Mohon tunggu...
yulianto liestiono
yulianto liestiono Mohon Tunggu... Freelancer - perupa

Lahir di Magelang. Pendidikan terakhir ISI (Institut Seni Indonesia )Jogjakarta. Tinggal di Depok

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Balai Budaja" Mulai Jaya

5 Juni 2018   22:32 Diperbarui: 5 Juni 2018   22:55 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Balai Budaja. Ikon seni rupa Indonesia di Jakarta ini, adalah  bagian penting sejarah budaya khususnya seni rupa Indonesia. Kejayaan Balai Budaja dimasa awal sepertinya semakin surut sejak berdirinya Taman Ismail Marzuki, seperti yang dikatakan dengan baik oleh Agus Dermawan T, kritikus seni rupa sekaligus budayawan yang tinggal di Jakarta.

 Pengelolaan Balai Budaja di persoalkan sebagai penyebab utamanya hingga Balai Budaja pernah berada pada titik terendah  tidak hanya secara organisasi maupun kwalitas program acaranya, namun secara fisik pernah kebanjiran, atap bocor dengan kondisi lingkungan kumuh tidak terawat. Siapa dibalik keadaan seperti ini sudah menjadi rahasia umum, bahwa pengelolaan Balai Budaja sangat misterius dalam arti tak mudah dipastikan siapa yang bertanggung jawab .

Kondisi mengenaskan Balai Budaja beberapa tahun lalu, sepertinya mulai berubah membaik, baik secara fisik bangunan maupun programnya. Paling tidak tampilan wajahnya makin bersih dan baru. Cat merah dan putih seperti ingin melambangkan ke Indonesiaan.  Tata lampu walau jadul namun semuanya berfungsi, nyala dan cukup. Atap tidak bocor lagi dan toilet masih dapat disebut layak. Semuanya masih terlihat minimum dan sederhana. Apa yang terlihat membaik sesungguhnya adalah penampilan Balai Budaja saat ini, adalah Balai Budaja berhasil mengekspresikan kekuatan seniman Jakarta khususnya pelukis.

 Seniman yang terus tumbuh bergerak dan hidup dengan berbagai tantangan. Seniman Jakarta yang tak terbelengu oleh trend seni rupa yang semu. Seniman Jakarta yang terus bergerak di kenyataan kehidupan. Seniman Jakarta yang tidak terjerembab dalam pasar yang absurd. Seniman yang tidak hidup dalam popularitas palsu.  Inilah kekuatan sesungguhnya yang ada dalam kehidupan sebagian besar seniman Jakarta.

Cak Kandar, Syahnagra Ismail dan Aisulyanto. Pelukis senior ini mempunyai jadwal piket tetap di kantor Balai Budaja yang berada disayap kiri ruang utama. Tampaknya tiga sekawan ini dapat dilihat sebagai penjaga marwah Balai Budaja yang banyak dipandang sebelah mata. Dengan kemampuan finansial "terbatas" serta niat baik mereka terus mengusahakan eksisnya Balai Budaja. Dan saat ini Balai Budaja mulai terlihat seperti kuncup bunga. Kuncup itu mulai merekah. Semangat tak kunjung menyerah mereka tentu didasari kecintaan terhadap dunia seni rupa dunia yang mereka diami dan telah menjadi kehidupan mereka.

Rencana pembangunan atau renovasi Balai Budaja terpapar diatas papan, dibawah tabel acara dan keuangan serta jadwal piket. Tampilan yang terbuka seperti ini tentu melegakan, karena paling tidak sistim pengelolaan terbuka ini pasti akan mulai mengikis ketidakjelasan pengelolaan selama ini.

Saya yakin perubahan menjadi lebih baiknya Balai Budaja pasti bukan  hanya karena tiga sekawan diatas, namun juga adanya partisipasi seniman atau pelukis lainnya yang terus menerus aktif disana, baik aktif mengadakan pameran, menyumbangkan dana dan lainnya. Walau demikian gerakan tiga sekawan diatas tetap perlu mendapat apresiasi tersendiri dan mendapat dukungan lebih luas dan sunguh sunguh dari masyarakat seni rupa.

Masyarakat, khususnya pelukis Jakarta dan lebih khusus adalah anggota HIPTA perlu berbenah dan menggulung lengan bajunya untuk bekerja sama membesarkan dan mempercepat gerakan itu. "Rebo"an , pertemuan antar seniman setiap rabu sore bisa "direnovasi" dengan semangat baru. Agenda HIPTA dapat dibuat dan digalakan dan kembali tampil setiap tahunnya. Penulisan yang membahas acara acara yang dilangsungkan, bahkan membuat buletin on line atau web ( yang saat ini bisa tanpa biaya ) sebagai materi publikasi dan dokumentasi dan lainnya.  

Saya sangat yakin semangat seniman Jakarta yang elegan tidak tersandera dan tidak partisan adalah kekuatan utama mereka, hingga seniman Jakarta dapat terus eksis. Tumbuh kembangnya Balai Budaja akan menopang seniman Jakarta semakin kokoh berdiri diatas kaki sendiri yang kuat dan dengan jiwa yang merdeka serta membuat  profesi seniman menjadi makin menjanjikan dan membanggakan.

Surat ini adalah ekspresi rasa hormat saya kepada Cak Kandar, Syahnagra Ismail dan Aisulyanto dan semua seniman yang terus aktif disana. Semoga apa yang mereka kerjakan segera terlihat hasilnya. Dan Balai Budaja ber jaya.

Salam Balai Budaja

Yulianto Liestiono, Depok 05052018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun