Mohon tunggu...
Yudi Kurniadi
Yudi Kurniadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja

Pekerja konstruksi dan penikmat sepakbola yang lagi suka menulis. Here We Go!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Efek Covid-19, Anak Rantau Susah Cari Menu Sahur

28 April 2020   03:55 Diperbarui: 28 April 2020   04:00 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warteg langganan tutup. (Foto Dokpri)

Ada yang berbeda pada Ramadan tahun ini. Sebuah pandemi Covid-19 mengharuskan orang-orang untuk tetap berada di rumah selama bulan puasa. Beberapa kegiatan di bulan puasa kali ini yang biasanya dilakukan di luar rumah, kini harus dilakukan di dalam rumah.

Selain agenda 'Ngabuburit', berburu menu sahur juga kadang menjadi alternatif yang menyenangkan. Namun, menemukan tempat makan atau restoran yang beroperasi saat sahur dan juga menyenangkan kadang gampang-gampang susah.

Apalagi yang tidak sempat memasak, beli makan di luar memang menjadi pilihan. Entah beli online maupun menghampiri tempat makan langsung. Warteg biasanya selalu menjadi alternatif daripada merebus mie instan.

Usai diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Jabodetabek, anak rantau seperti saya mulai kesusahan mendapatkan makan sahur. Pemilik warteg atau tempat makan langganan ditempat perantau saya di Depok tutup, hal ini mungkin didasarkan atas imbauan dari pemerintah.

Sebelumnya diketahui sekitar 80% wilayah Depok adalah zona merah Covid-19, hal ini semakin menguatkan kekhawatiran masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah. Aktivitas mulai sepi, orang-orang sebisa mungkin mengurangi kegiatan di tempat ramai, sejalan dengan imbauan untuk Work From Home (WFH) dan social distancing.

Akibatnya, beberapa warteg, kehilangan omzet. Hal itu kemudian menyebabkan mereka terpaksa menutup sumber pencariannya ini. Sudah memasuki hari kelima puasa ini, saya pun terpaksa memasak sendiri atau membeli menunya sekalian untuk makan malam setelah berbuka puasa kemudian dipanaskan untuk disantap diwaktu sahur.

Alhamdulillah masih bisa untuk santap sahur, apalagi di mess tempat bekerja saya untuk perlengkapan dapurnya ada meski tidak lengkap. Namun tetap saja pada saya kehilangan suasana makan di warteg seperti tahun-tahun sebelumnya ketika menginjak bulan puasa Ramadan.

Soalnya makan di warteg itu tidak hanya pada jenis masakannya saja, tapi lebih pada keramahan penjualnya. Mereka tidak segan mengobrol dengan pembeli, menciptakan suasana akrab menambah betah saya dan orang-orang yang sedang menikmati hidangan sahur. Itulah salah satu alasan warteg banyak pelanggan karena saat makan jadi makin nikmat bila diselingi obrolan akrab.

Anak rantau memang punya sejuta cerita. Seperti halnya merasakan momen ketika harus berpuasa dan jauh dari orang-orang terkasihnya ( keluarga dan orang tua). Sebab diwaktu ini akan banyak perubahan yang begitu menyesakan kalau dirasa-rasakan.

Contohnya, seperti yang susah untuk dibangunkan diwaktu sahur meski menyetel alarm, karena biasanya ada yang membangunkan, jadi harus bangun sendiri bagaimanapun caranya.

Selain itu juga yang biasanya bangun sahur sudah disediakan menu untuk disantap, dalam fase ini kita harus cari cara bagaimana mendapatkan makan entah membeli atau memasaknya, yang tadinya tidak perlu khawatir memikirkan santap sahur dengan apa, mau tak mau jadi harus mencari sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun