Mohon tunggu...
Yudi Kresnasurya
Yudi Kresnasurya Mohon Tunggu... Lainnya - PRIBADI BIASA

BERSYUKURLAH MAKA ENGKAU BAHAGIA

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Ujian Nasionalisme dalam Pemilu 2019

15 Mei 2019   13:43 Diperbarui: 15 Mei 2019   13:55 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemilu merupakan salah satu jalan demokratis untuk memilih para pemimpin atau wakil rakyat,  baik yang akan duduk di Eksekutif maupun di Legislatif. Menurut Ramlan (1992) pemilu merupakan mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercayai. Di setiap ajang pemilu respon masyarakat terlihat sangat dinamis, dimana bisa terjadi kutub -- kutub yang saling berseberangan akibat memilih calon yang berbeda walaupun mungkin itu terjadi di dalam rumah tangga.  

Pemilu pada tahun 2019 merupakan pemilu pertama yang dilakukan serentak, dimana para pemilih akan langsung memilih para wakilnya yang akan duduk di DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten, DPD serta memilih Presiden dan Wakil Presiden secara serentak dalam waktu yang bersamaan. Kontestasi pemilu 2019 di Indonesia menjadi sangat dinamis dan dianggap paling rumit sedunia. Pemilu serentak yang diadakan pada tahun 2019 merupakan amanat dari keputusan Mahkamah Konstitusi yaitu Putusan Nomor 14/PUU-XI/2013 Perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (kemudian lebih disebut dengan Putusan MK 2013).

Semua warga negara yang mempunyai hak pilih tentu diharapkan ikut berpartisipasi memberikan suaranya dalam pemilu 2019. Para calon anggota legislatif yang berasal dari partai maupun independen (DPD) akan berusaha semaksimal mungkin agar mereka mendapatkan suara yang cukup sehingga bisa lolos menjadi anggota legislatif. Tantangan yang mereka hadapi bukan saja berasal dari anggota partai lain tetapi juga dari partai yang sama karena pemilu menerapkan suara terbanyak untuk menjadi anggota legislatif bukan dari nomor urut calon. Namun persaingan yang paling dinamis dan sangat terasa panas adalah dalam pemilihan calon Presiden dan Wakil Presiden. Hal ini karena calon yang ada hanya terdiri dari 2 kubu yaitu pasangan calon 01 dan calon 02, sehingga otomatis langsung terjadi dua kutub yang saling berhadapan dan harus saling mengalahkan.

Persaingan yang panas antar elit politik terutama dalam pilpres berimbas kepada massa pendukungnya. Dalam perjalanannya tidak sedikit kabar bohong atau hoax dan ujaran kebencian serta kampanye hitam bertebaran terutama di media -- media sosial yang kini dijadikan sebagai media utama dalam berkampanye. Banyaknya hal -- hal negatif tersebut selama kampanye akan berdampak mengurangi semangat nasionalisme masyarakat.  Memang makna nasionalisme kini sudah mengalami perluasan atau pergeseran. Sindhunata (2000) mengatakan bahwa pergeseran konteks nasionalisme tidak lagi bergantung hanya kepada identitas nasional namun kini lebih menekankan pada identitas yang lebih konkrit seperti negara modern, pemerintah yang bersih, demokrasi dan perlindungan hak asasi manusia. Namun semangat cinta tanah air, bangsa dan negara merupakan landasan utama dalam membentuk nasionalisme.

Banyaknya berita -- berita negatif seputar pemilu dapat mengakibatkan semangat untuk mencintai tanah air, bangsa dan negara akan dibelokkan menjadi permusuhan antar masa pendukung, membenturkan nilai Pancasila dengan agama, mereduksi nilai -- nilai kehormatan simbol -- simbol negara, dan berusaha mengacaukan jalannya pemilu hingga akhir tahapan. Sebagian masyarakat mudah terpancing dengan isu bahwa golongan A jika nanti menang maka akan membuka keran selebar-lebarnya bagi pihak asing untuk mendominasi Indonesia, sehingga dibalas oleh golongan A tersebut bahwa sebaliknya kalau golongan B yang menang maka Pancasila akan direduksi peranannya dan akan diganti dengan sistem keagamaan. Hal lain yang sangat jelas adalah saling memberi panggilan kepada pihak yang berlawanan dengan sebutan binatang. Isu -- isu SARA pun beberapa kali melintas dalam panasnya persaingan memperebutkan kekuasaan.

Hal yang sering dilupakan oleh peserta pemilu baik yang menjadi calon legilatif maupun masyarakat pemilihnya adalah mereka secara tidak sadar telah melukai jiwa nasionalisme mereka sendiri. Mungkin sebagian mereka menjawab bahwa justru yang mereka lakukan adakah untuk menjaga Indonesia dari kekacauan jika pihak mereka menang. Namun sejatinya usaha mereka dengan mempertontonkan cara -- cara yang saling menyindir, menuduh, menghina, memfitnah serta membelokkan hal -- hal yang sebenarnya terjadi atau tidak terjadi, merupakan bagian tindakan yang secara langsung melukai semangat nasionalisme.  Jika ini terjadi terus menerus dapat dipastikan semangat nasionalisme masyarakat akan memudar sehingga membahayakan kesatuan negara dan bangsa Indonesia. Inilah ujian nasionalisme masyarakat melalui pesta demokrasi.

Sudah sewajarnya Pemerintah memberikan rambu -- rambu dalam melaksanakan pesta demokrasi tersebut, agar masyarakat tetap menjaga semangat persatuan dan jiwa nasionalismenya. Ketegasan, keadilan dan kebijaksanaan dalam menjalankan aturan akan menjadi perisai yang kuat untuk menjaga semangat nasionalisme masyarakat Indonesia.  Pesta demokrasi dalam wujud pemilu sudah selayaknya dinikmati oleh seluruh warga negara dengan gembira dan suka cita tanpa adanya rasa permusuhan walaupun di dalamnya terdapat persaingan. Pemilu, bagaimanapun bentuk dan rupa yang digunakan dalam melaksanakannya adalah pintu demokrasi dalam memilih para wakil rakyat yang tentunya sangat diharapkan dapat menjaga semangat nasionalisme masyarakat untuk membangun bangsa dan negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun