Mohon tunggu...
Yudi Yurnalis
Yudi Yurnalis Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Hewan di Pemkab Lebong

Lahir di Bandung, 28 Oktober 1983.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menahan Air Mata

8 April 2021   20:32 Diperbarui: 8 April 2021   20:50 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber dokumentasi pribadi

*

Untuk sementara Sang Napu kupelihara dengan memberikan makanan kesukaannya seperti tomat, mentimun, sayur mayur, rerumputan, buah-buahan lain seperti pisang dan pepaya. Agar tidak kesepian dan tidak stress Sang Napu kupelihara bersama seekor kelinci. 

Mereka pasangan yang sangat cocok dan serasi, tidak bertengkar apalagi berkelahi walapun beda spesies dan beda keturunan. Memang perbedaan bukan lah alasan untuk saling menyerang ataupun saling tikam, perbedaan harus diselaraskan sehingga timbul perdamaian, cinta dan kasih sayang.

Seminggu merawatnya, anakku senang bukan kepalang. Ia semakin rajin merawat Sang Napu dan Kelinci yang ia beli dengan uang celengannya sendiri. Celengan yang malang, belum segenap sebulan ia sudah menjadi bulan-bulanan seorang anak yang terobsesi membeli kelinci agar Sang Napu tidak kesepian. 

Aku pun tidak melarang, karena uang dalam celengannya memang sudah cukup untuk membeli seekor kelinci, sebuah tas sekolah, se stel baju sekolah, dan sepatu serta uang jajan selama sebulan.

**

Siang hari saat anaku sedang sekolah. Kami kedatangan tamu dari Kantor Seksi BKSDA Danau Tes. Mereka bermaksud untuk memberikan saran dan juga penyuluhan kepada kami sambil bernegosiasi agar Sang Napu diserahkan dan dilepas kembali ke hutan. Aku pun setuju begitupula dengan Istri. Namun karena ulah Sang anak yang cerdik, Sang Napu gagal dikembalikan karena ketiadaan kunci kandang yang selalu ia bawa ke sekolah. 

Rupanya ia sudah tahu gelagat Ayahnya. Ia tidak mau Sang Napu dikembalikan karena rasa cinta dan sayang dengan hasil tangkapannya itu. Ia juga sangat rajin mengobati Sang Napu yang sedang terluka di telinganya. 

Mungkin alasan inilah yang membuat anakku tidak mau secara gegabah melepas Sang Napu. Ia berpendapat , suatu saat kala Sang Napu Sehat pasti ia akan rela melepas kembali ke habitat asal.

“Baiklah Pak Dokter, Napu ini kami titipkan sementara di sini. Kami berharap jika sudah sehat, Napu segera dilaporkan dengan kami selaku petugas. Karena Napu ini hewan langka, tidak boleh dipelihara oleh siapa pun. Populasinya kini semakin memprihatinkan akibat ulah oknum masyarakat yang sering menangkap atau memburuhnya. Napu dijadikan komoditas perdagangan satwa langka ilegal, Sang Napu bahkan dijadikan hewan peliharaan juga santapan makanan .”  Ucap Pak Kepala Seksi kepada kami.

Istriku pun bernafas lega. Ia senang karena Sang Napu tidak jadi dibawa dan disita. Karena ia tidak tega melihat anaknya sedih dan kecewa akibat kehilangan Napu tersebut. Kami masih diberikan kesempatan untuk memeliharanya kembali sampai kondisi Sang Napu stabil dan sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun