Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Gara-gara Sering Disetrap

7 Februari 2021   20:58 Diperbarui: 7 Februari 2021   21:32 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Ayo.., " bergegas aku mengikuti langkahnya.  Kami sangat hafal jalan yang 'aman' menuju aula.  Jalan yang agak remang-remang dan luput dari perhatian guru piket.  Sampai di aula  ternyata banyak siswa dari SMA sebelah mengadakan latihan. Aula kami adalah aula gabungan tiga SMA, sehingga tiap hari selalu ada kegiatan. Saat itu ada kegiatan  mode show (sekarang  fashion show) . Hal yang sangat wah saat itu.  Aku dan May terpukau melihat tampilan anak -anak sebelah yang cantik dan dan begitu kreatif dalam  pagelaran busana kertas. 

Hingga tak terasa lebih dari setengah jam kami di sana. Tiba tiba suara bel pergantian jam menyadarkan kami.  Aku dan May segera berlari kembali ke kelas.  Waduh...  Bu guru pasti sudah menunggu. 

Beriringan kami masuk ke kelas dengan takut takut. 

 "Naah..  Ini dia...  Dari mana saja kalian? " tanya bu guru gemas.  Kami hanya menunduk karena sadar bahwa yang kami lakukan salah.  Sebagai hukumannya aku dan May diminta untuk mengerjakan semua soal di papan tulis.  Papan tulis dibagi dua,  sebelah kiri untuk May sepuluh soal,  sebelah kanan untukku sepuluh soal.

"Maaf Bu,  papan tulisnya kalau tidak cukup bagaimana? " tanyaku pada Bu guru.

"Harus cukup! " jawab beliau singkat. Tanpa banyak kata kami mengerjakan semua soal itu di bawah tatapan geli dari teman teman sekelas.

Ternyata perbuatan kami itu berbuntut panjang.  Ibu guru matematika selalu menyuruh aku atau May mengerjakan di papan tulis jika ada soal yang sulit.  Karena gengsi dan malu aku selalu melengkapi pekerjaanku.  Demikian juga May.  Takut kalau sewaktu waktu ditunjuk.

 Akhirnya teman-teman tahu bahwa pekerjaanku selalu lengkap. Aku selalu menjadi tempat bertanya. Beberapa di antara teman-teman rajin sampai datang ke rumah  minta diterangkan. Teman-teman lebih suka bertanya kepadaku daripada May, karena kadang May tidak sabaran. Sejak itu  aku tidak bisa sembrono lagi saat pelajaran matematika.

Saat naik kelas dua  kami berbeda jurusan. Kebetulan di jurusanku satu minggu bertemu matematika sebanyak delapan jam. Hampir tiap hari  bertemu matematika. Mengajari teman teman yang kesulitan dalam matematika terus kulakukan sampai  kelas tiga. 

 Sampai akhirnya ketika menentukan jurusan kuliah oleh teman-teman aku disarankan masuk matematika saja. Ketika akhirnya aku menjadi guru matematika ,May semakin sukses berbisnis di luar pulau.

Lama sekali kami tidak berjumpa.  Suatu hari tiba-tiba saja ada pesan  whatsapp dari May.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun