Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

"Celelek'án" Kunci Kemenangan Lin Dan

10 April 2017   09:20 Diperbarui: 10 April 2017   23:30 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Lin Dan and I are back at the same stage, same stadium in Sarawak after 11 years ... I’m not the only one who has been waiting for this moment ... badminton fans all over the world have been waiting too! We're no longer in our 20s ... but we're still at the top of our games. Lin Dan is in good form here ... just look at the way he has fought in his matches here. I'll give my best to win my 12th Malaysian Open title.” Chong Wei say in here 

KOTA Kuching (Malaysia) menjadi tempat pertemuan ke-35 antara datuk Lee Chong Wei dan Lin Dan. Partai final klasik. Kejadian tepatnya di partai final Malaysia Terbuka, stadion Perpaduan di Petra Jaya. Lee Chong Wei alias LCW kalah, setelah sempat unggul 19-15 di set pertama. Namun keunggulan itu dibalik sama Lin Dan menjadi 19-21. Beberapa penyebab kekalahan LCW telah banyak diungkap media massa. Seperti kehilangan fokus saat unggul di angka 19 (seperti yang disampaikan saat jumpa pers). Faktor tuan rumah juga mungkin berpengaruh. LCW seperti tidak lepas saat bermain di negaranya. Memang sering kali kejadian LCW sering kalah di partai final saat melawan pemain yang turun daun (bukan naik daun) artinya pemain senior yang mulai memudar, seperti Lin Dan, kemudian Sony Dwi Kuncoro, dan Simon Santoso.

Apakah LCW memiliki empati terhadap pemain-pemain seangkatannya? Mungkin terlalu cepat menyimpulkan. Tapi LCW sering bercerita bahwa dirinya bersahabat karib dengan Taufik Hidayat dan bahkan Lin Dan sendiri (sering bertukar info soal koleksi mobilnya). So, predikat juara barangkali bukan tujuan utama pemain top ini. Tetapi selain itu LCW sering menang di Indonesia –apalagi kalau melawan Lin Dan. So mungkin kalau tempatnya di Indonesia LCW bisa menang (seperti kemenangan LCW atas LD di semifinal piala Thomas 2008 di Jakarta).

Pertandingan keduanya cenderung berhati-hati. Keduanya bermain sabar, hanya melepas smash ketika posisi aman. Monoton. Beda dengan partai sebelumnya (perempatfinal) saat Lin Dan mengalahkan Jonathan Christie dengan rubber game. Namun saat LCW mendekati poin 20 itulah Lin Dan mungkin sudah nothing to loose, dan agak clelekan. Clelekan (bahasa jawa) adalah sebutan untuk gaya anak muda yang seau gue, banyak canda, menyepelekan orang, dan tidak serius. Lin Dan tampak clelekan terhadap wasit terutama ketika meminta membersihkan keringat namun tidak diperbolehkan wasit, tapi Lin Dan sering menggoda wasit untuk meminta izin. Lin Dan jelas terlihat lebih riang dibanding LCW yang seperti anak sekolah yang rajin, duduk di depan, disiplin banget, serius binggo, dan tegang. Lin Dan lebih menikmati pertandingan. 

Sebenarnya sih si LCW sempat main gila gilaan saat set kedua (dengan melancarkan smes bertubi tubi), tapi keunggulan Lin Dan sudah terlampau jauh 20-14. Selain itu LCW yang dikenal defends kuat, misalnya saat dismash lawan posisi tanggung (namun LCW bisa mengembalikan) tidak tampak di pertandingan final tersebut.

Pelatih Malaysia selain Hendrawan (siapa namanya ya, apakah Tey Seu Bock) cenderung terlalu cerewet dan instruktif dengan menunjuk nunjuk LCW. Beda dengan pasangan pelatih tiongkok (salah satunya adalah Xia Xuanxe) yang cenderung defensif. Defensif dalam hal ini adalah mendengar cerita LD dan terlihat gesture sang coach yang kedua-duanya adalah dengan menyilangkan tangan di dada. Mungkin Hendrawan dan Xia Xuanze yang keduanya mantan pemain nomor satu dunia sadar, bahwa LCW dan Lin Dan ini merupakan pemain senior dan bisa dikatakan 15 tahunan lebih main bulutangkis profesional. Jadi tidak perlu perintah instruktif. Pelatih malah menjadi pihak pendengar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun