Mohon tunggu...
Yuni Christine
Yuni Christine Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik Toko

Saya seorang single parents, pernah mengidap skizofrenia, lulusan Desain Grafis yang beralih menjadi Wiraswasta dan baru merintis sebagai Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Berkat Kebajikan Mewujudkan Harapan dan Impian Orang Dengan Skizofrenia (ODS)

26 Juli 2022   10:00 Diperbarui: 27 Juli 2022   09:22 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Dulu aku sangat bahagia. Namun kini, dunia serasa jungkir balik. Kenapa, Tuhan? Harus aku yang mengalaminya? Ditinggalkan suami hingga berujung perceraian, di saat aku di diagnosa mengidap penyakit mental Skizofrenia.

Aku kecewa. Aku terpuruk. Dengan kondisi harus menjalani pengobatan rutin. Tiga kali keluar masuk Rumah Sakit Jiwa. Tidak seperti teman-temanku yang lain. Satu persatu diantara mereka kini telah melepas lajang. Bersama dengan pendamping sehidup semati yang saling mencintai satu sama lain. Tulus menemani di kala susah, setia di kala menuai hasil. Hidup berkelimpahan harta. Mampu beli ini. Beli itu. Berpenampilan indah. Punya rumah sendiri. Punya kendaraan pribadi. Di karuniai anak-anak yang menggemaskan. Sungguh. Itu terlalu kejam bagiku. Ini tidak adil.

Di saat pandemi melanda, aku merasa kacau balau, merasa tak sanggup bekerja dibawah tekanan. Aku harus bekerja bagaikan kuda dengan sistem pembayaran yang dibatasi dengan alasan pandemi. Sambil membesarkan anak sendirian, sambil mendampinginya sekolah daring yang menguras emosi.  Rasanya, isi kepalaku overload. Sehingga aku kumat. Aku pun harus kembali menjalani pengobatan ekstra. Dengan dosis yang disesuaikan. Maka aku memutuskan untuk resign. Disisi lain, aku butuh uang lebih untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Bagaimana aku bisa bekerja, sementara aku melihat laptop saja, sudah benci. Maka mau tidak mau, aku beralih menjadi wiraswasta. 

Membuka warung kelontong di depan rumah orangtuaku. Susah payah jatuh bangun aku mengembangkan usaha. Pernah ditipu. Pernah berhutang kepada pinjaman online hingga terjerat puluhan juta. Sampai hati aku harus menjual aset yang aku miliki untuk membayar hutang, bahkan mengemis dihadapan kakak-kakakku pun, aku jabani.

Hingga suatu hari, aku meradang. Jenuh dengan perasaan kacau ini. Aku bertanya-tanya kepada diriku sendiri. Mau sampai kapan aku harus hidup dalam kesedihan? Seolah aku adalah satu-satunya orang yang paling merana di dunia. Lupa bagaimana caranya bersyukur. Tak menyadari betapa beruntungnya aku selama ini.

Kupanjatkan doa dihadapan-Mu, Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Engkau telah menegurku dengan memberikan segala cobaan dan penyakit ini agar menjadikanku manusia yang kuat. Dijauhi dari pasangan yang tidak baik. Dikaruniai seorang anak yang cerdas dan berbakti.  

Memiliki orangtua yang selalu mengayomi. Yang tak kenal lelah memberikanku nasehat. Agar mendekatkan diri kepada Tuhan. Memiliki kakak-kakak yang senantiasa mendukungku, entah itu secara finansial maupun emosional. Yang dengan tulus mengantarku ke sana dan ke mari untuk berobat. 

Hingga pada akhirnya, dipertemukan dengan seorang Psikiater yang sangat baik dan sabar menghadapiku. Yang mampu menyadarkanku akan pentingnya konsultasi dan minum obat teratur demi mempercepat kesembuhan dari penyakit mental ini.

Berangsur-angsur, bisikan dan halusinasi yang menghantuiku selama bertahun-tahun, sirna seketika. Pelan tapi pasti, aku pun dapat berpikir dengan jernih. Mampu mengendalikan diri sendiri. Agar tidak lagi berprilaku aneh. Tidak lagi mengeram diri di kamar, sambil berbicara sendirian dengan imajinasiku. Tidak lagi berprasangka buruk. Terus mengembangkan pikiran yang positif. Sambil giat melatih berbuat kebajikan.

Pergi beribadah rutin. Rajin berderma. Melatih meditasi, melatih konsentrasi mengembangkan pikiran yang baik. Senantiasa memancarkan aura positif. Tersenyum kepada Dunia. Tak usah sungkan untuk bersapa lebih dulu. Memulai pembicaraan yang bermanfaat. Bersahabat dengan lingkungan sekitar. Dengan mengembangkan cinta kasih tanpa batas kepada semua makhluk hidup.

Namun. Tetap waspada kepada orang-orang yang tidak memiliki itikad baik. Belajar dari kesalahan sebelumnya. Jangan terkecoh. Jangan sampai terjerumus ke lubang yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun