Mohon tunggu...
SatyaMeva Jaya
SatyaMeva Jaya Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, Berbagi, dan Lepas

I Never mess with my dreams "m a Sapiosexual"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Akal Manusia pada Logika, Matematika, Fisika dan Metafisikalah keterbatasan Akal manusia

21 November 2020   02:05 Diperbarui: 21 November 2020   14:56 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aku suka berakal namun akalku dibatasi akal

Awalnya tulisan ini ku tuliskan dirangsang ketika adik tingkatku menanyakan dua soal mengenai siapa Tuhan dan bagaimana alam semesta dan manusia bisa ada, sore itu kita (saya, teman seangkatan, dan adik tingkat) berdialektika bersama. Dengan refrensi buku, dengan judul buku Tuhan yang berpikir, Menalar Tuhan, Kausalitas Al-Gazhali, Sapiens Yuval Noah Harari dan buku sejarah filsafat Islam. Maaf, aku lupa penulisnya, kecuali Dedy ibmar pada Tuhan yang berpikir dan Franz Magnis S. Pada buku Menalar Tuhan.

Kami masuk pada ranah siapa tuhan? namun pembahasan kami auto bergeser pada penyebab Tuhan. Tenyata kami akal kami terbatas. Hanya bisa menjawab, Siapa Tuhan? Yaitu ALLAH SWT. 

Disini kita masuk, Tuhan adalah entitas yang terbebas dari materi, tidak digerakkan dan ialah penyebab gerak secara terus menerus. Tuhanlah realitas pertama terhadap kausalitas/penyebab tercipanya alam semesta. Penggerak yang menggerakkan( the unmoved mover) menurut aristoteles. Artinya, tuhan lah yang menggerakkan seluruh entitas yg di ciptakan, ialah penyebab pertama alam semesta beserta isinya dalam wujud bermateri (eksistensi) maupun wujud tidak  terikat pada materi (esensi).


Tuhan masuk ke dalam ranah transedental maka tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, tidak ada manusia sampai saat ini yang mampu menjelaskan bagaimana bisa adanya tuhan. suatu ketidakmungkinan untuk kita manusia yang diciptakan Tuhan mampu menjelaskan penyebab adanya Tuhan, karena ia kekal, tidak terbatas oleh ruang, gerak dan waktu. Sedangkan kita yang terbatas oleh ruang, gerak dan waktu, yang artinya kita diciptakan (ada sebab) dan tidak abadi. Kemustahilan menjelaskan, suatu Entitas yang diciptakan tidak abadi (manusia), dan terbatas oleh materi yang tidak kekal (wahuwa awal-wahuwa akhir/terlahir-kematian) dapat menjelaskan penyebab suatu entitas yang kekal (tidak berawal-berakhir), tidak diciptakan dan tidak terbatas pada ruang, gerak dan waktu.  
Singkatnya, Tuhan karena tidak berubah, maka tidak berkaitan dengan materi dan waktu, maka dari itu dialah satu-satunya entitas tidak bermula (kekal) dan abadi.

Contoh : Mobil akan bergerak ketika, ada penggerak (manusia), ia bergerak maka berubah sehingga timbullah awal waktu dari mobil sesuai waktu reatif pada kecepatannya.

Dari penjabaran secara filosofis diatas  maka Tuhan adalah penggerak yang menggerakan, ia kekal, tidak terikat pada materi, tidak bergerak sehingga ia tak berubah, maka ia tidak terikat pula pada waktu. Tuhan lah pencipta semua alam semesta (materi,wujud,jiwa,ruang,waktu), makhluk hidup, beserta isinya.

Jika secara teologis yang berarti berdadarkan iman dari wahyu serta agama penulis yaitu islam. Maka, Tuhan itu Esa. Ialah jika di tanya "Siapa" Tuhan? Maka Allah Swt adalah Tuhan. Tidak ada 2/lebih tuhan. Karena menurut ibn sina, Tuhan adalah wajibul wujud yang tidak ada mungkin ada wujud lainnya.

Timbul pertanyaan : jika tuhan ada dua, timbul pertanyaan siapakah yang pertama? Maka, tidak ada dua Tuhan namun hanya satu tanpa ada sebab ia ada. Sehingga, Jika ada dua Tuhan suatu kemungkinannya adalag saling klaim antar apa yang diciptakan mereka. 

Perihal  diskursus mengenai alam dan manusia terdapat kesamaan yaitu sama-sama  manusia dan alam semesta di ciptakan Tuhan sesuai dengan penjabaran pada pertanyaan pertama sore itu.

kita masuk pada filsuf Yunani dan Filsuf Islam. Pada mulanya para filsuf mencoba mengaitkan semua asal muasal kejadian di alam semesta ini sesuai dari apa yang mereka lihat (inderawi) yang di olah dalam rasio mereka sehingga pada awalnya kajian mereka lebih kosmosentris. Jika di ambil beberapa contoh, seperti Thales yang mengutarakan bahwa air adalah asal dari segala sesuatu termasuk alam semesta, bumi ini terletak di atas air, dan makhluk hidup ini terdiri atas susunan air, dikarenakan Thales disini menggunakan rasionalitas yang di tangkap melalui panca indra yang mana ia tinggal di pesisir pantai dan seorang saudagar yang sering berlayar, artinya ia menyebutkan alam dan isi nya berasal dari air dikarenakan kehidupan Thales yang kerap bersentuhan dengan air. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun