Mohon tunggu...
Yusfrian Sneijder Mantong
Yusfrian Sneijder Mantong Mohon Tunggu... Freelancer - Mencoba Menjadi Penulis

dalam pencarian jati diri jodoh dan pekerjaan tetap instagram: @ianmantong

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Reuni Liverpool di Aston Villa

29 Januari 2022   04:20 Diperbarui: 29 Januari 2022   04:39 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa waktu lalu kita dikejutkan dengan berita transfer soal Philipe Coutinho yang hijrah dari Barcelona ke Aston Villa dengan status pinjaman. Yang membuat berita ini menjadi menarik dikarenakan Coutinho yang akhirnya bereuni dengan mantan rekan sekaligus kapten Liverpool yang kini menjadi manager Aston Villa, Steven Gerrard. Tidak hanya itu, Coutinho bahkan rela memangkas gajinya demi bisa bekerja sama lagi dengan Gerrard meski dalam situasi yang berbeda. 

Selain Coutinho nama Luis Suarez juga beredar di pasar bursa soal ketertarikan Gerrard merekrut pemain asal Uruguay tersebut ke Aston Villa, dan jika terealisasi maka reuni mantan pemain Liverpool tersebut bakal terjadi. 

Dimana pada saat itu Gerrard, Coutinho dan Suarez pernah bahu membahu membawa nama Liverpool bersaing dalam perburuan gelar juara di musim 2013-2014, sayangnya mereka gagal mewujudkannya ketika di pekan pekan terakhir Liverpool gagal mengamankan posisi mereka di puncak klasemen, hal ini pulalah yang menjadi alasan Suarez dan Coutinho akhirnya memilih pergi dari Anfield ( meskipun Suarez sendiri lebih kepada skorsing yang diterimanya ketika Piala Dunia di Brazil )

Reuni Gerrard-Coutinho atau mungkin nanti Suarez bukanlah hal baru dalam sepak bola khususnya di Eropa, sebelumnya ketika Xavi Hernandez ditunjuk manajemen Barcelona menjadi pelatih tim Catalan tersebut menggantikan Ronald Koeman, reuni eks Barcelona di era Pep Guardiola pun terjadi, selain Xavi yang bereuni dengan mantan rekan rekannya dahulu semisal Busquets dan Pique, Xavi juga tidak segan memanggil pulang Dani Alves yang pada saat ini tidak memiliki klub, sayangnya reuni mereka terasa tidak lengkap karena sang mega bintang mereka kala itu Lionel Messi sudah lebih dulu pergi di musim panas yang lalu.

Di seria A kejadian seperti ini sudah sering terjadi beberapa kali, di musim lalu adalah salah satu contohnya ketika Juventus secara mengejutkan menunjuk Andrea Pirlo sebagai pelatih menggantikan Maurizio Sarri yang dipecat kala itu. Dan tentu saja mengingat Pirlo yang hampir delapan musim bermain dengan Si Nyonya Tua maka nama nama lama yang masih ada di squad Juventus ketika Pirlo masih bermain menjadikan mereka saling bereuni. 

Pirlo juga tak segan memanggil pulang mantan kapten Juventus Gianluigi Buffon setelah selama semusim bermain di PSG. Sayangnya reuni manis tim kota Turin itu tidak berbuah manis, pasalnya gelar scudetto yang diraih Juve selama sembilan musim beruntun lepas dan diraih tim rival mereka Inter Milan, ini pulalah yang membuat Pirlo akhirnya dipecat di akhir musim meski berhasil memberikan dua gelar bagi Juventus Supercoppa dan Coppa Italia.

Tidak hanya di level klub, di level timnas pun reuni antar mantan rekan juga pernah terjadi, yang fenomenal dan bakal terus diingat adalah ketika Mario Zagallo menjadi pelatih timnas Brazil di akhir tahun 60an, kala itu Zagallo menjadi juru taktik untuk sebagian mantan rekan rekannya saat bersama sama menjuarai Piala Dunia 1958 dan 1962, reuni Zagallo dan Pele dan mantan rekannya yang lain pun berbuah manis ketika mereka kembali menjadi juara dunia di tahun 1970 di Mexico.

Nama lainnya adalah ketika Frank Rijkaard ditunjuk jadi pelatih Belanda untuk Euro 2000, kala itu timnas Oranye diisi nama nama seperti Patrick Kluivert, Clarence Seedorf hingga Edwin Van Der Sar yang merupakan mantan rekan Rijkaard saat masih bermain di Ajax Amsterdam, Rijkaard dan kawan kawan pada musim 1994-1995 berhasil membawa Ajax menjadi juara eropa yang keempat kalinya sekaligus yang terakhir bagi Ajax hingga saat ini. Reuni mereka di level timnas hampir saja berbuah manis, sayangnya mereka gagal ke final setelah disingkirkan Italia di semi final yang memainkan gaya khas mereka yaitu Cattenaccio.

Ada alasan kenapa para mantan pemain yang akhirnya memilih menjadi pelatih dan ketika mereka diberi kebebasan untuk memilih pemain yang mereka inginkan, alasan yang utama adalah mereka tentu saja sudah tahu betul seperti apa kualitas dari mantan rekannya tersebut dan saling percaya satu sama lain saat masih bermain bersama adalah juga salah satu alasan sang pelatih memilih mantan rekannya. 

Begitupun dari sisi sang pemain, hubungan yang harmonis di kala masih bermain hingga mengetahui karakter sang mantan meski kini menjadi pelatih mereka dan saling respect satu sama lain yang membuat reuni diantara keduanya berjalan dinamis dan bisa berujung sukses.

Kalau kalian ada yang bereuni dengan mantan....? (IAN)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun