Mohon tunggu...
Yustina Reni
Yustina Reni Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan

you only get one life, make it count

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori "Psychosocial Development" Erik Erikson

5 November 2013   15:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:33 2887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Adalah Erik Homburger Erikson, seorang psychoanalyst yang mengembangkan teori psychosocial development. Dalam teori ini Erikson membagi manusia kedalam 8 stages / 8 tingkatan mulai dari saat mereka masih bayi sampai di usia dimana mereka sudah tidak produktif lagi. Pada tingkat ke-1 (usia baru lahir sampai 18 bulan) Erikson menjelaskan tentang konflik yang terjadi saat itu yaitu Trust vs Mistrust. Biasanya anak di usia tersebut akan percaya pada siapa saja yang dapat memberikan perhatian lebih kepada mereka, sehingga mereka merasakan kenyamanan dan ketenangan saat berada di dekat orang tersebut misalnya adalah saat berada di dekat orang tua mereka. Sebaliknya, mereka akan merasa tidak nyaman dan tidak tenang bahkan tidak bisa mempercayai mereka apabila berada di tengah orang - orang asing yang tidak mereka kenal. Tingkat ke-2 (usia 2 - 3 tahun). Konflik yang terjadi adalah Autonomy vs Shame and Doubt. Sebagian besar Ibu - Ibu di dunia sering mengeluh pada anak - anak mereka yang berusia 2 - 3 tahun. Mereka mengeluh karena anak - anak mereka menjadi nakal dan terkesan susah diatur. Sebenarnya hal tersebut adalah sifat alami yang akan terjadi karena anak - anak di usia tersebut memiliki rasa ingin tau yang besar akan hal - hal baru yang ditemui mereka. Tak jarang mereka akan aktif bertanya saat mereka melihat orang - orang dewasa melakukan aktivitas mereka. Baiknya, jangan terlalu melarang mereka untuk melakukan hal - hal baru yang ingin mereka ketahui. Berikanlah penjelasan kepada mereka dengan bahasa yang lembut agar mereka tidak salah mengartikan hal - hal tersebut. Jika anda berhasil membuat mereka yakin akan semua itu mereka akan menjadi anak - anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi di kemudian hari. Namun, apabila anda tidak sukses memberikan penjelasan kepada mereka, mereka akan menjadi anak - anak yang pemalu dan ragu - ragu dalam menghadapi sesuatu. Karena bisa jadi mereka tidak yakin dengan pengetahuan yang mereka dapat sebelumnya. Tingkatan yang ke-3 (usia 3 sampai 5 tahun) yaitu tingkatan antara Initiative vs Guilt . Tahap ini juga bisa disebut sebagai tahap exploration. Bagi anda yang memiliki anak - anak di usia tersebut ajaklah anak - anak anda ke tempat - tempat yang dapat membantu mereka meng-explore semua hal - hal baru yang ada di sekeliling mereka; misalnya permainan di alam bebas dengan mengajak mereka ke tempat - tempat bernuansa alam seperti kebun binatang mungkin bisa jadi pilihan yang tepat untuk menumbuhkan rasa ingin tau mereka terhadap macam - macam suaka yang ada di alam ini. Apabila anda dapat mengajarkan semua hal - hal yang bermanfaat, maka mereka akan memiliki sifat - sifat dari orang - orang yang memiliki tujuan dalam hidup karena bisa jadi saat mereka meng-explore, mereka mendapatkan initiatif untuk mempertahankan kelangsungan hidup dari suaka - suaka tersebut. Tingkat ke-4 (usia 6 - 11 tahun) antara Industry vs Inferiority. Usia ini adalah saat anak - anak mulai merasakan pendidikan akademis dan bersosialisasi terhadap lingkungan dan teman - teman sebayanya. Baiknya anda tidak "melepaskan" anak - anak anda pada usia ini. Pendidikan akademis memang penting untuk membantu perkembangan otak anak - anak anda, tapi pendidikan di rumah juga tidak kalah pentingnya. Jangan sampai kita sebagai orang tua "lepas kendali" dan akhirnya anak - anak kita lah yang menjadi korban dan terjerumus dalam hal - hal negatif. Tingkat ke-5 (usia 12 - 18 tahun) konflik yang terjadi Identity vs Role Confusion. Usia remaja adalah usia yang rentan terhadap hal - hal negatif. Apalagi di zaman sekarang ini yang serba canggih. Salah - salah alat komunikasi pun bisa menjadi perusak moral anak - anak. Jangan terlalu mengekang anak - anak remaja karena bisa jadi mereka akan menjadi pemberontak nantinya. Karena di usia ini adalah usia dimana mereka sedang mencari jati diri mereka. Mereka akan berpikir "saya adalah sesuatu" yang sudah bisa hidup mandiri dan tidak butuh perlindungan dari orang tua. Menjadi sahabat berbagi dengan anak - anak lebih baik daripada menjadi musuh bagi kebebasan mereka. Biarlah mereka ber-ekspresi sesuai dengan jiwa muda mereka asalkan itu hal - hal positif.  Tingkat ke-6 (usia 19 - 40 tahun) adalah tahap Intimacy vs Isolation. Tahap ini adalah tahap dimana orang - orang membutuhkan hubungan yang lebih dekat dengan orang - orang yang dianggap bisa memberikan kenyamanan dan kebahagiaan untuk mereka. Oleh sebab itu banyak mereka yang sudah berpacaran memutuskan untuk menikah karena mereka ingin hubungan mereka dengan orang yang dicintai semakin terjalin erat. Dalam bidang ekonomi pun mereka akan cenderung ingin mandiri, apalagi bagi anak - anak yang sudah bekerja. Mereka cenderung "tidak mau diatur" dalam mengelola uang hasil kerja mereka. Tingkat ke-7 (usia 40 - 65 tahun) Generativity vs Stagnation. Orang - orang yang berada di usia tersebut biasanya sudah tidak memiliki minat untuk bekerja lagi. Mereka cenderung ingin memberikan apa yang telah mereka dapat kepada anak - anak mereka. Misalnya anda adalah seorang pengusaha yang memiliki perusahaan sendiri, maka anda akan berpikir untuk memberikan usaha tersebut kepada anak - anak mereka. Tingkat ke-8 (usia 65 tahun - tutup usia) Ego Integrity vs Despair. Masa - masa ini akan masa mengenang apa yang telah mereka capai semasa muda. Bagi mereka yang sukses dalam hidup kemungkinan besar akan berbahagia saat mereka tutup usia nanti. Sebaliknya bagi mereka yang tidak merasa sukses akan merasa kecewa dan menyesal saat tutup usia nanti. Semua ini merupakan teori yang terjadi di kehidupan nyata. Kebahagiaan kita tergantung dari seberapa kita merasa bahagia. Bahagia tidak harus memiliki banyak uang, tapi saat kita melihat anak - anak kita bisa menjadi "berguna" bagi sesama itu juga merupakan kebahagiaan hidup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun