Mohon tunggu...
Yusnaeni
Yusnaeni Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

https://yusnaeni.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penyakit Tidak Menular Melonjak, Ini Cara Mencegahnya

14 November 2019   12:45 Diperbarui: 16 November 2019   16:09 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi masalah dunia saat ini. Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2018, 73%penyebab kematian di dunia adalah PTM, seperti penyakit jantung, pembuluh darah, kanker, diabetes, dan pernapasan kronis. Parahnya, penyakit ini menimpa orang dengan usia produktif atau sebelum usia 60 tahun.

Di Indonesia sendiri, tingkat prevalensi PTM melonjak naik lebih dari 34%. Stroke, jantung dan diabetes adalah tiga PTM tertinggi yang menyerang masyarakat Indonesia saat ini.

Mengutip pernyataan Kepala Sub Direktorat Kejadian Luar Biasa, Direktorat Imunisasi dan Karantina, dr. Theresia Sandra Diah Ratih MHA yang dimuat di Kompas.com pada 15 Oktober 2019, PTM disebabkan oleh perubahan gaya hidup akibat perkembangan teknologi. Orang masa kini cenderung malas bergerak dan memilih menggunakan kendaraan untuk bepergian meski jaraknya dekat. Keberadaan ojek online juga menjadikan orang semakin malas mengantar barang dan membeli makanan. Belum lagi banyaknya promo yang menggiurkan, menu yang bervariasi, dan gambar yang menarik, membuat orang malas memasak dan memilih pesan makanan melalui aplikasi.

Pada tahun 2011, WHO pernah melapor bahwa ada empat faktor utama penyebab PTM, salah satunya adalah makanan tidak sehat. Di negara maju  seperti Amerika Serikat, industri makanan berperan besar dalam meningkatnya PTM. Proses produksi dan kandungan bahan pangan yang digunakan dalam produksi masal berkontribusi dalam peningkatan jumlah penderita diabetes, penyakit jantung, hipertensi dan kanker. Makanan olahan industri memiliki kadar gula dan garam relatif tinggi, yang mendorong kegemukan/obesitas. Selain itu strategi pemasaran dan penentuan harga menggempur iklan di berbagai media, memompa semangat masyarakat mengonsumsi makanan tidak sehat. Lobi-lobi pengusaha untuk melonggarkan aturan iklan produk dan label kelayakan konsumsi juga berperan dalam melonjaknya angka PTM.

Tak hanya Amerika, Indonesia juga mengalami masalah serupa. Kepala Badan POM, Dr. Ir. Penny K. Lukoto MCP mengatakan saat ini pemerintah sedang menghadapi tantangan masalah stunting dan meningkatnya PTM yang diakibatkan oleh keamanan pangan yang menimbulkan keracunan, sedikitnya nutrisi yang terkandung dalam pangan, dan beredarnya informasi tidak benar (hoax) secara berulang-ulang. BPOM kemudian membuat kebijakan regulasi dengan memperketat pengawasan dan izin beredarnya makanan. "Semua produk pangan harus mendapat izin / pengawasan BPOM. Sehingga aspek mutu pangan dan gizi terjamin," ujar Penny dalam kegiatan "Ngobrol Asik dengan Kepala Badan POM" (makan sehat ala generasi cerdas) dalam rangka peringatan World Food Day (WFD) 2019, Sabtu (9/11) di Mitra Terace, Jalan Gatot Subroto Kav. 21 Jakarta Selatan.

Lukito menghimbau kepada masyarakat untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan gizi. Sebelum membeli produk untuk selalu "Cek Klik" yaitu Cek Kemasan, Label, Izin Edar, dan Kadaluwarsa. 

Cek klik label, kadaluwarsa, kemasan dan izin edar sebelum membeli makanan. (dokpri)
Cek klik label, kadaluwarsa, kemasan dan izin edar sebelum membeli makanan. (dokpri)
Badan POM telah membuat terobosan dengan memanfaatkan teknologi informasi yaitu melalui penerapan 2D Barcode. Di era digital saat ini, sistem 2D Barcode memberikan manfaat bagi masyarakat terkait kemudahan akses informasi legalitas produk. Di sisi pelaku usaha, sistem ini dapat menghindarkan terjadinya pemalsuan atau diversi. Bagi Badan POM selaku lembaga pengawas tentu sangat memudahkan dalam operasional pengawasan. Dengan melakukan scan barcode melalui aplikasi BPOM Mobile, konsumen dapat memastikan legalitas produk Obat dan Makanan. Badan POM juga membuat aplikasi CEK BPOM. Melalui aplikasi ini, kita bisa mengidentifikasi apakah produk yang dibeli sudah memiliki izin edar atau belum. Caranya sederhana, tinggal memasukkan nama produk atau nomor registrasi. Baik BPOM Mobile maupun CEK BPOM dapat diunduh di Play Store.  "Banyak produk makanan dengan nomor registrasi seolah-olah sudah mendapat izin dari BPOM ternyata palsu. Di aplikasi itu kita bisa mengecek kebenarannya," ungkap Lukito. 

Bicara makanan berhubungan dengan cita rasa. Di era media sosial seperti saat ini, masyarakat khususnya milenial banyak yang pilih-pilih makanan untuk mereka santap. Harus memiliki penampilan menarik agar bagus difoto. Meski begitu, asupan tetap perlu diperhatikan. "Everything is moderation. Makanan oleh sesuai selera tapi asupan harus diperhatikan, dan jangan berlebihan," ujar Lukito. Garam, gula, dan lemak adalah kandungan dalam makanan yang jika dikonsumsi berlebihan sangat berbahaya. "Untuk itu konsumsilah secukupnya," tegas Lukito.

Guru Besar Tekonologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Purwiyatno Hariyadi juga berpendapat yang sama. Makanan di Indonesia beraneka ragam. Penting sekali untuk sadar dengan keamanan produk olahan, salah satu caranya dengan mempercayakannya pada BPOM. Semua makanan yang sudah terverifikasi oleh BPOM sudah dipastikan aman. Kebersihan juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan sebelum membeli makanan. Lihat terlebih dahulu kondisi warung makan/restoran. Bersih atau tidak lingkungannya, begitu juga dengan peralatan dan air yang digunakan. Tak hanya itu kebersihan diri juga perlu dijaga dengan mencuci tangan sebelum makan.

Konsumsi sayur dan buah-buahan serta olahraga secara rutin bisa mencegah penyakit tidak menular. (dokpri).
Konsumsi sayur dan buah-buahan serta olahraga secara rutin bisa mencegah penyakit tidak menular. (dokpri).
Faktor lain yang menyebabkan PTM, menurut Purwiyatno adalah kebiasaan orang Indonesia mengonsumsi karbohidrat berlebihan dan malas olahraga. Maka untuk menghindari berbagai penyakit tidak menular, Purwiyatno menyarankan agar masyarakat Indonesia mengurangi karbohidrat/menggantinya dengan karbohidrat lain seperti jagung, ubi, gandum, dan beras merah. "Hindari makanan berlemak, asin dan gula. Perbanyak makan sayur dan buah-buahan serta rutin berolahraga," katanya.

Menyikapi beredarnya berita hoax Lukito berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk berpikir kritis. "Pakai critical thinking ketika menerima informasi. Bisa menggunakan 5W + 1H. What, When, Where, Why, Who, dan How," papar Lukito. Jika menemukan berita-berita terkait produk produk makanan berbahaya yang belum jelas kebenarannya, masyarakat dapat langsung menghubungi Badan POM melalui Halo BPOM 1500533 atau berbagi platform media sosial official Badan POM.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun