Mohon tunggu...
Yuliawatie
Yuliawatie Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan

Lahir dan besar di Prov.Papua Barat, memilih kuliah di bidang pendidikan pada salah satu perguruan tinggi di Papua, dan mengabdi di bidang pendidikan sejak 1997 di Mimika ( Prov. Papua Tengah). Suka belajar dari beragam budaya, mengenal banyak orang untuk trampil berkomunikasi , motivator untuk peserta didik, suka baca buku terutama yang berkaitan dengan sejarah,biografi , serta berbagi ilmu dan pengetahuan yang manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Potowai buru: Melayani di Ujung Batas Negeri

18 Mei 2025   17:07 Diperbarui: 18 Mei 2025   17:44 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat team monev tiba di pelabuah Logpond Potowaiburu, juga bapa dan ibu guru yang sedang mempersiapkan layanan pendidikan. (Foto dokpri)

    Perjalanan  dari pelabuhan rakyat Poumako-Timika, menuju  Distrik Mimika Barat Jauh yang juga menjadi distrik terluar di Kabupaten Mimika Provinsi Papua Tengah memerlukan perhitungan yang matang. Distrik ini berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Paniai, Sebelah Selatan dengan laut Arafura, sebelah timur dengan Kab.Kaimana (juga Kab.teluk Etna-provinsi Papua Barat), dan disebelah  timur dengan distrik Mimika Barat Tengah. Untuk mencapai kota distrik, Potowaiburu, boleh dilakukan dengan pesawat terbang kecil  , yang memerlukan waktu sekitar 25 sampai 30 menit, atau dengan longboat (=perahu panjang)  bermotor tempel, yang memerlukan waktu 8 hingga 12 jam, tergantung keadaan dan cuaca laut . Distrik Mimika Barat Jauh yang memiliki 5 (lima) kampung: Aindua, Potowaiburu,Tapormai, Yapakopa dan Umar Ararao, dengan kota distrik berinduk pada Potowaiburu.

Bentang alam yang jauh dari pusat ibu kota Kabupaten Mimika, tidak menyurutkansemangat dan niat  bapak dan ibu guru tenaga pendidik  pada setiap  sekolah dasar di masing-masing kampung dan dua sekolah menengah pertama di kampung Umar Ararao dan kota distrik Potowaiburu, untuk selalu siap  dan setia melayani anak-anak negeri dalam dunia pendidikan.

Perjalanan monitoring proses belajar mengajar di sekolah dasar dan menengah pada kota distrik Potowaiburu kali ini, menggunakan perahu bermotor tempel yang menghabiskan waktu lebih dari dari sembilan jam rata-rata. Durasi waktu perjalanan itupun  tergantung cuaca dan pasang surut air : bila laut bergelombang dan  tak bersahabat, maka 'motorees'(=pengemudi perahu) memilih  melayari anak sungai, inipun  dengan catatan air pasang. Bila air surut, motoress  memilih lewat anak sungai deretan  hutan bakau. Terkadang, harus singgah bahkan bermalam di beberapa tempat yang merupakan titik aman, terutama saat anak Sungai kering tak bisa dilewati oleh longboat ataupun laut berkecamuk gelombangnya.

Kegiatan para siswa SMPN POtowaiburu, Aple Pagi, jugaKelas Literasi Dasar danpertemuan dengan Bapak ibu Guru SD YPPK Potowaiburu. (Sumber: Dokpri)
Kegiatan para siswa SMPN POtowaiburu, Aple Pagi, jugaKelas Literasi Dasar danpertemuan dengan Bapak ibu Guru SD YPPK Potowaiburu. (Sumber: Dokpri)

Selain menikmati suasana pantai, dan  derasnya air dari gunung yang mengalir, tim monitoring Potowaiburu melakukan tugas utama yakni melihat dari dekat interaksi antara tenaga pendidik. Kegiatan  monitoring ini  berpencar sesuai jenjang sekolah yang ditugaskan.

Selain bertemu wicara dan melakukan 'coaching', untuk peningkatan kapasitas diri dan pengambangan profesioanl diri bapak dan ibu guru, anggota tim monitoring dan evaluasi belajar dan mengajar di sekolah jenjang sekolah dasar , mulai bertemu secara keselurahan, melakukan diskusi dengan pimpinan tentang penyelesaian masalah internal, hingga penanganan masalah ketidak hadiran peserta didik, termasuk peran serta dan pelibatan orangtua dan masyarakat.

Penduduk Potowaiburu yang nota bene dipesisir paling barat ini, lebih dominan hidup sebagai nelayan,  dan pemburu ( penjerat rusa , babi hutan dan burung). Salah satu burung yang menjadi tempat hidupnya di daratan Nugini adalah burung Mambruk (Goura Scheepmakeri), burung ini pun mudah untuk didapatkan di Potowaiburu. 

Nilai-nilai luhur dalam budaya orang pesisir pantai , suku Kamoro  juga diberikan pada anak-anak, diwujudkan dalam kehidupann sehari hari . Hal ini menjadi  salah satu bagian yang terpenting dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Tarian tradisional seka, menjadi bagian dalam kehidupan sehari hari , sehingga kamipun disambut dengan tarian seka, sebagai lambang persaudaraan dan persahabatan.

https://www.youtube.com/shorts/9nz8tvdskmU

Lima hari berkunjung, bukanlah waktu yang cukup untuk bisa menyimpulkan secara rinci tentang apa dan bagaimana keseharian bapak dan ibu guru yang melayani  pendidikan di ujung batas negeri pesisir barat ini. Tapi dari apa yang kami lihat dan saksikan, layanan pendidikan ini dimaksimalkan sekekuatan mereka, disesuaikan dengan konteks masyarakat sekitar dan sumber belajar yang ada di sekitas sekolah. Ditambah lagi, ada kiriman suplai 'bama' (bahan makanan) dari pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan Kab. Mimika, untuk makanan anak-anak sekolah. Hal inimenjadi salah satu motivasi untuk selalu setia dan tetap semangat dalam layanan dunia pendidikan.

Sememnanjungberbatas dengan Kab. Kaimana, dan Penulis sedang memegang burung Mambruk, sejenis burung dara yang besar dan ber mahkota. (foto: Dokpri)
Sememnanjungberbatas dengan Kab. Kaimana, dan Penulis sedang memegang burung Mambruk, sejenis burung dara yang besar dan ber mahkota. (foto: Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun