Pasal satu, senior selalu benar,
Pasal dua, jika senior salah maka kembali ke pasal satu.
Hukum senioritas ini sudah sering muncul dan dijadikan bahan bercandaan, namun tetap saja masih banyak kampus yang mempraktikannya, dalih ingin melatih mental supaya bersiap untuk menghadapi kerasnya belantara kampus hanyalah omong kosong semata.
Tindakan senioritas ini hanya untuk membuktikan jika senior ini memiliki kekuasaan, dan orang-orang baru yang memasuki daerah kekuasaan mereka, harus tunduk dan mau menuruti mereka.
Selain itu, hal lain yang menjadikan kegiatan senioritas ini terjadi adalah karena ada dendam di masa lalu, para senior yang sekarang melakukan perploncoan, dulunya juga diperlakukan demikian sehingga mereka merasa harus melakukan hal tersebut kepada junior mereka, kegiatan perploncoan ini lantas terus terjadi dan membentuk "tradisi"
Marah-Marah Online.
Tradisi ini bagaimana caranya harus terus dilakukan,meskiuan tidak bisa bertatap muka karena situasi pandemi saat ini , para senior harus tetap mengintimidasi juniornya tersebut, maka jadilah mereka melakukan marah-marah online.
Saya tak habis pikir jika ternyata marah-marah bisa dilakukan secara online, ternyata kemarahan para senior pada junior di UNESA bisa tersalurkan secara daring.
Meskipun salut, saya juga tak menyangka para senior UNESA bertindak ceroboh, dengan marah-marah online yang mereka lakukan, jejak digital mereka dapat mudah ditemukan, mengingat saatl ini praktek perploncoan sudah dilarang, maka dengan adanya jejak digital tersebut mereka pasti akan segera mendapatkan sanksi.
Seniornya salah, juniornya juga lebih salah lagi, kok mereka mau saja dimarahi oleh seniornya dengan cara virtual seperti itu, jika saya di posisi di junior maka saya akan berpura-pura jika sinyalnya susah dan tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan para senior ini.
"Kamu kenapa nggak pakai sabuk ?"
