Malam semakin gelap. Â Bunyi jengkerik bersahut sahutan ikut mewarnai suasana saat itu. Â Tiga anak kecil menatap sosok di depannya yang asyik bercerita dengan penuh ekspresi.Â
"Akhirnya, Â Raja Angga tahu bahwa dirinya adalah saudara dari para Pandawa.., "
Anak-anak kecil itu menghela nafas berat. Â Kasihan sekali Karna si Raja Angga. Kenapa sudah hampir perang, ia baru tahu bahwa Arjuna adalah saudara
nya.
Sang empunya cerita memotong cerita sampai di situ demi melihat para pendengarnya sudah mulai menguap.
"Besok disambung ya, "
Tiga anak kecil itu mengangguk, Â lalu memejamkan mata yang sudah sejak tadi terasa berat, dengan harapan besok akan tahu lanjutan cerita Karna si raja Angga. Â Tiga anak kecil iti adalah kami tiga bersaudara dan si empunya cerita adalah bapak saya.
 Kedua orang tua  saya sangat jago bercerita atau mendongeng.  Hampir tiap malam bapak atau ibuk selalu bergantian mendongeng untuk kami.  Saat masih kecil kami selalu berusaha menyelesaikan semua PR dari sekolah sebelum Maghrib.  Mengapa?  Saat itu rumah kami belum dialiri listrik. Â
Padahal rumah tetangga sudah. Kata bapak waktu itu karena ada gangguan PLN. Â (Belakangan saya tahu ternyata saat itu bapak belum punya uang untuk amprah listrik). Tiap malam penerangan di rumah menggunakan petromax. Â Rasanya silau ke mata jadi sebelum maghrib tugas harus sudah beres. Sesudah Isyak, Â biasanya kami ngobrol sebentar, Â lalu tibalah saat yang kami tunggu. Â Dongeng Bapak.
Bapak selalu bisa mendongeng apa saja. Â Sumber ceritanya adalah wayang dan buku sejarah. Â Saya pernah terkesima benar benar oleh cerita Ken Arok dan keris Empu Gandring. Â