Mohon tunggu...
Yusrina Zulfa
Yusrina Zulfa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fobia Cadar dan Janggut

7 Juni 2018   10:13 Diperbarui: 7 Juni 2018   10:24 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suarapilardemokrasi.blogspot.com

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan cadar ataupun janggut Namun, keberadaan perempuan bercadar atau laki-laki berjanggut masih belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat Indonesia, kurang lebih dikarenakan oleh beberapa gerakan radikal yang terjadi beberapa tahun belakangan ini. 

Gerakan tersebut mengidentikkan dirinya dengan ikon cadar dan janggut sehingga menggiring stigma masyarakat bahwa semua perempuan bercadar dan laki-laki berjanggut adalah bagian dari sebuah tindakan yang patut dicurigai.

"Pada 17 Juni 2015, Dylann Roof melakukan penembakan terhadap kelas study Injil dan membunuh hampir semua anggota gereja, kecuali satu orang untuk dibiarkan pergi. Kemudian ditangkap, dengan damai. Lalu ketika Dylann membunuh sembilan orang kulit hitam yang tidak bersalah, kita tidak menanyakan siapa Tuhannya, ia mengenakan bendera APARTHEID, kita tidak mempertanyakan agamanya. Dia melakukan kejahatan itu sendiri, kita tidak mempertanyakan sukunya. 

Ketika Adam Lanza membunuh seisi kelas anak Sekolah Dasar di Sandy Hook, kita tidak meminta dia untuk meninggalkan negara. Ketika Timothy McVeigh membunuh 168 orang di Oklahoma, kita tidak menyebutnya sebuah kejahatan terhadap seluruh Amerika. 

Ketika KKK membantai ribuan orang kulit hitam Amerika dan mencoreng nama baik Kristen, kita tidak memaksa untuk melarang jubah mereka, kita tidak menyebut semua umat Kristen rasis....." potongan puisi di atas berjudul Islamophobia adalah puisi yang dibawakan oleh Rudy Fransisco, Natasha Hooper and Amen Ra pada National Poetry Slam Finalis Atlanta, GA.

Sekurang-kurangnya puisi tersebut mewakilkan mereka yang bercadar atau mereka yang berjanggut, melaksanakan kehidupan sehari-hari namun mendapatkan pandangan aneh dan dihindari oleh sebagian masyarakat karena label 'teroris'. Bisa juga puisi di atas mewakilkan seorang berjilbab yang tinggal di negara minoritas Muslim, yang ingin mendapat pendidikan sama namun terhambat karena label 'Islam' pada dirinya.

Sungguh aneh, dibalik kecanggihan teknologi, kemajuan peradaban manusia dengan pemikiran yang lebih terbuka pada suatu hal. Namun masih menyisakan sifat primitif, melihat apa yang ingin dilihat, mendengar apa yang ingin didengar dan merasakan apa yang ingin dirasakan. 

Beberapa gerakan radikal yang terjadi beberapa tahun belakangan ini, mengatasnamakan jihad namun berafiliasi dengan ISIS, gerakan teroris internasional dunia. Gerakan tersebut mengidentikkan dirinya dengan ikon cadar dan janggut sehingga menggiring stigma masyarakat bahwa semua perempuan bercadar dan laki-laki berjanggut adalah sebuah tindakan yang patut dicurigai.

MejaKomputer.com
MejaKomputer.com
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan cadar ataupun janggut, cadar dalam bahasa Arab niqab yang berarti penutup wajah dari batas hidung hingga ke bawah, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia cadar yang berarti kain penutup kepala atau muka (bagi perempuan). Cadar merupakan sebuah sunnah untuk digunakan pada perempuan muslim. 

Bercadar bagi muslimah dianjurkan ketika ditakutkan dapat membuat fitnah dan menarik perhatian kepada lawan jenis yang bukan mahramnya, agar tetap menjaga batas-batas hubungan antara perempuan dan pria dalam ajaran Islam. Janggut, merupakan anjuran dari Rasulullah SAW sebagai identitas umat Muslim. Namun, keberadaan perempuan bercadar masih belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat Indonesia.

Sebagian masyarakat juga berpendapat bahwa perempuan bercadar merupakan sebuah kelompok aliran tertutup, sehingga mengganggu proses komunikasi dengan masyarakat lain. Karena masyarakat beranggapan, dengan sebuah kain yang menutup sebagian wajah dapat menggangu gerak bibir dan ekspresi saat berbicara sehingga menghambat terjadinya proses hubungan antar pribadi dalam masyarakat. Maka tidak dapat dipungkuri, hingga kini perempuan bercadar masih belum mendapatkan tempat di dalam lingkungan kemasyarakatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun