Mohon tunggu...
Yudo Mahendro
Yudo Mahendro Mohon Tunggu... Ilmuwan - sosiologi, budaya, dan sejarah

Alumni UNJ, belajar bersama Masyarakat Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Batavia (Jakarta) Kota Hantu

1 April 2020   16:21 Diperbarui: 1 April 2020   16:31 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jakarta semakin sepi. Dan akan semakin sepi karena selain akibat penyebaran virus corona yang tak kunjung reda, sebentar lagi kita akan menghadapi bulan Ramadhan yang kemudian akan disusul Iedul Fitri. 

Dua bulan lebih Jakarta akan menjadi 'kota hantu'. 'Batavia Kota Hantu' pernah ditulis oleh Alwi Shahab yang memprlihatkan pemindahaan ibu kota dari queenstraat (kota Tua) ke Weltevreden (Gambir). 

Pemindahan ini dilakukan oleh Gubernur Jenderal Deandels yang juga dikenal membangun jalan pos Anyer-Panarukan. Alasannya pemindah tersebut selain kondisinya yang sudah semakin memburuk secara ekologis. 

Selain itu, VOC saat itu bersiap untuk datangnya serangan dari Inggris sehingga perlu menguatkan pertahanan. Padahal sebelumnya menurut Alwi Batavia mendapatkan julukan "Queen of The East" karena perkembangannya yang pesat sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan. 

Sejarah seperti berulang, di tempat yang sama. Jakarta sebagai episentrum pemerintahan dan ekonomi setidaknya sudah berjalan selama 5 abad. Dengan pindahnya Ibukota pemerintahan yang sedang berjalan, kedepan hanya akan menjadi pusat ekonomi.

Dahulu sebagai pusat perdagangan, Batavia dikelilingi oleh perkebunan-perkebunan yang memiliki nilai di pasar Eropa, terutama kopi. Perdagangan hasil perkebunan seperti kopi, gula dan nilam menjadi komoditas pokok yang dijual ke Eropa dari kepulauan nusantara. 

Dengan adanya tanam paksa, pemerintah colonial mendapatkan untung besar dari penjualan komoditas tersebut. Bahkan tahun 1870an, pendapatan total kerajaan Belanda 70 % lebih didapatkan dari keuntungan perdagangan yang bersumber dari Hindia-Belanda. Kuntungan besar pemerintah colonial Belanda dibangun dari keringat, air mata bahkan darah para pertani nusantara.

Kembali lagi ke Jakarta hari ini, sepinya Jakarta juga disebabkan fenomena pemudik ke kampung halaman mereka. Jakarta sudah tidak lagi bisa menjamin kehidupan, akibat stagnansi ekonomi. 

Pekerja di sector informal yang mengandalkan hidup dari pendapatan harian merasa tidak lagi mampu untuk bertahan di Jakarta. Kampung halaman menjadi pilihan rasional untuk hidup, tidak perlu bayar sewa kamar, makanan yang terjamin, dan ada sanak saudara yang masih bisa diminta bantuan.

Desa Harus Jadi Kekuatan Ekonomi

Desa harus jadi kekuatan ekonomi, agar rakyatnya tak pindah ke kota. Bait awal dari lagu berjudul Desa yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Iwan Fals perlu menjadi bahan refleksi kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun