Mohon tunggu...
Yuyun Aisatun
Yuyun Aisatun Mohon Tunggu... -

Seorang ibu rumah tangga yang hanya ingin sekedar memuaskan rasa ingin tahu warna warni dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bang Bang Ntut

22 Mei 2016   15:27 Diperbarui: 22 Mei 2016   15:30 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat lagu ini nggak? Kalau gak salah ini lagunya Slank. Sayangnya saya tidak ingat syair komplitnya dan terlalu malas untuk mencarinya (hmm...), tapi seingat saya lagu ini isinya kritik terhadap pemerintah (mohon dikoreksi Slanker...).

Judul lagu ini mengingatkan saya akan tayangan berita masa kini yang bersliweran wara wiri diberbagai media online maupun cetak. Jika ada sebuah berita yang menghebohkan maka rame-rame semua media baik cetak maupun online memberitakannya, maka jadilah berita itu headline news. 

Dimana-mana orang membicarakannya, dipasar, diwarung bahkan disekolah. Tidak ketinggalan para penggiat SosMed,rame rame berkomentar dari A sampai Z.

Televisi-televisi mendatangkan para ahli/ pakar dibidangnya, bapak ibu pejabat sibuk tampil untuk menarik simpatik. Namun pada akhirnya ibarat kentut, berita itu hanya bertahan 2 -5 minggu setelah itu hilang tanpa bekas.

Lihat saja kasus Angelina, kasus Yuyun yang belum lama ini sudah tergantikan oleh berita terpilihnya setyanova. Menengok lebih jauh lagi kasus Century yang dulu sangat heboh, kasus trisakti dan lain lain yang sudah kulupakan. (Bikin emosi kalau inget).

Apa yang salah dengan itu? Berita datang dan pergi silih berganti, memang bukankah begitu seharusnya sebuah berita?, harus selalu diupdate.

Masalahnya adalah ketika sebuah berita datang hanya awal dan ditengah saja tanpa adanya penutup, tanpa adanya penyelesaian dan kesimpulan. Yang terjadi adalah ibarat kentut yang awalnya keluar sangat berbau dan menyengat, dimaki diomeli orang disekitar karena baunya. Ada yang bilang "tahan dong kentutmu", "kentut tempat lain kenapa!","kentut bau makan apa sih?","kenapa tidak makan parfum biar kentutmu tidak bau".

Ada yang diam aja tapi menutup hidungnya, ada yang bereaksi dengan menyemprotkan pengharum, bahkan ada yang pergi untuk menghindar.

Tapi itu semua hanya sementara, setelah beberapa lama bau kentut itu berangsur angsur hilang tersapu angin. Orang mulai berhenti mengomel, lubang hidung kembali dibuka, dan orang yang tadi pergi telah kembali.

BANG BANG NTUT berita bagaikan bau kentut. Sikapi dengan bijaksana, tanpa emosi, gunakan fikiran jernih, dan yang terpenting adalah cari solusi.

Yah tetap aja sih bau kentut, soalnya solusi tanpa tindakan dari orang-orang berkuasa yang kerjanya hanya nampang dan cari uang.

Kerjanya rapat-rapat, habis itu wawancara, dapat duit, tidur dihotel, yang bayar rakyat...

Wuih...

Wuih...

aBANG-aBANG NTUT....!!

Mpok-Mpok NTUT...!! 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun