Mohon tunggu...
John Obrak
John Obrak Mohon Tunggu... lainnya -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

mendobrak statusquo\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kebelet Menang, Akhirnya Tak Diakui

23 Juli 2014   13:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:30 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dari awal dipersiapkan tergopoh-gopoh menjadi pemimpin. Sudah dipertanyakan publik sejak awal tapi masih ngotot ingin duduk singgasana mahligai kekuasaan.

Yang mau jadi presiden siapa? apakah diri sendiri, sengkuni, hulubalang, abdi dalem atau para donator yang nafsu kekuasaannya melebihi badak bercula lima?.

Meniru yang sudah ada, pencitraan dikobarkan tanpa henti sedetikpun mulai mobil buatan luar diakui milik sendiri sampai dengan pencitraan blusukan sampai harus mengorbankan kerjaan kantor yang menghasilkan anggaran menyimpang menjadi temuan mencengangkan oleh BPK (Badan Pemeriksaan Keuangan) sampai triliunan rupiah.

Selidik punya selidik, balada sang capres ternyata tidak disiapkan tergopoh-gopoh, tapi kematangan sebagai pemimpin untuk setingkat nasional ditunjukkan dengan langkah orang mabuk kepayang kekuasaan. Belum selesai jadi walikota sudah kepingin gubernur, belum genap jadi gubernur sudah kepingin lebih tinggi lagi. Nafsu kekuasaan mengalahkan semua akal sehat, semua jalan diterabas ya.. curang ya.. pencitraan.

Kini tinggal pertarungan, apakah kecurangan dapat dibuktikan dimeja keadilan atau masuk dalam laci busuk penghuni hantu ketidakadilan.

Apa enaknya terbanyak (itupun kalau jujur).
Tapi tak diakui?.

Akal sehat untuk seorang yang latar belakangnya bak lorong tak berujung.
Akal sehat untuk seorang yang didukung persekutuan gelap.
Akal sehat untuk seorang yang disiapkan multi-sutradara lintas kepentingan.

Bukan karena rakyat.
Rakyat cukup dikasih makan pencitraan.
Harta rakyat hanya untuk mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun