Mohon tunggu...
Yudi Kresnasurya
Yudi Kresnasurya Mohon Tunggu... Lainnya - PRIBADI BIASA

BERSYUKURLAH MAKA ENGKAU BAHAGIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hater adalah Lover yang Tersembunyi

12 Januari 2021   13:57 Diperbarui: 12 Januari 2021   14:07 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebijakan atau perbuatan yang dilakukan oleh manusia selalu mempunyai resiko kesalahan. Resiko kesalahan akan tetap ada walalupun manusia itu sudah berusaha semaksimal mungkin menjalankan kegiatannya atau kebijakannya atau keputusannya sesuai dengan aturan. Apalagi jika usaha yang dilakukannya merupakan "gambling" sudah pasti resiko kesalahannya semakin besar. Namun demikian yang paling penting adalah niat yang ada di dalam hati manusia ketika akan melakukan usaha atau mengeluarkan suatu keputusan / kebijakan. Niat yang baik atau niat yang buruk akan mempunyai implikasi pada usaha yang akan dilakukannya. Namun niat yang ada dalam diri seseorang tidak ada yang mengetahui kecuali Tuhan YME, Allah SWT.

Bagi manusia biasa atau manusia kebanyakan, kesalahan -- kesalahan yang terjadi hasil dari tindakan atau keputusannya tidak akan menjadi perhatian banyak orang, beda dengan para pesohor negeri baik pimpinan negara, artis atau selebriti. Mereka (para pesohor) merupakan fokus perhatian massa sehingga gerak-gerik mereka akan berpengaruh cukup luas di masyarakat. 

Pada era keterbukaan seperti sekarang ditambah lagi dengan kemajuan teknologi informasi, segala kebijakan / kegiatan / ucapan / keputusan yang diakukan oleh pemangku kepentingan ataupun pesohor akan semakin mudah disebarkan tetapi sekaligus akan semakin mudah dikritisi oleh masyarakat. Pada batas -- batas tertentu ktitikan yang disampaikan merupakan vitamin yang bermanfaat bagi keseimbangan kondisi sosial, tetapi tidak sedikit yang disampaikan  tadi sudah keluar dari batas -- batas yang bisa disebut sebagai kritikan. Lihatlah di berbagai media sosial yang ada, sudah terjadi kubu -- kubuan setidaknya ada 3 kubu besar yakni kubu pendukung (lover), kubu oposisi (hater), dan kubu adem ayem.

Banyak nasehat yang didapati bahwa jika seseorang yang sudah membenci sesuatu atau seseorang maka apapun yang diperbuat oleh orang yang dibencinya selalu dianggap salah, malah bila tidak berbuat pun tetap dinilai salah. Kesimpulannya bahwa jika seseorang mau berbuat atau tidak berbuat, maka oleh para hater tetap dianggap salah. Bahkan jika tidak berbuat salah pun maka oleh hater akan dicari-cari kesalahannya. Para hater akan mencari dan memperhatikan segala detail seluk-beluk dan tindak-tanduk dari orang yang ditargetnya.

Kalau dipikirkan lebih jauh, sebenarnya hater boleh disebut lover yang tersembunyi. Ya lover adalah makna yang berlawanan dengan hater. Orang -- orang yang sangat menyukai atau mendukung orang lain atau sesuatu, misal sangat menyukai artis idola maka disebut sebagai fans ataupun lover. Aktivitas lover secara umum selalu memfollow idolanya di media sosial, mencari seluk beluk aktivitas idolanya dan yang tidak boleh ketinggalan adalah memberikan komentar membela idolanya tersebut. Nah bukankah kegiatan lover sama dengan hater ? hanya beda memberikan komentar saja. Bahkan sekarang banyak para pesohor (baik artis, selebriti ataupun politikus) yang mengharapkan adanya hater bagi mereka. Apa sebab ? karena para hater bisa menaikkan kepopuleran mereka. Coba saja kalau banyak komentar yang saling berbalas tentang pesohor maka pesohor itu semakin dikenal luas tak peduli apakah bernilai positif atau negatif. Apalagi yang suka Pansos (panjat sosial) mereka bahkan berusaha agar usaha mereka dikomentari banyak orang tak peduli lebih banyak hater ataupun lover. Karena bagi mereka hater dan lover sama -- sama penting untuk menaikkan popularitas mereka.

Jadi bolehlah hater dimaknai sebagai lover yang tersembunyi, dan hater harus dipelihara sama seperti lover.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun