Kudus (03/08). Obat Tradisional banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia utuk memelihara kesehatan dan membantu mengurangi keluhan penyakit. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 sebesar 31,8% penduduk Indonesia menggunakan jamu buatan sendiri. Banyaknya tanaman biofarmaka di Indonesia menjadi salah satu faktor yang mendorong masyarakat mengonsumsi obat tradisional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020, produksi tanaman biofarmaka di Indonesia meliputi jahe, kencur, laos/lengkuas, kencur, lempuyung, temuireng, dan temulawak mencapai panen sebanyak 531.673.652 kg.
Tingginya penggunaan obat tradisional tersebut perlu diiringi dengan edukasi kepada masyarakat mengenai obat tradisional untuk menjamin keamanan dan khasiat obat tradisional. Oleh karena itu, dalam kegiatan KKN kali ini mahasiswa Undip melakukan sosialisasi penggunaan obat tradisional dengan nama program "Sehat dengan Obat Tradisional".
Kegiatan ini diikuti oleh sebagian ibu-ibu dalam lingkungan RT 2/RW 4 Desa Honggosoco pada Minggu, 25 Juli 2021 secara daring melalui grup WhatsApp yang sudah ada untuk menghindari terjadinya kerumunan. Kegiatan dimulai dengan perkenalan, dan dilanjutkan pemaparan materi dengan membagikan poster yang berisi edukasi mengenai obat tradisional dan leaflet yang berisi ramuan tradisional untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Kemudian masyarakat diberi kesempatan untuk bertanya dan meningkatkan pemahaman. Kegiatan ini diakhiri dengan membagikan kuesioner online melalui google form untuk memastikan pemahaman peserta, ketertarikan peserta dalam menggunakan obat herbal, dan menyatakan pesan dan kesan dari dilaksanakannya kegiatan KKN tersebut. Selain itu, untuk menyebarluaskan edukasi dan meningkatkan pemahaman masyarakat juga dilakukan penempelan poster di Balai Desa Honggosoco pada Sabtu, 24 Juli 2021.
Referensi:
Badan Pusat Statistik. 2021. Produksi Tanaman Biofarmaka (Obat) 2018-2020. Alamat URL: https://www.bps.go.id/indicator/55/63/1/produksi-tanaman-biofarmaka-obat-.html. Diakses pada tanggl 29 Juni 2021.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Balitbangkes.