Bismillahirrahmanirrahim.
Ada 38 provinsi di Indonesia, semua dengan keunikannya sendiri. Ke-38 provinsi ini terbagi lagi menjadi 416 kabupaten dan 98 kota, yang menjadi rumah yang indah dan nyaman bagi sekitar 283,5 juta penduduknya. Jika Anda ingin mengenal ke-38 provinsi tersebut secara lebih mendalam, silahkan baca rubrik "Kenali Indonesiamu" yang saya tulis tahun lalu. Saya terakhir menulis rubrik ini di episode mengenai Kalimantan Barat, setelah itu berhenti cukup lama karena kendala riset, sulit mencari tempat wisata yang bagus di provinsi yang harusnya menjadi episode ke-21, yaitu Kalimantan Tengah, namun don't worry, jika ada kesempatan, saya akan mencoba melanjutkan rubrik tersebut kembali, terima kasih sudah sabar.
Sekarang kita akan membahas sesuatu yang berbeda. Akhir-akhir ini saya sering menonton konten dari Awing Al Jamal, seorang content creator asal Semarang, Jawa Tengah yang di kontennya kerap membahas bahasa Jawa. Mas Awing juga pandai menirukan dialek-dialek Jawa. Layaknya British English, bahasa Jawa datang dalam berbagai dialek, mulai dari yang mudah dipahami seperti dialek standar Jogja-Solo, Madiun, Kediri, Arekan, dan Semarangan, hingga yang sulit dipahami oleh the average Javanese speaker, seperti Ngapak Tegal, Ngapak Banyumasan, Aneman, dan Pekalongan.
Berikut adalah video Mas Awing menirukan berbagai aksen Jawa di berbagai daerah di Jawa:
Saya mulai tertarik untuk belajar bahasa Jawa mulai tahun 2023 ketika trailer film "Budi Pekerti" dirilis, namun baru tahun lalu saya tahu kalau bahasa Jawa datang dalam berbagai macam aksen. Dialek Jogja-Solo akan sangat berbeda dengan dialek Surabaya, dan likewise, dialek Semarangan akan berbeda dengan dialek Aneman. Dan oh my God, Ngapak Tegal dan Ngapak Banyumas, although they're basically the same dialect, ada beberapa kosakata di satu dialek yang tidak ada di dialek yang satunya.
I really wanna say a great big matur nuwun kepada Mas Awing karena telah memotivasi saya untuk mempelajari perbedaan dialek bahasa Jawa dari satu kota ke kota lainnya. Supaya lebih enak bertutur dengan masyarakat kota tertentu. Tambahkan Mas Awing ke dalam daftar content creator Indonesia favorit saya, setelah Edho Zell, Chandra Liow, Aulion, Arinaga Family, dan Naisa Alifia Yuriza (Nay).
Dan kalau sudah soal dialek, daerah yang satu ini akan membingungkan kita dengan keberagaman dialek Jawanya, karena di sini, mari ngulon, ngetan, ngalor, ngidul beda kabeh basane. Selamat datang di Pemalang.
Kita tidak akan membahas terlalu detail tentang Pemalang, namun yang kita tahu bahwa berbatasan langsung dengan banyak daerah lain dengan logat yang berbeda membuat Pemalang memiliki banyak logat Jawa. Penduduk Comal bertutur dalam dialek yang lebih dekat ke logat Pekalongan karena berbatasan langsung dengan Kabupaten Pekalongan, sedangkan penduduk Pemalang Kota bertutur dalam dialek Ngapak Tegal karena memang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tegal.
Pembahasan lebih detail:
Di daerah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tegal, masyarakatnya berbicara dalam dialek Ngapak Tegal, namun terbagi jadi dua subdialek, yaitu Pelutan dan Pemalang Kota. Penutur subdialek Pelutan dapat ditemukan di Desa Pelutan, Lawangrejo, dan Sugihwaras serta di Kecamatan Randudongkal dan Warungpring. Mereka konsisten menggunakan fonem a yang jelas dan bukannya campuran fonem a dan o seperti dalam bahasa Jawa Jogja-Solo.
Subdialek Ngapak Tegal yang kedua adalah subdialek Pemalang Kota, yang dituturkan di Desa Saradan dan Sewaka. Yang membuat subdialek ini istimewa adalah huruf A di akhir kata diucapkan seperti huruf E dalam kata "terima". Misalnya kata sega dilafalkan sege, artinya nasi.