kerja sama dengan tubuh. Sehingga ia menyebut malaikat sebagai intelek murni.

·Dari perspektif multiplikasi secara kwantitatif, malaikat multiplikasinya berlangsung sesuai dengan kebijaksanaan Ilahi yang menentukan tata substansi immaterial. Pada malaikat multiplikasi terjadi menurut spesies dan bukan menurut individu karena multiplikasi individu membutuhkan tubuh.

4.Kesimpulan Aquinas

Substansi menurut Aquinas mempunya 3 struktur:

1.Materi dan bentuk (teori hilemorfisme), teori inilah yang mengkritik Plato yang m emfokuskan pada bentuk.

2.Substansi mempunyai struktur potensialitas dan aktualitas.

3.Substansi mempunyai struktur esesnsi dan esksistensi. Eksistensi dari substansi adalah partisipasi di dalan Esse.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun