Mohon tunggu...
Yulyanto Yulyanto
Yulyanto Yulyanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://yulyanto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indahnya Puasa (1): “Hemat Bukan Pelit”

21 Agustus 2009   01:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:48 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setahun yang lalu saya pernah diundang sebagai nara sumber sebuah acara menyambut bulan Ramadhan, yang bertajuk “Indahnya Puasa” oleh sebuah stasiun televisi (TV) swasta yang tergolong masih baru (masih siaran percobaan) namun menurut saya cukup prospektif, yaitu Televisi Nusantara (TVN) yang Production House (PH) nya berlokasi di Cikarang, Jawa Barat.

Mungkin anda berpikir kok jauh sekali yach PH-nya? Padahal kantor pusatnya ada dikawasan sentra bisnis ternama di Jl. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. Sebenarnya bukanlah hal yang aneh mengapa Cikarang yang dipilih oleh TVN sebagai salah satu markas mereka.

Hal ini tentunya terkait dengan rencana pemerintah yang akan menjadikan kawasan Cikarang, tepatnya di Jababeka II, sebagai “The first one stop film and TV industry centre in Indonesia” atau nantinya akan lebih dikenal dengan sebutan “Hollywood-nya Indonesia” (informasi lebih lengkapnya bisa anda lihat pada link diatas, yaitu saat saya menghadiri launching acara tersebut).

Acara tersebut tayang sambil menunggu Adzan Maghrib terjelang. Bersama komedian senior, mas Unang, selebritis cantik dan tersohor, mba Devi Permatasari), dan jebolan Akademi Pelawak Indonesia (API) Ragil (Indra) yang kocak abis serta dengan di iringi oleh “Simple Band” yang saat ini (mungkin) sudah hampir menelorkan dua album sebagai guest star-nya, menjadikan acara tersebut semakin hidup dan penuh warna.

Dikemas dalam sebuah tema acara yang menarik (menurut saya), yaitu “Hemat Bukan Pelit”, menjadikan tayangan pada episode tersebut menjadi lebih bermakna, dimana kita bisa belajar “sesuatu” hal yang positif, sambil menunggu waktu “ngabuburit” serta menanti suara bedug maghrib mulai berkumandang yang menandai saatnya berbuka puasa.

Sekilas, sebagian orang awam mungkin berpendapat bahwa orang hemat itu sama dengan pelit, tidak keliru memang, karena mereka hanya melihat dalam satu sudut pandang yaitu “efisien dalam mengeluarkan uang”, namun jika kita kaji lebih mendalam ternyata hemat itu sama sekali berbeda dengan pelit, mengapa demikian? berikut ini adalah analogi yang dapat saya sampaikan:

Pelit:


  • Saat kita memiliki kesempatan untuk menggunakan berbagai macam alternatif transportasi umum (misalnya: taxi, busway, bajaj, ojek motor, mikrolet, dsb) untuk pergi kesebuah lokasi, kita akan memilih transportasi umum yang paling sedikit mengeluarkan biaya (misalnya: mikrolet), tanpa mempertimbangkan aspek kebutuhan serta manfaat yang akan kita terima dari pilihan kita tersebut.
  • Seorang yang pelit, berusaha untuk tidak mengeluarkan uang, meskipun untuk diri sendiri, apalagi jika harus mengeluarkan uang untuk kepentingan orang lain (sering disebut sebagai orang yang kikir).

Hemat:


  • Saat kita memiliki kesempatan untuk menggunakan berbagai macam alternatif transportasi umum (misalnya: taxi, busway, bajaj, ojek motor, mikrolet, dsb) untuk pergi kesebuah lokasi, kita akan memilih transportasi umum yang paling sedikit mengeluarkan biaya (misalnya: mikrolet), namun tetap dengan mempertimbangkan aspek kebutuhan serta manfaat yang akan kita terima dari pilihan kita tersebut (proporsional)
  • Seorang yang hemat, mungkin saja akan memilih naik taxi ketimbang mikrolet, jikalau dirasakan ada faktor-faktor tertentu (dengan menggunakan logika) yang jika dengan menggunakan taxi manfaat yang di dapatkan sesuai dengan tingkat kebutuhannya pada saat itu (misalnya: harus menghadiri undangan pejabat, terkait dengan kenaikan pangkat-nya).
  • Seorang yang hemat, rela mengeluarkan uang Rp. 1.000.000 untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan manfaat yang di inginkannya, namun ia tidak akan rela mengeluarkan uang, meskipun hanya Rp. 1.000 untuk sesuatu hal yang sama sekali tidak dibutuhkan.

