Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Musim Gugur Ekonomi? Menyusun Kembali Harapan

4 Desember 2020   11:13 Diperbarui: 4 Desember 2020   11:31 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


HARAPAN. Manusia adalah makhluk yang selalu hidup melalui harapan-harapan di masa depan. Begitu pula ketika situasi kehidupan saat ini yang masih berada dalam tekanan hebat pandemi. Volume ekonomi menyusut seiring dengan terbatasnya kegiatan aktivitas fisik manusia, dalam upayanya membatasi pergerakan mencegah penularan wabah.

Vaksin menjadi harapan. Namun, sebagaimana Dr Tedros Adhanom Direktur Jenderal WHO menyebutkan, kehadiran vaksin sebagai sarana mengatasi pandemi tidak bisa diperlakukan secara berlebihan -overstated. Dengan begitu, kedisiplinan dalam menjaga pola hidup bersih dan sehat, sebagai kombinasi kerja sosial melalui program 3M (masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) dengan dukungan intervensi 3T (testing, tracing, treatment) adalah kewajiban yang tidak dapat ditawar lagi.

Dalam situasi pandemi, kesehatan menjadi panglima tertinggi, karena berbicara tentang keselamatan nyawa manusia. Disisi lain, problematika pandemi juga menyentuh sisi ekonomi, sosial dan politik tanpa terkecuali. Maka kondisi kali ini memang akan tampil secara kontras kondisi musim gugur perekonomian. Kita resmi memasuki periode resesi, sektor ekonomi formal dan informal mengalami kontraksi.

Tidak heran kemudian beberapa perusahaan ritel dengan merek terkenal, beradaptasi secara alamiah melalui penutupan sejumlah outlet. Tentu dalam konteks manajerial, skema buka tutup cabang adalah konsekuensi rasional dari potensi volumenya bisnis yang aktual. Mempertahankan jumlah cabang dengan profitabilitas yang minus jelas tidak mungkin, bahkan dapat mengorbankan entitas bisnis secara keseluruhan.

Apa yang menarik dari situasi yang sulit kali ini? Dalam kajian Boston Consulting Group disebutkan bila Covid-19 adalah periode pengulangan global -global restart. Dunia seolah diulang kembali, semua sektor terdampak, bahkan seluruh skala bisnis terimbas, tidak hanya konglomerasi tetapi juga hingga UMKM. Dengan begitu dibutuhkan perubahan perspektif dalam menjalankan ekonomi baru pasca pandemi.

Sekurangnya ada dua hal penting yang menjadi pelajaran didalam pandemi; (i) dibutuhkan cara pandang yang terintegrasi secara menyeluruh, dan (ii) kerangka strategi mempertimbangkan aspek skala waktu yang dinamis, membutuhkan respon adaptif seiring dengan perubahan dan perkembangan situasi dari waktu ke waktu.

Konsekuensi pilihan atas kebijakan yang diambil oleh masing-masing negara tentu saja berbeda, sesuai dengan model implementasinya. Bila berkaca dari negeri Kiwi Selandia Baru di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Jacinda Ardern, kemampuan untuk mengatasi pandemi terletak pada mekanisme penetapan strategi berbasis ilmu pengetahuan secara cepat dan terpadu, melibatkan seluruh pemangku kepentingan, melalui aspek komunikasi persuasi publik yang meyakinkan.

Disini peran kepemimpinan menjadi penting. Karena itu, untuk menghindari terjadinya lintasan krisis, melalui telaah Harvard Business Review diketahui bila para pemangku kebijakan harus sebisa mungkin menghadapi hal-hal berikut terjadinya, (i) tidak mengambil kebijakan yang salah -policy error, (ii) terdapatnya komitmen dan kemauan politik yang utuh mencari solusi -political willingness, (iii) membangun kebijakan yang saling terkait -policy dependence, dan (iv) membangun kesepahaman seluruh stakeholder menangkal penolakan -policy rejection.

Musim Gugur atau Musim Semi?

Dunia selalu berada dalam proses keseimbangan. Prinsip dialektika terjadi, perubahan adalah hal tidak terelakkan. Karena itu, dalam kondisi ekonomi yang mengerut, tetap terdapat sektor ekonomi prospektif sebagai pondasi di masa mendatang.

Digitalisasi dan penggunaan kekuatan teknologi menjadi standar baru dari corak ekonomi saat ini, pandemi semakin menguatkan kebutuhan tersebut di kemudian hari.

Bila mengacu pada rapat tahunan Bank Indonesia (3/12) lalu dengan tajuk Bersinergi Membangun Pemulihan Ekonomi, tentu saja terdapat harapan atas perbaikan ekonomi pasca pandemi, dengan catatan besar bahwa persoalan pandemi sebagai hal utama harus terlebih dahulu dapat diselesaikan dan ditangani.

Kajian ini selaras dengan tahapan yang diajukan Boston Consulting Group bahwa kita akan berada dalam perlintasan upaya meredakan -flatten, menyeimbangkan pola kehidupan -fight, dan menghidupkan masa depan -future.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun