Bismillahirrahmanirrahim.
Dulu, ketika kita kecil, kita diberlakukan sistem reward and punishment berdasarkan perbuatan kita di rumah. Kalau kita senantiasa melakukan kebaikan, maka kita akan mendapatkan reward. Reward-nya bisa berupa apa saja, mulai dari barang atau bahkan hanya pelukan dan ciuman. Namun, apabila kita melakukan keburukan, maka kita akan mendapatkan punishment. Bisa berupa hukuman secara fisik atau bahkan larangan melakukan apa pun yang kita suka, dengan tujuan agar kita jera.
Namun seiring kita bertambah usia, kita menjadi terlalu besar untuk diberi hadiah atau dihukum, karena bagi sebagian orang, reward and punishment hanya untuk anak kecil. Or is it?
Sistem reward and punishment yang sebenarnya ada di akhirat. Ketika umat manusia dibangkitkan oleh suara terompet sangkakala sang Malaikat Israfil di Hari Kebangkitan, mereka dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk diadili amalnya selama di dunia. Setelah diadili, mereka akan menerima rapor amal alias catatan amal. Apabila mereka menerima catatan amal dengan tangan kanan, artinya mereka senantiasa berbuat baik dan akan mendapat reward berupa surga dan segala kenikmatannya. Namun bagi mereka yang menerimanya dengan tangan kiri, artinya mereka senantiasa berbuat buruk selama di dunia dan akan mendapat punishment berupa siksaan di neraka.
Kematian itu rahasia Allah SWT. Setiap yang hidup pasti akan merasakan kematian di waktu yang tidak akan pernah diketahui hamba-Nya. Saya pernah menonton konten seorang Naisa Alifia Yuriza (alias content creator Muslimah paling green flag di Indonesia). Dia bilang, jika Anda tidak ingin mati dalam kondisi sedang melakukan perbuatan tertentu, jangan dilakukan. Misalnya, jika tidak ingin mati dalam kondisi sedang makan junk food atau memasukkan kucing ke rumah dan membiarkannya buang air besar sembarangan sehingga terkena toksoplasmosis, maka jangan dilakukan. Siapalah yang mau menerima catatan amal dengan tangan kiri dan menerima hukuman berupa siksa neraka. Pastinya tidak ada.
Kalau orangtua kita sudah marah-marah ke kita sebagai anak, itu artinya mereka mau mendisiplinkan kita supaya menjadi anak seutuhnya, yang baik, dengar kata, dan hidup penuh rasa tanggung jawab. Mereka ingin kita mendapatkan reward berupa surga di akhirat nanti. Ketika kita sudah dewasa, kita pastinya akan menikah dan menjadi orangtua, yang mana merupakan tanggung jawab seumur hidup. Namun, bahkan menjadi orangtua ada kaidahnya. Menegur anak saat dia berbuat salah itu harus, agar dia tahu letak kesalahannya di mana. Namun, tidak boleh sampai membentak atau memukul. Zaman sekarang, pola asuh orangtua berpengaruh pada perkembangan psikologis anak. Anak itu peniru ulung orangtuanya; mereka yang biasa dibentak semasa kecil, justru akan tumbuh jadi orang yang suka membentak dan melawan orangtua, dan itu dosanya besar sekali. Bisa mendapat punishment berupa neraka.
Yuk, senantiasa berbuat baik, agar nantinya mendapat reward berupa kenikmatan Jannah dan dihindarkan dari punishment berupa siksaan neraka Jahanam.
Tabik,
Yudhistira Mahasena
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI