Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

Ketika RA Kartini Menyingkirkan "Batu Kerikil Tajam" di Jalanan

21 April 2018   10:22 Diperbarui: 21 April 2020   12:03 2114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kalogpalembang.blogspot.com

Bertepatan dengan hari ini peringatan kelahiran RA Kartini, beberapa saat yang lalu, saya membuat sebuah status sederhana di media sosial. 

Bunyinya adalah: "Pilih mana: berusaha menyingkirkan semua kerikil tajam di jalanan atau memakai sepatu agar kaki tak terluka?" 

Seperti biasa sahabat di lingkaran sosial media tersebut memberikan tanggapan yang menarik, bahkan maknanya lebih mendalam, melebar, dan ke depan dibandingkan dengan apa yang saya targetkan. 

Status ini merupakan kumpulan quote Sang Buddha yang beredar sangat massif di kalangan netizen dan penggiat sosial media, baik yang dikutip secara utuh namun lebih banyak dan efektif yang disebarkan secara parsial, karena mudah diingat dan lebih mengena kepada kondisi seseorang yang sedang mengalami suka atau duka dalam hidup.

Lalu, apa hubungannya dengan Kartini? Apa pula relevansinya dengan perayaan Hari Kartini saat ini? Ya, sangat relevan dan aktual serta bisa menjadi pintu masuk memberi narasi aktual tentang Kartini pada "zaman now", walaupun Kartini sendiri lahir dizaman old atau zaman baheula.

Semua sepaham dan sepakah bahwa Kartini saat ini telah menjadi simbol yang kuat, inspirator yang sangat berpengaruh, serta reverensi yang mendasar ketika membahas masalah "keterbelakangan" wanita di Indonesia atau ketika para wanita terpuruk dalam koloni kebudayaan gender laki-laki, dan seakan-akan menjadi invisible hands yang mengangkat derajat dan harkat wanita Indonesia menjadi "sejajar" dengan para kaum laki-laki dalam segala aspek kehidupan.

Kecuali untuk yang satu hal, yaitu "melahirkan anak" yang tidak bisa dihindari sebagai hakekat dasar seorang manusia yang disebut wanita.

Melihat Kartini sebagai Simbol saja, tidaklah cukup. Tetapi, bagaimana simbol itu benar-benar efektif untuk memberi dorongan kuat dan membawa pembaharuan bagi wanita-wanita Indonesia untuk memiliki peran yang benar dan efektif dan menjadi partner seimbang dengan siapa saja laki-laki dalam medan pertempuran kehidupan, di dalam keluarga, pekerjaan, kemasyarakatan atau bidang lainnya.

Kisah hidup R.A Kartini sungguh-sungguh telah menjadi inspirasi bagi siapa saja, tidak saja ketika dia masih hidup tetapi juga hingga saat ini. Dan mungkin akan terus hidup sampai selamanya. 

Hidupnya nyaris "tanpa cacat" baik segi budaya maupun dari segi kemajuan. Banyak studi dan telaah dan kajian dilakukan, tidak saja dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri.

Dalam perspektif lain, R.A Kartini telah melakukan pekerjaan besar dan mendasar bagi perubahan dan perkembangan kehidupan peradaban wanita. Khususnya wanita di Indonesia. 

Ibarat kata Sang Buddha pada status saya di atas, bahwa R.A Kartini telah menyingkirkan batu-batu kerikil tajam dalam perjalanan sehingga setiap orang yang lewat di jalan itu kakinya tidak terluka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun