Mohon tunggu...
Anonimiyus
Anonimiyus Mohon Tunggu... Administrasi - pejuang kebetulan tidak suka menulis

pejuang kebetulan tidak suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sehari Bersama Istriku

6 Februari 2018   09:00 Diperbarui: 6 Februari 2018   12:04 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Sepekan penat bekerja, mungkin hari libur ini akan aku habiskan untuk istirahat, tiduuuurrr... sama nonton tv saja, biar nanti hari senin fresh kembali, hibernasi sehari tanpa gadget dan kompi.

Sarapan roti sumbu sama teh manis, duduk menghadap televisi, mencoba merestart kembali jiwa dan otak dengan hal yang berbau imajinasi, kreatifitas dalam layar 20 inc.

Tapi ada satu yang kurang, sesorang yang ingin aku peluk sambil bersantai di pagi ceria ini, seorang bidadari, istriku, kenapa dia begitu lincah kesana kemari, sebentar kedapur, sebentar ke kamar mandi, sesekali menghidangkan cemilan yang masih hangat dari wajan, kemudian pergi lagi.

Larut dalam sepi, karena yang dinanti tidak kunjung menepi, akhirnya kuhampiri, ternyata bidadariku sedang mengangkat ember penuh jemuran kelantai atas... tak tega, akhirnya saling membahu menjemur pakaian kami.

Siangan sedikit istri masih saja semangat mengajak belanja untuk keperluan sehari-hari, lelah itu harus aku hadapi, dengan rela hati akhirnya aku mengangguk menyetujui, berempat berboncengan membelah jalanan komplek menuju pasar minggu yang sesak dan bau terasi.

Hidup ini memang kejam, menunggu adalah satu hal yang menjemukan, duduk di bawah naungan pohon jambu air, menanti yang belum pasti, leher terasa pegal, kemana bidadari bermata jeli itu belanja, beli apaan sih?, Jadi keki sendiri.

Satu jam menanti tak kunjung kembali, lima belas menit kemudian baru menghampiri, belanjaan berkantong-kantong kanan dan kiri, dua bocah belepotan coklat dan arummanis dengan mata berbinar penuh semangat menari-nari.

Sampai di rumah, inginnya santai kembali, tapi dunia ini memang terlalu lemah untuk menaklukan bidadari besi ini, dia merayu untuk diantar kembali kali ini beli roti. Setelah dzuhur baru kita berpacu lagi tanpa dua bocah penyejuk hati, ada dua kakaknya yang rela menjaga karena di iming-imingi uang jajan yang banyaaaak sekali.

Ternyata tidak hanya beli roti, beli mayones, beli sampo, beli sabun juga, gustiii!.

Ashar baru kembali, sholat sebentar, kemudian mandi dan gosok gigi eh, ada yang lupa katanya... jengjengjeng... keluar lagi, kali ini berkilo-kilo dari rumah beli keperluan buat jualan besok pagi, berkeliling kota, tawar menawar, harga tidak cocok, maksudnya murah... dapet, tidak! Balik lagi ternyata toko yang awal lebih murah dari yang disini, balik lagi...

Adzan magrib menawarkan seteguk rihlah dari masjid kecil di pinggir jalan raya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun