Mohon tunggu...
Veronica Yuliani
Veronica Yuliani Mohon Tunggu... Guru - Guru bahasa yang jatuh cinta dengan cello, panflute, dan violin.

Menulis untuk berbagi dan menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Ingin Jatuh Cinta kepada Allah

10 April 2020   08:44 Diperbarui: 10 April 2020   09:02 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup bertahun-tahun sebagai umat Kristiani bukan berarti lantas membuat saya menjadi pribadi yang benar-benar telah mencintai Allah dengan benar. Saya katolik sejak lahir dan dibabtis sejak bayi. Iman yang saya miliki adalah iman warisan yang saya dapatkan dari orang tua saya. Justru mungkin karena dibabtis sejak bayi membuat saya kurang mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang iman saya karena kurangnya pengajaran dari orang tua.

Sewaktu kecil saya tidak pernah ikut sekolah minggu. Hingga dewasa pun saya jarang ikut kegiatan gereja karena rumah saya sangat jauh dari gereja. Sewaktu di sekolah saya mendapatkan pelajaran agama katolik tetapi ketika dewasa kini saya menyadari bahwa pengetahuan yang saya dapatkan dulu kurang mendalam.

Ketika menyadari bahwa pengetahuan yang saya dapatkan kurang, tepatnya ketika saya sudah bekerja dan mendapatkan komuitas yang memiliki kehidupan doa yang baik, hati saya tergerak untuk mendalami lebih lagi apa yang saya imani. Saya mulai berusaha rajin membaca Alkitab walaupun masih belum rutin.

Tahun ini saya merasakan hati saya sedang berkobar-kobar untuk lebih mencintai apa yang saya imani. Saya sudah mulai rajin bangun pagi dan membaca alkitab, mulai rajin kembali membaca buku rohani setelah bertahun-tahun vakum. Saya juga rajin mendengarkan kotbah dan renungan dari chanel-chanel youtube. Bahkan, saya mengikuti kursus grastis yang diberikan oleh blog katolisitas. Semua itu membuat hati saya bahagia.

Paskah 2020 ini memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Umat kristiani tak bisa merayakan paskah bersama di gereja. Bahkan sejak beberapa minggu sebelum paskah perayaan misa dilakukan secara online. Hal itu menimbulkan kerinduan yang dalam untuk merayakan ekaristi di gereja.

Sebenarnya ada hal yang membahagiakan dan istimewa bagi saya pribadi ketika misa dilakukan secara online. Salah satunya adalah karena saya bisa memilih misa yang dipimpin oleh siapa saja. Saya bisa memilih misa dengan gereja mana saja, uskup manapun yang saya mau. Saya bisa bisa memilih misa yang dipimpin oleh Uskup Agung Semarang, Robertus Rubiyatmoko, bahkan saya bisa misa dengan Uskup Kardinal Ingnatius Suharyo. Semua link youtubenya sudah tersedia, kita tinggal memilihnya.

Hari-hari ini saya terngiang-ngiang satu quote yang saya temukan sekitar natal yang lalu. Quote tersebut sangat menyentuh hati saya. Quote itu berbunyi demikian. "Tuhan bukanlah pelajaran yang harus dipelajari, melainkan pribadi yang harus dicintai". Saya menjadi sadar selama ini saya memperlakukan belum menempatkan Tuhan dengan benar. Saya seringkali memperlakukan Tuhan hanya sebagai sosok tempat saya meminta semua keinginan saya.

Saya mulai bertekad untuk lebih menempatkan Tuhan secara benar. "Aku ingin jatuh cinta kepada Allah sebagai sosok pribadi, bukan sekedar objek tempat meminta semua inginku", itulah satu kalimat yang muncul dalam hati saya dan saya doakan. Tetapi ketika saya menuliskannya untuk ke dua kalinya di story instagram tentang jatuh cinta kepada Allah saya tiba-tiba diingatkan untuk mencintai dahulu ayah saya yang di rumah.

Saya renung-renungkan sepertinya itu mirip-mirip dengan ayat yang terdapat di Alkitab, yakni 1Yohanes 4:20 " Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya". Saya merasa tertampar.

Satu kejadian lagi yang menampar saya adalah kejadian tadi malam ketika saya mengikuti misa Kamis Putih. Sebelum misa saya sempat mengikuti seminar online dan membalas WA kakak saya yang sedikit mendesak. Saya agak terburu-buru mempersiapkan misa dan sedikit terlambat mendengarkan pengumuman awal sebelum misa.

Saya mengikuti misa seperti biasa dengan cukup khidmat. Tetapi ketika hampir dua jam misa belum selesai saya mulai gelisah. Saya mulai teringat WA kakak saya dan teringat harus menelepon ibu saya berkaitan dengan kepentingan mendesak tersebut. Ditambah lagi saya mulai lapar. Ketika saya menjadi gusar karena misa tak kunjung selesai karena misa langsung dilanjutkan dengan tuguran, tiba-tiba saya teringat keinginan saya untuk mencintai Allah sebagai sosok pribadi. Lantas timbul rasa sedih dalam hati saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun