Karena dianggap keamanan dirumah sakit kurang meski dalam keadaan kurang sehat Muzakir [32] dan Zulfikar [23] korban pemukulan dan penikaman yang dilakukan Satgas Partai Aceh memilih untuk segera pulang ke Seuramoe Irwandi-Muhyan yang berada persis disamping wisma Selat Malaka jalan Medan-Banda Aceh. Sementara seorang lagi Iskandar [59] yang juga salah satu Timses Irwandi-Muhyan hingga kini, Sabtu, 24 Maret 2012 masih terbaring lemas dirumah sakit kesrem Lhokseumawe. Awal sebelum terjadi pengroyokan tersebut, Kamis, 22 Maret 2012 rombongan Timses Seuramoe Irwandi-Muhyan yang terdiri dari 12 personil dengan mengendarai empat mobil berangkat dari Lhokseumawe menuju desa Meunasah Dayah Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara untuk membuka posko baru. Rencana awalnya malam itu, Timses Irwandi-Muhyan tidak membuka posko baru, mereka akan membuka posko baru tersebut keesokan harinya, Jum’at, 23 Maret 2012. Kemudian sekitar pukul 00.00 WIB tengah malam, Jum’at, 23 Maret 2012 Timses Seuramoe itu memasang spanduk didepan posko barunya, sebelumnya tidak ada orang Partai Aceh. Beberapa menit kemudian tiba-tiba sebuah mobil avanza berhenti didepan Seuramoe, dari dalam mobil tersebut keluar beberapa orang mengeluarkan bendera Partai Aceh untuk dipasang tepat didepan posko Seuramoe Irwandi-Muhyan yang baru itu, ketika orang tersebut memasang bendera PA didepan kantor baru Seuramoe Irwandi-Muhyan, pihak seuramo mengatakan, “ini kantor baru Seuramoe. Kami tidak memasang bendera, yang kami pasang spanduk. Jika memasang bendera silahkan disamping kantor.” Tidak lama kemudian sekitar pukul 01.30 WIB dini hari iring-iringan konvoi satgas Partai Aceh dengan mengendarai sedikitnya 35 mobil berhenti didepan posko Seuramoe. Mereka keluar dari mobil itu menghampiri timses Irwandi yang sedang memasang spanduk. Salah seorang dari Satgas PA tersebut yang dijuluki sebagai kombet membuka baretnya dan bertanya kepada Timses Irwandi-Muhyan, “soe yang han bie peu ek bendera kamoe ?[siapa yang melarang bendera kami dipasang].” Belum sempat dijawab oleh Timses Irwandi-Muhyan, salah satu dari Timses Irwandi tersebut dipukul. Kemudian Kombet kembali bertanya dengan nada keras dan menantang, “ka turi lon? [kau kenal siapa aku?],” tanya kombet kepada Timses Irwandi-Muhyan. Salah satu Timses Seuramoe, Muzakir [32] menjawab, “lon ku turi droe neuh, kombet ken. [saya tahu siapa anda, kombet kan],” jawab Muzakir Timses Seuramoe Irwandi-Muhyan. Lalu kombet dengan berang kembali berucap kepada Muzakir, “that jai kah ka peu ek spanduk seuramoe [sudah cukup banyak kau pasang spanduk Seuramoe].” Ucapnya sambil menghantam tangan kiri Muzakir dengan HT [Handy Talkie]. Belum hilang lagi rasa sakit tangan bagian kirinya, ratusan satgas lainnya memukul Muzakir dan kedua rekannya Zulfikar dan Iskandar. Sementara 9 Timses Seuramoe lainnya yang berada dilokasi kejadian hanya bisa melihat tanpa berani berkutik karena melihat lawan yang tidak berimbang, 12 melawan 100 lebih Satgas Partai Aceh. Diantara kesembilan Timses Seuramoe yang tidak berani melawan tersebut, salah seorang diantaranya, Martunis [20] yang tubuhnya memang cacat fisik, dia memilih bersembunyi dibelakang baliho yang bergambarkan Irwandi-Muhyan dengan mengenakan pakaian adat tersenyum sumringah seakan ikut menertawakan keluguan dan ketakutan Martunis pada saat itu. Bahkan ketika Ia bersama rombongan lainnya kembali ke Lhokseumawe, Martunis masih trauma jika melihat atribut Partai Aceh. Saat pengeroyokan tersebut terjadi, Muzakir berusaha melakukan perlawanan dengan merangkul salah seorang Satgas PA, lalu dari bagian belakang salah seorang Satgas menikam punggung Muzakir dengan sebilah sangkur tajam sehingga saat itu juga tubuh Muzakir bersimbah darah sementara handphone milik Muzakir yang digenggamnya dirampas oleh Satgas PA tersebut, setelah ditusuk dari belakang Muzakir segera melompat kearah rawa-rawa yang tak jauh dari lokasi kejadian untuk menyelamatkan diri.