Berdasarkan analogi yang saya sampaikan tersebut, bisa disimpulkan bahwa definisi hemat dan pelit kurang lebih adalah sebagai berikut:

Pelit:


  • Tidak ada pengeluaran untuk orang lain, apalagi jika dirasa pengeluaran yang dilakukan tidak akan mendatangkan manfaat baginya (bersifat egosentris).
  • Orang pelit cenderung sombong, karena sifat dasarnya yang sangat egosentris tadi, mementingkan diri sendiri, tidak pernah memikirkan bagaimana nasib orang lain meskipun bisa membantu.
  • Jika menggunakan sesuatu (listrik, air, dsb) dipakai sesedikit mungkin, tanpa mempertimbangkan aspek lainnya (logika berpikir).
  • Salah satu ciri orang yang pelit adalah tidak memiliki teman, karena biasanya mereka sangat khawatir dimintai pinjaman uang oleh temannya tersebut.

Hemat:


  • Menggunakan sesuatu (uang) dengan cermat dan berhati-hatiagar tidak lekas habis.
  • Tidak ada pengeluaran untuk hal-hal yang tidak sedang dibutuhkan, bisa menempatkan setiap pengeluaran sesuai dengan porsinya (proforsional).
  • Hemat merupakan sikap dasar yang dalam memanfaatkan sesuatu akan dilakukan secara efektif dan efisien.
  • Jika menggunakan sesuatu (listrik, air, dsb) dipakai seperlunya (sesuai dengan kebutuhan), karena biasa berpikir dengan menggunakan logika
  • Salah satu ciri orang yang hemat adalah sudah memiliki tabungan

Sementara itu jika kita coba mengkaji lebih dalam lagi, HEMAT menurut ALQUR’AN adalah sebagaimana sudah disampaikan melalui Surat Al-Furqan, ayat ke 67, yang mengatakan sebagai berikut:: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”.

Sedangkan HEMAT menurut HADITS, adalah sebagaimana disampaikan melalui HR. Ahmad yang menyatakan sebagai berikut: “Allah akan memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari yang baik, membelanjakan dengan pertengahan, dan dapat menyisihkan kelebihan untuk menjaga pada hari dia miskin dan membutuhkannya. Dan “Tidak akan miskin orang yang bersikap pertengahan dalam pengeluaran.”

Salah seorang sastrawan ternama di Indonesia, Buya Hamka (Alm.), juga pernah melakukan pendefinisian terhadap HEMAT dan PELIT, yaitu sebagaimana disampaikan sebagai berikut: “Jangan serupakan diantara Hemat dan Bakhil (Pelit), karena orang yang hemat memperhitungkan perbelanjaannya, uang masuk dan uang keluar dengan tujuan apabila perlu dapat membelanjakan harta itu menurut yang sepatutnya. Tetapi orang yang bakhil mengumpulkan harta dengan tujuan semata-mata hanya menumpuknya. Orang yang Hemat mengatur hartanya, orang yang Bakhil (Pelit) diatur oleh hartanya".

Demikian sedikit ulasan saya mengenang bulan Ramadhan tahun lalu (2008), tulisan diatas tidak bermaksud untuk menggurui, dan hanya sekedar sharing diantara kita sebagai sesama blogger, semoga bisa bermanfaat buat kita semua, Amin.

Terkait dengan bulan Ramadhan yang akan kita jalankan esok hari, maka dalam kesempatan yang sangat baik ini, dengan segala kerendahan hati serta keikhlasan,kami sekeluarga ingin mengucapkan: "MARHABAN YA RAMADHAN,MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN” atas semua kekhilafandan kelalaianyang pernah kami lakukan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung (termasuk melalui dunia maya), semoga Allah berkenan mengampuni semua dosa-dosa kita semua dan memberikan Barokahnya di Bulan yang penuh Hikmah ini.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb,

Yulyanto & Keluarga (www.yulyanto.com)



Artikel ini juga bisa diakses melalui:

http://www.yulyanto.com/2009/08/indahnya-puasa-1-“hemat-bukan-pelit”/

http://bloggerbekasi.com/2009/08/21/indahnya-puasa-1-“hemat-bukan-pelit”.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun