Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendidik Anak di Sekolah itu Ibarat Sebuah "Proyek"

12 Mei 2018   15:58 Diperbarui: 13 Mei 2018   05:34 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini sedang musim acara Pelepasan Siswa Kelas X11 di setiap SMA yang pada umumnya  merupakan perayaan atas semua keberhasilan yang dicapai oleh Siswa. Acara yang umumnya dikemas "meriah" selain penyerahan anak didik kepada orangtua, dengan pengalungan medali kelulusan, juga digunakan untuk mengumumkan prestasi yang dicapai oleh siswa, seprti tingkat kelulusan UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer).

Capaian siswa akan skor nilai tertinggi baik secara akumulatif maupun per mata pejaran, hingga siswa yang meraih total nilai sekolah tertinggi mulai dari tertinggi hinggi 10 besar, dan bahkan jumlah siswa yang beruntung diterima di perguruan tinggi negeri melalui jalur SNMPTN atau Jalur Undangan.

Hari ini, Sabtu 12 Mei 2018 di SMA Marsudirini Kemang-Pratama, Bekasi, Saya mendapatkan kehormatan dan kesempatan untuk mewakili orangtua siswa  memberikan kata sambutan  dalam acara Serah Terima Peserta Didik Kelas 12 tahun pelajaran 2017/2018. Mewakili orangtua dari 305 siswa yaitu IPA 144 dan IPS 161, yang dinyatakan Lulus 100%.

pelepasan-5af76bedcaf7db70b5734962.jpg
pelepasan-5af76bedcaf7db70b5734962.jpg
Oleh karena waktu yang diberikan oleh panitia sangat singkat, hanya 10 menit, maka sambutan yang saya sampaikan dalam beberapa point penting dasar sekaligus sebagai refleksi untuk memberikan bobot  "makna" dalam acara pelepasan yang secara rutin diadakan setiap tahun. Saya membagikannya buat pembaca kompasiana, siapa tahu dapat menjadi  inspirasi bagi pengembangan pendidikan di Indonesia.

Pertama, sesungguhnya inti acara pelepasan siswa ini merupakan perayaan atau selebrasi atas kemenangan, keberhasilan dan kesuksesan yang dicapai oleh setiap siswa, guru-guru, staff pendukung dilingkungan sekolah, bahkan orangtua dan keluarga siswa. Betapa tidak, selama tiga tahun semua siswa dan yang terkait didalamnya berada dalam "ketegangan" dan "tingkat tekanan" yang tinggi.

Dalam menjalani proses pembelajaran. Siswa bergulat dan berkutat dengan tugas-tugas pelajaran setiap hari, orangtua juga sibuk dan tegang untuk mengawal dan mengawasi anak-anak disamping bekerja mencari nafkah, dan para guru-guru bekerja keras untuk mengarahkan kegiatan siswa pada target-target yang sangat ketat.

Ketika semua itu selesai  maka ada kelegaan dan beban hilang dengan sendirnya. Semua baru bisa bernafas dengan lega dan hati menjadi lebih tenang. Apalagi kalau capaian para siswa berada diatas rata-rata. Dan bahkan sudah diterima sebagian di Perguruan Tinggi Negeri. Kelegaan itu semakin terasa kuat dan bermakna dalam. Jadi, ini kemenangan yang harus dirayakan bersama-sama. 

Disana diberikan pengakuan, apresiasi, tepuk tangan, ketawa kegembiraan, senyum lepas dan hati terbuka. Semua siswa menggunakan pakaian yang terbaik, berpenampilan yang terbaik. Disana ada pelukan, cipika-cipiki, saling bersalaman, berbagi sukacita. Ada nyanyian sukacita, ada tarian kegembiraan, ada koor paduan suara kemenangan, ada music dan bunyi-bunyian sebagai tanda kemenangan dan semangat hidup yang lebih kuat lagi.

Perayaan keberhasilan bersama ini harus dilakukan, dan merupakan hak dari siswa, guru, sekolah, orangtua dan keluarga. Karena merayakan kemenangan berarti menghargai kerja keras, mengapresiasi kesuksesan sekecil apapun, dan belajar dari pengalaman yang lalu baik itu kegagalan maupun keberhasilan.

Tak hanya itu saja, merayakan keberhasilan sama saja merayakan hidup. Merayakan hidup merupakan hak setiap orang, dan kalau perlu merayakannya setiap saat. Bergembiralah setiap saat sebab itu akan membuat kehidupan menjadi lebih damai dan lega. Merayakan kehidupan juga menjadi cerminan hidup yang mengakui dan menghargai berkat yang Tuhan sudah limpahkan dalam kehidupan ini.

Ini menjadi sangat penting diingatkan kepada siapa saja. Dalam banyak hal, banyak orang tidak pernah memberikan kesempatan pada dirinya sendiri, pada keluarga untuk merayakan kehidupan itu. Mereka cenderung terus sibuk saja untuk bekerja dan beraktifitas. Padahal, kerja dan aktifitas sesuatu yang menjadi rutinitas kehidupan selagi masih bernafas. Oleh karenanya, perlu memberikan tempat bagi diri sendiri dan keluarga untuk selebrasi kehidupan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun