Mohon tunggu...
Yuni Maha Rini
Yuni Maha Rini Mohon Tunggu... Guru - Hanya Seorang pembelajar

belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Membangun Budaya Positif di Sekolah

17 September 2022   11:37 Diperbarui: 17 September 2022   11:43 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekolah merupakan salah satu wadah dalam pelaksanaan pendidikan yang merdeka. Menurut Ki Hajar Dewantara merdeka itu artinya tidak hanya kepas dari perintah tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri ( Ki Hajar Dewantara,pemikiran Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan ke lima 2013 , halaman 469).

Selama ini kita sebagai pendidik fokus pada pelaksanaan nilai-nilai budaya  sekolah tanpa memperhatikan apakah hal tersebut terjadi karena motivasi intrinsik atau hanya sekedar motivasi ekstrinsik. Nilai-nilai merupakan bagian dari budaya sekolah yang tidak dapat dilihat secara langsung. Hanya dapat dirasakan dari cerminan kebiasaan-kebiasaan yang ada di sekolah tersebut. Secara umum sejatinya semua warga sekolah memiliki nilai-nilai positif sebagai warisan dari nilai-nilai Nusantara, peran kita sebagai guru hanya membantu menumbuhkembangkan saja, diantaranya melalui pembelajaran di kelas. Nilai-nilai seperti Beriman dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar melalui pembiasaan berdo'a sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Nilai-nilai seperti mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkhibenakaan global dapat diterapkan dalam variasi metode atau model pembelajaran,yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga nilai-nilai tersebut dapat ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran di kelas.

Paradigma yang ada pada saat ini adalah guru merasa berkewajiban mengontrol perilaku siswa agar memiliki perilaku sesuai dengan yang diharapkan sekolah. Ujung tombak pelaksanaan disiplin tersebut adalah guru. Anggapan yang berlaku selama ini adalah bahwa guru dapat mengontrol siswa, teernyata anggapan itu salah, guru tidak bisa mengontrol diri siswa, tetapi siswa sendirilah yang bisa mengontrol dirinya sendiri.

Sebagai seorang pendidik seharusnya mengikuti perkembangan zaman. Salah satunya adalah penerapan perubahan stimulus respon menjadi teori kontrol. Nilai kebajikan universal yang diyakini seseorang inilah yang akan membangun motivasi instrinsik siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan yakni untuk menjadi siswa yang memiliki profil pelajar pancasila. Melalui penerapan disiplin yang kuat dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan yang mulia, yakni nilai kebajikan universal.

Ada tiga motivasi perilaku manusia yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, yaitu menghindari hukuman, mendapatkan hadiah/imbalan dan nilai yang mereka yakini. Motivasi yang perlu kita bangun adalah motivasi intrinsik yang merupakan nilai yang mereka yakini . Siswa melakukan disiplin disebabkan nilai-nilai yang mereka percayai tanpa adanya perintah atau paksaan. Sedangkan motivasi yang disebabkan oleh hukuman ataupun imbalan termasuk motivasi ekternal.

Oleh karena itu, seorang pendidik harus bisa memposisikan diri dengan baik dalam menghadapi siswa. Ada lima jenis posisi kontrol yang perlu diketahui yaitu sebagai Penghukum, sebagai Pembuat rasa bersalah, sebagai Teman, Sebagai Pemantau dan Sebagai Manajer.

Lima kebutuhan dasar manusia yang wajib kita ketahui sebagai seorang pendidik yaitu bertahan hidup (survival), penguasaan (power), kasih sayang(belonging), rasa Diterima (Freedom), kesenangan dan kebebasan (Fun). Ketika kebutuhan dasar manusia tidak bisa disalurkan secara positif, maka anak akan dapat melakukan hal yang negatif. Apabila siswa melakukan sebuah kesalahan yang harus kita lakukan adalah kita dapat menangani hal tersebut dengan tindakan yang tepat, tidak bersifat hukuman tetapi bisa membuat siswa menjadi lebih baik ketika kembali pada komunitasnya. Tindakan yang perlu kita lakukan yaitu menggunakan restitusi.

Restitusi memberikan penawaran bukan paksaan. Restitusi membantu murid untuk jujur pada diri sendiri, mengevaluasi dampak dari kesalahan yang dilakukan.. Terdapat tiga langkah dalam Segititiga Restitusi yaitu menstabilkan identitas validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan. Menstabilkan identitas bertujuan untuk merubah orang yang gagal karena telah berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses. Menvalidasi tindakan yang salah bertujuan memahami kebutuhan dasar yang mendasari tindakan anak berbuat kesalahan.

Restitusi akan membuat siswa mampu mencari solusi atas masalah mereka sendiri, membantu mereka berpikir akan menjadi orang seperti apa sesuai dengan yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain. Segitiga restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, serta memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai.

Penerapan budaya positif yang bisa kita lakukan sebagai pendidik di sekolah yaitu berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk menerapkan budaya positif di sekolah dan selalu berusaha membangun motivasi intrinsik siswa melalui keyakinan kelas. Dalam pembentukan nilai keyakinan kelas siswa harus dilibatkan, mulai curah pendapat, merumuskan keyakinan kelas dan menempel keyakinan kelas tersebut di depan kelas. Dengan keterlibatan siswa dalam membuat keyakinan kelas akan menumbuhkan rasa memiliki dan mematuhi apa yang telah disepakati bersama.

Ketika menghadapi siswa yang melakukan kesalahan yang harus kita lakukan adalah menanyakan keyakinan yang telah disepakati bersama, mau menjadi orang seperti apa mereka. Kemudian kita hubungkan dengan nilai-nilai kebajikan. Dengan begitu motivasi intrinsik akan terbangun dalam diri siswa dan budaya positif di kelas maupun sekolah akan tercipta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun