Mohon tunggu...
Yudi Kresnasurya
Yudi Kresnasurya Mohon Tunggu... Lainnya - PRIBADI BIASA

BERSYUKURLAH MAKA ENGKAU BAHAGIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gelapnya Malam Akan Segera Berlalu, Indahnya Fajar Segera Terbit

26 Maret 2020   11:07 Diperbarui: 26 Maret 2020   11:29 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari -- hari belakangan ini seakan suram kurasakan. Betapa tidak goncangan bencana ini datang bak gelombang tinggi, menghantam tidak pilih -- pilih, melabrak semua yang ada di depannya. Banyak sudah berita terdengar namun justru berita itu menambah kelamnya suasana yang ada.

Berbagai proses kejadian yang terjadi saat ini seperti berebutan masuk dalam pikiran. Pikiran yang satu mengenai bagaimana mungkin bencana ini bisa terjadi secepat ini ? Pikiran lain memikirkan siapa yang harus bertanggung jawab atas bencana ini ? Masih ada pikiran lain tentang sebab apa bencana ini bisa timbul ? Pikiran lain lagi bagaimana mengatasi bencana ini, apa solusinya, apa penawarnya ? dan masih banyak lagi pikiran lainnya yang saling mengaitkan bencana tersebut.

Jujur saja bencana kali ini memang membuat banyak orang menjadi paranoid, mungkin juga termasuk saya. Sebentar -- sebentar harus cuci tangan, terus curiga jika ada yang sakit batuk atau hanya pilek ringan sekalipun. Tak ada lagi perasaan bebas berjabatan tangan, bertegur sapa, bergaul dalam keramaian. 

Ya  tidak ada lagi perasaan bersosialisasi diri dengan bebas seperti sebelumnya. Di sinilah baru terpikir tentang nikmatnya menjadi manusia sebagai mahluk sosial. Bisa bercanda, berjabatan tangan, memeluk erat sahabat, berkumpul, bertegur sapa, bermain sepakbola, volli dan lain -- lain. Ya semua itu bisa terjadi dalam kondisi normal jika bencana ini tidak ada.

Bencana kali ini juga benar -- benar menguji kesabaran dan keimanan kita. Lihatlah untuk urusan ibadah sekalipun, bencana ini mampu menjungkirbalikkan kebiasaan dan keutamaan dalam proses ibadah. Contohnya bagi Kaum Muslim, Masjid -- masjid sebagai rumah ibadah banyak yang ditutup agar jemaahnya sholat di rumah masing -- masing tidak usah berjamaah di masjid, bahkan sampai sholat Jum'at pun yang wajib dikerjakan dan harus secara berjamaah juga ditiadakan. Entah sampai kapan penutupan masjid -- masjid dan larangan sholat berjamaah di masjid diberlakukan.

Dalam renungan, kemudian saya putuskan bahwa supaya tidak terlalu menjadi paranoid, maka harus "mengkarantina" sementara hampir semua media sosial yang saya miliki, seperti facebook, whattaspp, dan laman -- laman berita lainnya. Bukan apa -- apa, karena bisa dibayangkan, jika punya 10 grup di media WA saja, dan dalam 1 grup sehari bisa ada 10 berita bencana ini diupload maka sudah 100 berita,  belum lagi media -- media sosial lainnya.

Ya lebih 100 berita hanya dalam sehari, entah berita itu benar atau tidak, sekarang sukar dibedakan. Banyaknya berita -- berita tersebut bukannya memperbaiki suasana tapi malah sebaliknya menambah ciut pikiran dan hati, mungkin bagi saya begitu. Maka saya putuskan sampai waktu yang belum ditentukan, saya akan terus karantinakan media -- media sosial yang saya miliki.

Pikiran dan hati saya berkata bahwa bencana ini bisa jadi karena kita manusia sudah sedemikian parahnya merusak dunia, tidak patuh terhadap perintah -- perintah -- Nya, sering melanggar larangan-Nya, tidak mau bersyukur dan bersujud kepada-Nya, tidak mau berdoa meminta dan memohon kepada-Nya. Kita sering berlaku sombong, merasa mampu atas segalanya, merasa menjadi mahluk paling pintar dan paling kuat. Tetapi kemudian kuasa Dia lah yang menyadarkan kita, bahwa dengan bencana yang terjadi kali ini, manusia hanyalah mahluk yang sangat lemah.

Kini saya hanya berharap dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Alloh SWT, agar Dia segera mengangkat dan menghilangkan bencana ini dari dunia, sehingga dunia kembali normal dan kehidupan sosial manusia menjadi pulih kembali. Saya sangat percaya akan firman-Nya dalam Alqur'an, bahwa Dia menyuruh untuk berdoa kepadanya, dan Dia pasti akan mengabulkannya.  Bagi-Nya sangat mudah dan ringan menghapus bencana yang ada sekarang ini karena Dia Maha Kuasa dan Maha Kuat.

Teringat akan kata -- kata bijak dari seorang Habib, bahwa jika kita ingin melihat indahnya fajar maka kita harus melalui gelapnya malam. Semoga bencana ini segera berlalu agar kehidupan manusia kembali pulih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun