Mohon tunggu...
Akhmad Faishal
Akhmad Faishal Mohon Tunggu... Administrasi - Suka nonton Film (Streaming)

Seorang pembaca buku sastra (dan suasana sekitar) yang masih amatiran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solusi Vs Nyinyiran

19 Juni 2018   11:20 Diperbarui: 19 Juni 2018   11:25 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Essay oleh Akhmad Faishal

Seringkali kita, sebagai manusia, iri melihat orang lain menemukan solusi---sebuah terobosan---dalam menguraikan atau menyelesaikan masalah. Seperti yang tengah dihadapi oleh KH Yahya Cholil Staquf dalam menguraikan dan berusaha menyelesaikan permasalahan di Palestina, sebuah negara yang diserobot oleh Israel.

Kunjungannya pada tanggal 10-13 Juni 2018 kemarin untuk menghadiri Forum Global AJC di Yerussalem menuai reaksi keras, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Mengutip detik.com (14/6), Kemenlu dan Ekspatriat Palestina mengkritik dan bahkan mengutuk ulama Indonesia itu, begini kutipannya "Kementrian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina mengutuk partisipasi delegasi ulama Indonesia dari organisasi Nadhatul Ulama yang diwakili oleh Mr Yahya Staquf, Sekjen PB NU di AJC Global Forum di Yerussalem pada 10-13 Juni 2018".

Dan bahkan ada video yang tak lengkap yang di share oleh Yaqut Cholil C, ketua GP Anshor, menimbulkan dampak yang besar. Akibatnya yang terjadi banyak kritik bermunculan terutama dari golongan PKS, seperti Hidayat Nur Wahid, Tiffatul Sembiring, dan paling pedas dari Salman Alfarisi, menjadikan persoalan ini sebagai panggung PKS VS NU. Yang tentunya salah satu diantara mereka telah meminta maaf.

Melihat ini, saya jadi teringat sebuah tulisan Amien Rais yang dikutip oleh Pardoyo dalam bukunya "Sekularisasi dalam Polemik" (1996). Isinya seperti ini, salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi semua bangsa, yaitu bahwa sekalipun dapat dengan mudah melihat permasalahan dunia, sejauh ini umat manusia belum dapat menemukan jawaban yang efektif. 

Tulisan ini tertuang dalam Jurnal UMY Inovasi, No.7 th IV, September-Desember 1990, hal 6, artinya sekalipun masalah ada dan terlihat, namun solusi yang dapat menguraikan masalah itu atau bahkan menyelesaikannya tak akan mudah untuk dilakukan. Satu masalah bisa jadi memunculkan ratusan bahkan secara kuantitas tak terhingga dari beragam solusi.

Dan salah satu solusi yang dilakukan oleh Gus Yahya---panggilan akrab Yahya Cholil Staquf---ialah datang tanpa membawa bendera apapun ke pertemuan itu. Satu dari sekian banyak pilihan solusi telah dilakukan olehnya.

Memang, kita telah tersandera oleh kalimat-kalimat bung Karno, sebuah solusi usang untuk mendukung Palestina dan anti Israel. Tapi, selama itu pula Israel bak menutup telinga dan mata terhadap tindakan kita, maju terus pantang mundur. Dengan didukung oleh Amerika Serikat (AS), ia menjadi negara yang siapapun tak akan berani untuk menyentuhnya. Dan baru-baru ini AS memperkeruh suasana dengan memindahkan kantor Dubesnya ke Jerussalem (14/5), seolah AS telah mengakui kedaulatan Israel atas tanah palestina. Sebuah perjuangan yang perlahan-lahan menampakkan hasil disatu pihak dan di pihak lain korban bermunculan.

Nah, yang dilakukan oleh Gus Yahya seperti mendekati seorang perempuan untuk dijadikan kekasih. Ia tak akan dapat untuk ditaklukan bila menggunakan teknik usang, mendekatinya dengan teknik lama yang membosankan. Dengan teknik baru, mendekati tanpa tau dirinya didekati, ia dapat diharapkan luluh dan jatuh ke pelukannya. Selanjutnya seperti lirik lagu Ari Lasso, sentuhlah dia tepat di hatinya, dia akan jadi milikmu selamanya. Bebas melakukan apa saja, apapun.

Dan nyinyiran, dalam anggapan saya, seperti tak pernah melakukan apapun lalu melakukan semacam kritik kepada orang lain yang tengah menjalankan sebuah solusi. Itu salah satunya. Dan akan menjadi kritik, bila orang tersebut telah menjalankan sesuatu dan memiliki pengalaman atau paling tidak pernah melakukan hal serupa walau tekniknya lama yang tak terima dengan teknik baru.

Apalagi jika nyinyiran itu berisi kata-kata buruk yang berjenis comberan. Tentu, akan memberikan pembelajaran semacam sosialisasi gratis namun berdampak negatif, karena disebarkan dan terkutip di media. Ingat, media online terutama portal berita berisi informasi yang dapat dicerna sebagai bentuk pembelajaran. Dan kalau pembelajaran itu berisi sesuatu yang buruk, maka pendidikan akan terganggu dan terhambat, terlebih mengalami kemunduran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun