Mohon tunggu...
yulianto liestiono
yulianto liestiono Mohon Tunggu... Freelancer - perupa

Lahir di Magelang. Pendidikan terakhir ISI (Institut Seni Indonesia )Jogjakarta. Tinggal di Depok

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lukisan Hikaru

14 Desember 2018   19:32 Diperbarui: 4 Januari 2019   00:04 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

LAHIRNYA BINTANG  Menggoreskan sejarah

 

Mengingat pengalaman memamerkan lukisan di Galeri Milenium, Pameran Hikaru mengingatkan saya akan pameran BOB SICK. Pemuda yang gigih, kreatif dan mempunyai visi yang jauh kedepan. Pameran perdananya di Galeri Milenium tahun 2000 bertajuk "MEREBUT KEMENANGAN" telah menjadi catatan penting bagi BOB SICK, karena saat ini ia telah berhasil mewujudkan "mimpinya" untuk menjadi "maestro seni lukis" atau paling tidak menjadi pemain dan bukan penonton seni lukis.

Saat ini, 2018 setelah delapan belas tahun berlalu, saya kembali dihadapkan atau tepatnya dipertemukan dengan seorang "pelukis" yang selalu berkarya dan memberi catatan pada hampir setiap karyanya. Ini sebuah kebetulan yang betul-betul menggugah  antusias saya untuk ikut serta  terlibat dalam pameran tunggalnya yang juga merupakan pameran tunggal perdananya.

Ia adalah Hikaru, yang lengkapnya  Hikaru Balint Madani. Seorang anak ( yang lahir 6 tahun setelah pameran Bob Sick) ia  memiliki banyak kemampuan dalam kesenian. Ia piawai melukis, baik dalam bermusik khususnya bernyanyi serta rajin dan pandai menulis. Kemampuannya dalam berbagai  disiplin kesenian ini nantinya pasti akan menjadi penopang yang kuat untuk menumbuhkembangkan karirnya dalam kesenian.

Hikaru adalah siswa Hadiprana Art Class yang cukup lama didampingi belajarnya oleh Bapak Gideon Sutrisno mulai usia 3,5 -11 th Pada awalnya beberapa tahun lalu Deon mendiskusikan karya Hikaru serta meminta  pendapat bagaimana cara mendampinginya. Hal ini karena Deon melihat Hikaru sebagai seorang anak yang tidak sama cara belajarnya dengan siswa lain yang umumnya menerima apa yang disarankan dan diajarkan.

Hikaru adalah anak yang hidup di jaman dan budaya yang berbeda dengan jaman orang tua maupun gurunya. Perubahan jaman digital sekitar 15 tahun belakangan ini begitu cepat bergerak. Utamanya  internet yang didalamnya berbagai sosial media yang menampilkan teks, gambar, video bahkan live event di berbagai penjuru dunia. Nyaris tak ada lagi  informasi yang tak ada dalam dunia maya ini.

Akibatnya Hikaru menjadi "akrab" dengan berbagai tokoh seni rupa dunia, seperti Jackson Pollock, pelukis abstrak yang fenomenal dengan cara melukis yang diluar teori sebelumnya. Ia mencipratkan cat di kanvas yang sangat lebar yang diletakkan dilantai, Jackson Pollock tidak hanya melukiskan sesuatu yang baru, abstrak yang sangat ekspresionis namun juga melukis dengan gaya dan cara baru. Tak dapat disangkal jika masyarakat seni dunia akan selalu menempatkan nama Jackson Pollock diurutan atas deretan pelukis abstrak. Jackson Pollock ikon paling dikenal dalam abstrak. Tak heran jika Hikaru memajang poster berisi salah satu karya Pollock yang pernah dia lihat aslinya di Museum of Modern Art (MoMA), New York City, di kamar tidurnya.

Hikaru seringkali atau bahkan selalu melukis sesuai dengan apa yang telah ia rencanakan sendiri dari rumah, bahkan tak jarang ia tidak langsung melukis pada setiap kali masuk kelas belajar, namun berdiam diri dan berpikir dulu. Tak dapat ia diminta untuk menggambar objek yang tidak ia inginkan serta di waktu yang tidak sesuai dengan suasana hati dan pikirannya. Suatu saat ia melukis dengan gaya dan cara Jackson Pollock idolanya, tentu saja hal ini menjadi pertanyaan bagi yang melihatnya ( khususnya mereka yang tidak akrab dengan dunia seni rupa). Cara melukis yang tidak pernah atau jarang dilakukan dalam kelas lukis. Namun demkian karya Hikaru selalu selesai dengan baik. Saya selalu kagum setiap kali melihat karya terbarunya.  Berbagai aktifitas pameran bersama telah Hikaru ikuti dan jika ada kompetisi  ia sering menjadi bagian juaranya.

Selain Jackson Pollock, Hikaru juga mengagumi karya Aelita Andre pelukis yang sudah mulai dikenal sejak ia masih kanak kanak lahir tahun 2007 dan mulai pameran sejak umur 2 tahun. Karya Aelita yang sangat mengagumkan banyak orang termasuk Hikaru tentu disebabkan oleh lingkungan yang sangat memahami dan peduli dengan seni lukis, utamanya seni lukis anak. Melihat karya Aelita Andre kita bisa terkagum kagum namun jika kita melihat proses berkaryanya, barangkali tak banyak dari orang tua yang mengijinkan anaknya bermain main dengan cat dan kuas begitu bebasnya. Demikian juga orang tua Hikaru selalu mendukung Hikaru untuk mengembangkan jiwa seninya. Ketika sedang berwisata orang tua Hikaru selalu menyempatkan keluarga untuk mengunjungi museum seni rupa baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam salah satu kunjungan itulah Hikaru berkesempatan melihat langsung lukisan idolanya Jackson Pollock.

Hikaru menurut saya beruntung mendapatkan lingkungan yang dapat memahami proses berkarya seorang anak, termasuk dengan bangga dan sungguh peduli dan mendukung pameran karyanya. Selain lingkungan keluarga lingkungan belajarnya juga tentu punya andil yang sejalan dengan proses kreatif Hikaru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun